Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Perkembangan teknologi membuat inovasi dan kreativitas manusia terwadahi. Salah satu kreativitas unis yang muncul yaitu terciptanya aplikasi perkencanan untuk hewan.
Dilaporkan Digital Journal, sebuah perusahaan pertanian asal Inggris Hectare Agritech, mengembangkan Tinder, aplikasi kencan, untuk sapi bernama Tudder.
Tudder merupakan kata campuran dari Tinder dan udder, atau ambing.
Penggunaan aplikasi ini pun mirip dengan aplikasi perkencanan manusia. Tiap pemilik sapi dapat memainkan `perjodohan sapi`, memilih sapi yang cocok.
CEO Hectae Agritech, Doug Bairner, menjelaskan para petani dapat mencari data seperti hasil susu, kandungan protein, atau potensi melahirkan si sapi dari aplikasi ini.
Semua data itu digali dari hasil perdagangan si pemilik sapi yang terhubung dengan perangkat lunak pertanian dan pusat data.
“ Mencocokkan ternak secara online bahkan lebih mudah daripada mencocokkan manusia, karena ada sejumlah besar data yang berada di belakang hewan-hewan luar biasa ini yang memprediksi seperti apa keturunan mereka,” kata Bairner, Jumat 15 Februari 2019.
Aplikasi " Tudder" yang baru terhubung ke laman penjualan hasil ternak Sell My Livestock. Bairner mengatakan, sepertiga dari peternakan di Inggris sudah menggunakan aplikasi Sell My Livestock untuk berdagang hewan.
Aplikasi ini untuk sementara baru tersedia di iOS. Dalam tangkapan layar sistem aplikasi, tampak bagaimana jenis sapi muncul di foto. Terdapat informasi pemilik, usia sapi, dan lokasi peternakannya. (ism)
Dream – Otoritas Provinsi Hebei di China menciptakan aplikasi untuk ponsel pintar yang memungkinkan pengguna mengetahui orang yang berutang dalam jarak 500 meter. Dengan aplikasi itu seseorang dapat melaporkan dan mempermalukan pengutang.
Cara ini disebut paling ampuh karena dalam beberapa tahun terakhir, otoritas China mengalami kesulitan untuk memaksa debitur membayar utang. Mempermalukan pengutang di depan umum merupakan cara yang paling populer.
Dilaporkan Oddity Central, aplikasi kontroversial ini dapat di akses melalui platform media sosial, WeChat. Aplikasi ini juga dapat memberikan informasi debitur yang dapat diakses melalui aplikasi, sehingga memudahkan seseorang untuk melaporkannya .
" Itu adalah bagian dari langkah-langkah kami untuk menegakkan keputusan kami dan menciptakan lingkungan yang kredibel secara sosial," ujar juru bicara Pengadilan Tinggi Rakyat Heibei.
Cara kerja aplikasi pelunas utang
Tahun lalu, pemerintah daerah Hejiang, Sicuhan, mulai menunjukkan wajah dan nama pengutang di video pendek yang diputar di bioskop sebelum pemutaran film pertama. Sekarang, otoritas di Hebei telah mengumumkan aplikasi yang dapat mendeteksi debitur dalam radius 500 meter.
Selain China, Rusia juga memperlakukan pengutang dengan cara tak biasa. Perusahaan fasilitas publik di Irkutsk menggunakan cara tak biasa untuk menagih.
Perusahaan itu memasang toilet kayu luar ruangan berlabel " Toilet untuk Debitur" di luar gedung apartemen. Cara itu untuk mengingatkan warga yang memiliki utang mengenai risiko kehilangan utilitas.
(ism, Laporan: Ratih Permata Sari)
Dream - Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkoinfo) merilis daftar pelaporan warganet di media sosial. Dari data yang dihimpun pengaduan konten Kominfo, @aduankonten, aduankonten.id, dan nomor WA 08119224545, Twitter menjadi area digital yang paling banyak mendapat laporan.
Hingga bulan Desember 2018, Subdirektorat Pengendalian Konten Internet Direktorat Pengendalian Ditjen Aplikasi Informatika Kemenkoinfo, pelaporan konten negatif di Twitter sebanyak 531.304 kali.
Sementara itu, pelaporan di Facebook dan Instagram terjadi sebanyak 11.740 kali. Aplikasi percakapan Telegram mendapat aduan konten sebanyak 614 kali. Adapun Line dan BBM masing-masing mendapat laporan sebanyak 19 dan 10 kali.
Pelaporan tidak hanya terjadi media sosial dan aplikasi percakapan. Di kanal berbagai video, Youtube, dan perambah, Google. terdapat 3.287 kali laporan. Sementara situs berbagai unduhan mendapat laporan sebanyak 532 kali.
Total, keseluruhan laporan warganet pada 2018 terjadi 547.506 kali.
Berdasarkan konten, terdapat 12 kategori konten negatif. Kategori konten negatif itu antara lain, pornografi, perjudian, pemerasan, penipuan, kekerasan, fitnah/pencemaran nama baik, pelanggaran hak kekayaan intelektual, produk dengan aturan khusus, provokasi sara, berita bohong, terorisme/radikalisme, serta informasi/dokumen elektronik.
Data pelaporan konten di dunia maya (Foto: Kominfo)
Hingga akhir 2018, dari 12 jenis konten negatif itu total terdapat 984.441. Berdasarkan kategori konten, tiga konten yang paling banyak ditangani yaitu pornografi, perjudian, dan penipuan.
Konten pornografi sebanyak 898.108, sementara perjudian sebanyak 78.698, dan konten penipuan sebanyak 5.889.(Sah)