Menunggu 11 Tahun Bersama, Jemaah Haji Ini Terpaksa Berangkat ke Tanah Suci Tanpa Suami

Reporter : Okti Nur Alifia
Selasa, 28 Juni 2022 19:00
Menunggu 11 Tahun Bersama, Jemaah Haji Ini Terpaksa Berangkat ke Tanah Suci Tanpa Suami
Sumini terpaksa berangkat seorang diri lantaran suaminya sudah melewati batas usia yang diperbolehkan menunaikan haji.

Dream - Berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji adalah sebuah keistimewaan, setelah penantian bertahun-tahun.

Namun ada berbagai kisah di balik keberangkatan setiap kloternya. Seperti Sumini (58), jemaah calon haji asal Sumatera Selatan kloter 1 yang datang ke Embarkasi Palembang pada Jumat, 24 Juni 2022 lalu. Dia dijadwalkan terbang ke Tanah Suci pada esok paginya.

Wanita ini terpaksa berangkat seorang diri lantaran suaminya sudah melewati batas usia yang diperbolehkan menunaikan haji. Sumini tak kuasa menahan tangis ketika tiba di Asrama Haji yang dijadikan Embarkasi Palembang.

" Suami saya umurnya sudah 72 tahun, sudah lewat umur. Terpaksa saya sendiri yang berangkat, suami saya ditinggal di kampung," ungkap Sumini.

1 dari 6 halaman

Wanita asal Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur itu mengungkap bahwa dia dan suami mendaftar haji pada 2011 lalu. Uang setor haji pun didapat dari tabungan bertahun-tahun lamanya.

" Kami daftar bareng, Alhamdulillah waktu itu tabungan sudah cukup, memang untuk haji," ujarnya.

Sumini dan suami tak bisa berbuat banyak dengan ketatnya aturan di masa pandemi Covid-19. Hal yang dikhawatirkan, Sumini tak memiliki kerabat atau tetangga yang haji bersamanya.

" Mudah-mudahan dapat teman dalam perjalanan biar saya tidak susah sendiri di Mekkah nanti," kata dia.

2 dari 6 halaman

Sementara itu cerita lain datang dari pasangan suami istri, Poniran (58) dan istrinya, Kuryani (55). Poniran mengaku sempat khawatir tak bisa berangkat haji setelah dua tahun tertunda akibat pandemi. Apalagi menjelang keberangkatan, dia semakin panik karena istrinya sempat sakit.

" Dua tahun ditunda, sedih. Tiba-tiba mau berangkat istri saya sakit, saya khawatir. Alhamdulillah sudah sembuh dan kami bisa berangkat bareng," ujarnya.

Poniran menabung dana haji dengan menyisihkan dari usahanya beternak sapi dan sawah. Dia berharap dapat kembali ke kampung halaman dan berkumpul keluarga seusai haji nanti.

" Haji sudah lama kami nantikan, alhamdulillah tercapai sekarang," kata dia.

Sumber: Merdeka.com

 

3 dari 6 halaman

Keterbatasan Fisik Tak Surutkan Semangat Ali Ihsan Jalani Ibadah Haji, Khusyuk Tunaikan Sholat 40 Waktu

Dream - Beragam cerita inspiratif selalu mewarnai setiap jemaah selama menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Setiap jemaah memiliki pengalaman yang berbeda-beda ketika di sana.

Salah satunya kisah pria bernama Ali Ihsan, jemaah haji asal Desa Sekuro, Kecamatan Mlonggo Jepara, Jawa Tengah.

Ali Ihsan terpaksa menunaikan haji menggunakan kursi roda karena penyakit stroke yang menimpannya. Meski memiliki keterbatasan fisik, hal itu tak mengurangi semangatnya untuk beribadah.

Ihsan bersyukur bisa berangkat haji tahun ini. Selama menunggu jadwal keberangkatan, ia terus berdoa agar bisa berangkat ibadah haji bersama keluarga dan anak semata wayangnya. Doanya pun terkabul, kini pria itu berada di Mekah bersama keluarganya.

“ Saya mendaftar haji pada tahun 2011, setengah tahun berikutnya kena serangan stroke sampai sekarang,” kata Ali Ihsan, di Mekah.

4 dari 6 halaman

Menurut cerita Rizka, anak Ihsan, selama di Madinah, ayahnya bisa melaksanakan ibadah sunnah Arbain. Bahkan Ihsan bisa mengikuti sholat sebanyak 40 waktu secara berjemaah.  

“ Alhamdulillah bapak bisa menjalankan ibadah sunnah Arbain,” kata Rizka.  

Rizka mengaku beruntung karena bapaknya sangat mudah untuk mengikuti panduan di tengah kondisinya tidak bisa berdiri, sebagaimana jemaah normal. 

“ Saya sangat beruntung bisa berbakti dan menemani ayahnya beribadah di Mekah,” tutur Rizka.

5 dari 6 halaman

Ali Musyafak, salah satu jemaah haji yang satu kloter dengan Ali Ihsan merasa heran. Menurutnya, orang yang memiliki penyakit stroke memiliki emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung. 

“ Tetapi tidak demikian untuk Ali Ihsan, ia selalu tersenyum dalam menghadapi setiap situasi, bahkan ia bisa memberi inspirasi pada jemaah lainnya,” kata Musyafak.

Kesabaran Ali Ihsan layak untuk diteladani oleh semua jemaah. Sebab, sifat sabarnya dalam menghadapi proses ibadah haji butuh tenaga ekstra.

6 dari 6 halaman

“ Setahu kami, pak Ihsan sudah mengikuti beberapa rangkaian ibadah haji, termasuk umroh wajib dan umroh sunnah,” kata Musyafak.

Musyafak juga menyampaikan harapannya, Ihsan dapat mengikuti rangkaian ibadah berikutnya, terutama wukuf di Arafah, bermalam di Musdalifah, dan melempar jumroh.

“ Semoga semangat ibadahnya yang tinggi bisa menjadi inspirasi kita semua,” pungkas Musyafak. 

Beri Komentar