(Foto: Shutterstock)
Dream - Selama ini masyarakat mengenal dua jenis tes pemeriksaan Covid-19 yaitu melalui PCR (Polymerase Chain Reaction) swab dan rapid test. Dua metode untuk mendiagnosis seseorang terhadap infeksi virus corona ini sangat berbeda dan biaya pemeriksaan bervariasi pula.
Meski sama-sama berfungsi mendeteksi ada tidaknya virus Covid-19 di dalam tubuh, terkadang hasil pemeriksaan swab test dan rapid test berbeda. Kondisi ini sering kali membuat masyarakat bingung dan terkadang tak percaya dengan hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan.
Pada kasus yang sering terjadi, hasil rapid test menunjukkan seseorang non reaktif terhadap virus corona, namun begitu menjalani tes swab, pasien dinyatakan positif Covid-19. Lalu apa yang membuat hasil keduanya berbeda?
Dokter Spesialis Patologi Klinik dari Halodoc, dr. Theresia Novi, Sp.PK tak sepakat dengan anggapan ketidakakuratan tes antibodi untuk mendeteksi Covid-19. Menurutnya, berbagai metode tes untuk mendeteksi Covid-19 yang ada memiliki porsi masing-masing.
“ Untuk PCR dia bisa tahu lebih awal dari antigen. Karena PCR ini virusnya sedikit aja dan dilakukan amplifikasi. Amplifikasi itu diperbanyak sehingga yang tadinya sedikit bisa kita deteksi,” jelas dr. Theresia dalam konferensi pers virtual, Rabu 11 November 2020.
Jika tes PCR dilakukan dengan teknik usap atau swab, rapid test dilakukan dengan mengambil darah vena maupun darah kapiler yang biasanya diambil dari jari untuk memeriksa antibodi.
Berbeda dengan PCR, rapid test hanya bisa mendeteksi virus corona jika kadar virusnya tinggi.
Pada rapid test, hasilnya lebih lama keluar karena menunggu timbulnya antibodi yang bisa memakan waktu beberapa hari setelah tubuh terinfeksi virus corona, sehingga lebih lama terdeteksi.
“ Antibodi sebagai respons tubuh munculnya lebih lambat, mulai tiga sampai lima hari baru muncul, tapi hilangnya lebih lama. Mungkin ada pasien tanya sudah reaktif, kemudian sudah sembuh, masih saja reaktif. Karena antibodi bisa bertahan berbulan-bulan. Bahkan ada yang dari awal sampai sekarang antibodinya masih bertahan,” pungkas dr. Theresia.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan penggunaan rapid test kit antigen untuk pengetesan Covid-19. Alat ini dinilai lebih valid dalam mendeteksi virus corona pada tubuh manusia.
Untuk diketahui rapid test antibodi menggunakan specimen pemeriksaan dari darah orang yang diperiksa. Sementara rapid tes antigen memerlukan spesimen pemeriksaan berupa swab orofaring atau swab nasofaring.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, mengatakan ada kemungkinan alat tersebut diterapkan di Indonesia. Sebab, hasil rapid test antigen lebih efektif dan cepatdibandingkan dengan rapid test antibody. Hasil pemeriksaan bisa diketahui hanya dalam hitungan menit.
" Tentunya alat ini bisa digunakan di Indonesia sesuai yang direkomendasikan WHO. Bisa menggantikan rapid test antibody," ujar Wiku, dikutip dari Merdeka.com.
Wiku mengatakan fungsi screening pada rapid test antigen lebih efektif sehingga tidak akan menjadi beban untuk RT PCR sebagai standar penegakan diagnosa.
Terkait vaksin, Wiku mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan pengkajian sasaran prioritas vaksinasi. Ini disesuaikan dengan kelompok risiko penularan Covid-19.
" Termasuk elemen-elemen yang diperlukan dalam vaksinasi itu, mulai dari supply, pembiayaan, serta mekanisme infrastruktur yang perlu disiapkan," kata dia.
Wiku meminta masyarakat bersabar. Saat ini, pemerintah sedang mematangkan rencana vaksinasi kepada masyarakat.
" Nanti setelah rencana matang dan jelas, akan kami sampaikan kepada masyarakat rencana vaksinasi itu lebih detail. Tentunya itu disesuaikan dengan ketersediaan vaksin yang ada untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia," ucap Wiku.
Lebih lanjut, Wiku mengingatkan agar masyarakat selalu menerapkan 3M sebelum vaksin dinyatakan siap. Yaitu dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun.
" Sampai sekarang kampanye 3M ini dibantu rekan-rekan relawan dari banyak tempat. Kami juga berkerja keras agar relawan bisa berkampanye menggunakan pendekatan sosial budaya sesuai masing-masing wilayah," terang Wiku.
(Sah, Sumber: Merdeka.com/Rifa Yusya Adilah)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN