Drone Elang Hitam Segera Mengangkasa, PTDI Mau Ciptakan Rudal Made-in Indonesia

Reporter : Syahid Latif
Jumat, 3 September 2021 10:35
Drone Elang Hitam Segera Mengangkasa, PTDI Mau Ciptakan Rudal Made-in Indonesia
Pesawat udara nirawak (PUNA) Elang Hitam diharapkan bisa diuji coba terbang pada akhir tahun ini.

Dream - Perusahaan pertahanan, PT Dirgantara Indonesia (Persero) telah mempersiapkan berbagai proyek berteknologi maju dalam rentang tiga tahun ke depan. Salah satunya Indonesia akan memiliki peluru kendali (Rudan) yang diproduksi di di Tanah Air.

Di akhir tahun 2021, PTDI bahkan sudah menargetkan akan melakukan terbang perdana sebuah pesawat udara nirawak (drone) jenis medium altutide long endurance.

" Tahun ini, PTDI masih terus melanjutkan Tiga Program Strategis Nasional," ungkap Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro dalam keterangan tertulisnya dikutip Dream dari Indonesia-aerospace.com.

Selain dua proyek besar tadi, Elfien mengatakan, satu program strategis nasional lain yang sedang digarap perusahaan adalah pengembangan pesawat N219 amphibi. Pesawat ini nantinya dirancang bisa melakuan lepas landas dan mendarat di atas permukaan air.

Elfien optimistis pesawat jenis amphibi ini dapat menghubungkan antar pulau di Indonesia yang memiliki kondisi geografis kepulauan. Selain memangkas keberadaan pembangunan infrastruktur landasan udara atau bandara, Pesawat N219A juga diyakini akan mempercepat pengembangkan sektor pariwisata nasional.

" Karena bisa landing di kawasan pantai pulau wisata yang dituju wisatawan.” Tambahnya.

 

1 dari 7 halaman

Drone Buatan Indonesia Mengangkasa Tahun Ini?

Khusus mengenai pesawat niarwak buatan Indonesia, PTDI memberikan nama untuk proyeknya ini sebagai Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Elang Hitam. Drone ini dirancang mampu beroperasi secara otomatis dan memiliki daya tahan terbang 24 jam.

Pengembangan drone Elang Hitam dilakukan bersama dalam konsorsium nasional yang melibatkan PTDI sebagai lead integrator, PT Len Industri (Persero), LAPAN, Balitbang Kemhan RI, Dislitbang AU, Pothan Kemhan RI, BPPT dan ITB.

Penguasaan teknologi PUNA Elang Hitam nantinya dapat menjadi sarana bagi kemajuan teknologi pertahanan nasional yang secara bertahap dapat membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) bagi TNI.

Ke depan, diharapkan PTDI bisa menghasilkan produk drone MALE kombatan yang dapat diterima TNI AU sesuai persyaratan operasi dan spesifikasi teknis.

 

2 dari 7 halaman

Siapkan Rudal di 2024

Sementara terkait program Rudal Nasional, PTDI akan mengembangkannya bersama dengan PT Len Industri, PT Pindad dan PT Mulatama.

Pengembangan Rudal (Surface to Surface) ini juga dilakukan untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

Elfien mengatakan, untuk pemenuhan kebutuhan Alutsista TNI, sertifikasi Rudal Nasional diharapkan bisa diperoleh pada tahun 2024.

3 dari 7 halaman

Siap Hadapi Drone China, Ini Kecanggihan Elang Hitam Indonesia

Dream - Indonesia akhir-akhir ini gencar memodernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Ini agar Indonesia lebih siap ketika terlibat ketegangan, seperti dengan China yang belakangan terjadi di Laut Natuna.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan drone kombatan berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) sejak 2015.

Drone atau Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) tersebut diberi julukan Elang Hitam. Saat ini BPPT mengembangkan dua drone kombatan yaitu EH-4 dan EH-5.

Menurut laman BPPT, PUNA MALE kombatan Elang Hitam (EH-4 dan EH-5) memiliki kemampuan yang sama dengan Drone CH-4 Rainbow buatan China.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan Presiden Joko Widodo menyetujui percepatan program pengembangan PUNA MALE kombatan Elang Hitam.

" Tahun 2020 ini harus sudah bisa di uji terbang, dan tahun 2021 sudah mendapat sertifikat untuk diproduksi massal," kata Riza di sela Rapat Terbatas Kabinet di Surabaya, 27 Januari 2020.

4 dari 7 halaman

Punya 5 Drone Tempur yang Setara Milik China

Riza mengatakan langkah percepatan pengembangan drone buatan lokal ini ditujukan untuk mendapatkan PUNA MALE dengan spek Kombatan atau Unmaned Combat Aerial Vehicle (UCAV)

" Diperlukan percepatan agar PUNA MALE Kombatan tersertifikasi, dapat digeber untuk siap terbang pada tahun 2022," kata Riza.

Menurutnya, adanya isu seperti kedaulatan di Laut Natuna yang makin mendorong Indonesia menyelesaikan misi pembuatan pesawat PUNA MALE Kombatan ini.

Riza menambahkan dengan percepatan pengembangan ini, maka Indonesia akan memiliki 5 PUNA MALE karya anak bangsa pada 2022 yang kemampuannya tidak kalah dari Drone CH-4 dan CH-5 buatan China.

5 dari 7 halaman

Drone Elang Hitam Mampu Terbang Selama 30 Jam

Dikutip dari Merdeka.com, pesawat tanpa awak Elang Hitam didesain secanggih mungkin agar bisa membantu mengawasi keamanan dari udara.

Drone kombatan Elang Hitam mampu terbang selama 30 jam.© BPPT

Elang Hitam mampu take off dan landing di landasan pendek sekitar 700 meter. Selain itu Elang Hitam mampu terbang di ketinggian 20.000 feet dengan kecepatan maksimum 235 km/jam.

Yang membuat Elang Hitam cukup mematikan adalah kemampuannya yang bisa terbang selama 30 jam.

" Drone Elang Hitam ini akan menjadi semacam 'CCTV di Langit Nusantara', guna menjaga kedaulatan. Khususnya terkait pengawasan baik di wilayah darat maupun laut, melalui pantauan udara," kata Riza.

6 dari 7 halaman

Drone Elang Hitam yang Multi Fungsi

PUNA MALE kombatan Elang Hitam dikembangkan sebagai drone yang multi fungsi. Riza mengatakan Elang Hitam juga dirancang sebagai PUNA MALE ISTAR.

Selain militer, drone kombatang Elang Hitam memiliki fungsi pengintain© BPPT

Artinya, Elang Hitam bisa digunakan untuk misi intel atau spionase, pengawasan, mengakuisisi target, serta mengenali targetnya.

" Jadi Drone Elang Hitam juga dilengkapi fungsi ISTAR, yaitu Intelligence, Surveillance, Target Acquisition and Reconnaissance, dan sistem persenjataan," ujarnya.

7 dari 7 halaman

Keinginan Indonesia tidak hanya membuat drone yang mampu melumpuhkan target di darat dan laut, tapi juga yang ada di udara.

Karena itu BPPT ingin mengembangkan PUNA yang bisa menghancurkan drone milik musuh. Artinya Indonesia butuh drone anti-drone.

" Kita juga perlu mulai memikirkan pengembangan sistem pertahanan atau Alutsista anti Drone. Hal ini seperti yang sudah dilakukan Turki, sistem pertahanan anti Drone nya terus dikembangkan," kata Riza.

Tak hanya itu, BPPT juga mulai memikirkan untuk mengembangkan drone yang dilengkapi laser.

" Kami sudah mulai melakukan kliring atau penguasaan teknologi untuk sistem tersebut," pungkas Hammam.

Berbagai sumber

Beri Komentar