Dream - Scrolling TikTok, Instagram atau media sosial lainnya, berjam-jam soal berat badan mungkin sering kita lakukan. Terutama ketika kita sedang sangat ingin kurus. Ternyata ini bisa sangat berbahaya.
Sebuah studi baru menemukan bahwa mengonsumsi konten penurunan berat badan di TikTok secara berkelanjutan bisa sangat berbahaya bagi kesehatan mental.
Menghabiskan waktu di platform media sosial ini, terutama jika menonton konten pro-anoreksia, dapat merusak kepercayaan diri wanita muda dan meningkatkan risiko gangguan makan, menurut penelitian dari Charles Sturt University di Australia.
Dream - Scrolling TikTok, Instagram atau media sosial lainnya, berjam-jam soal berat badan mungkin sering kita lakukan. Terutama ketika kita sedang sangat ingin kurus. Ternyata ini bisa sangat berbahaya.
Sebuah studi baru menemukan bahwa mengonsumsi konten penurunan berat badan di TikTok secara berkelanjutan bisa sangat berbahaya bagi kesehatan mental.
Menghabiskan waktu di platform media sosial ini, terutama jika menonton konten pro-anoreksia, dapat merusak kepercayaan diri wanita muda dan meningkatkan risiko gangguan makan, menurut penelitian dari Charles Sturt University di Australia.
" Studi kami menunjukkan bahwa kurang dari 10 menit paparan konten pro-anoreksia di TikTok, baik secara implisit maupun eksplisit, memiliki dampak negatif langsung pada citra tubuh dan internalisasi ideal penampilan," ujar para peneliti tentang temuan mereka, yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE dikutip dari NYPost.
Aplikasi TikTok memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis mahasiswa baru di Australia, dengan sebagian besar wanita yang direkrut tidak menyelesaikan kuesioner awal.
Akhirnya, sebanyak 273 wanita berusia 18 hingga 28 tahun memenuhi persyaratan untuk berpartisipasi.
Para peserta disurvei mengenai penggunaan TikTok tentang bentuk tubuh ideal dan sikap mereka terhadap standar kecantikan, sementara para peneliti mencari gejala gangguan makan dan menghitung risiko mereka terhadap ortoreksia atau obsesi tidak sehat terhadap makanan " real" atau " sehat."
Setengah dari peserta kemudian menonton konten TikTok yang berisi tujuh hingga delapan menit tentang gangguan makan, termasuk wanita muda yang menunjukkan cara menurunkan berat badan dengan cara yang ekstrem.
Seperti berpuasa, memberikan tips seperti makan es batu dan mengunyah permen karet untuk menekan rasa lapar, atau mempromosikan latihan olahraga sambil memamerkan pinggang ramping mereka.
Wanita yang menggunakan TikTok lebih dari dua jam sehari melaporkan lebih banyak perilaku gangguan makan, meskipun para peneliti menyatakan bahwa pola ini tidak signifikan.
Untuk mengatasi masalah ini, para penulis studi merekomendasikan pengendalian dan regulasi yang lebih ketat terhadap konten pro-anoreksia, gangguan makan, dan konten yang berhubungan dengan tubuh di TikTok.
" Ada langkah-langkah yang sedang diambil untuk menghapus konten berbahaya, termasuk memblokir pencarian seperti '#anorexia,' namun, ada berbagai cara pengguna untuk mengelak dari kontrol ini dan regulasi lebih lanjut diperlukan," tulis para peneliti.
Sumber: NYPost.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur