Di Sejumlah Negara, Muslimah Bahkan Kehilangan Haknya Memakai Niqab (Foto: Shutterstock)
Dream - Muslimah bercadar kerap kali dianggap berbeda. Stigma negatif terhadap niqab membuat mereka harus menerima tatapan sinis dari orang sekitar.
Di sejumlah negara, muslimah bahkan kehilangan haknya memakai niqab. Tak terkecuali di Prancis. Wanita yang memakai cadar di tempat umum akan dikenakan denda.
Berbagai alasan digunakan untuk menyingkirkan wanita bercadar dari masyarkat. Cadar dianggap membawa teror dan kengerian.
Namun sampai hari ini, semua orang justru terpaksa 'bercadar'. Pandemi Covid-19 tengah meneror seluruh dunia. Masyarakat berbondong-bondong memburu penutup wajah.
Apa pun dijadikan sebagai pelindung. Mulai dari masker hingga topi dan penutup kepala. Banyak rumah mode beralih fungsi menjadi 'pabrik' masker.
Belum lama ini Giorgio Armani turut memproduksi alat pelindung diri (APD). Pendiri The Armani Group itu mengumumkan, semua pabrik produksi Italia kini telah beralih ke pembuatan pakaian medis sekali pakai. Hal serupa juga dilakukan oleh Brandon Maxwell dan Christian Siriano.
Tak sedikit pula yang menyuntikkan koleksi mereka dengan inspirasi masker. Tengok saja koleksi Marine Serre di Paris Fashion Week 2020. Para model melenggang dengan memakai busana tertutup, lengkap dengan aneka masker.
Beberapa maskernya bahkan didesain menyerupai niqab dengan warna hitam dan rapat menutup wajah. Masker hanya menyisakan bagian mata si pemakai.
Hal ini memicu kritik pedas dari sejumlah orang. Niqab yang selalu dizalimi mendadak ngehits di panggung fashion.
" Tampilan yang berani (dengan cadar) justru dipertunjukkan oleh negara yang melarang warganya memakai niqab dan burka," tulis Qilliam Vercetti, fotografer senior di Amerika dalam sebuah cuitannya.
Sumber: Arab News
Tak hanya niqab dan burka, hal yang sama juga berlaku untuk hijab. Marjaan Ali, mahasiswi asal Madinah sempat ditegur untuk membuka hijab dan niqabnya di bandara.
" Sesampainya di sana, banyak orang berkeliaran di jalan sambil mengenakan syal (pashmina/selendang) untuk menutupi wajah mereka dari hawa dingin. Ironis," kata Ali, dikutip dari Arab News.
Banyak Muslimah menyayangkan stigma yang masih melekat pada niqab atau cadar. Padahal kini penutup wajah menjadi cara paling mudah untuk mencegah penularan wabah.
Pandemi corona ibarat menampar golongan anti cadar yang kini terpaksa harus keluar rumah dengan menutupi wajahnya.
" Jika di saat seperti ini orang-orang bisa bekerja seperti biasa sambil memakai penutup wajah, mengapa kami tidak bisa memakai hijab dan niqab untuk memenuhi syariat agama kami?" tutur Naseema Begum, seorang muslimah dari London.
Dream - Di tengah pandemi corona yang terjadi, kebutuhan masker medis dan masker kain menjadi tinggi. Di Indonesia, pemerintah telah mewajibkan warganya untuk menggunakan masker apabila keluar rumah.
Masker kain dan masker medis merupakan hal umum di saat-saat seperti sekarang.
Namun, jika Sahabat Dream menginginkan masker yang unik, berbeda dan bersedia menghabiskan jutaan rupiah untuk sebuah masker, ada masker yang unik sekaligus menguras dompet kamu.
Dikutip dari Oddity Central, Selasa 28 April 2020, kalian bisa mencoba membeli masker yang terbuat dari kulit buaya atau kulit ular. All American Gator merupakan sebuah perusahaan berbasis di Florida yang mengkhususkan diri membuat produk dari kulit buaya dan kulit ular.
Tidak mau ketinggalan tren, perusahaan ini mengeluarkan produk di tengah pandemi covid-19 yaitu masker dari kulit reptil.
Kulit reptil tersebut tidak sepenuhnya memberikan perlindungan dari virus corona. Namun tujuan masker ini untuk fashion. Masker tersebut dirancang hanya sebagai filter atau pelapis.
" Orang-orang harus menutupi wajah mereka, dan sayangnya situasinya mungkin lebih lama dari yang kita bayangkan. Beberapa orang ingin membuat dirinya lebih fashionable selama pandemi ini, jadi saya ingin memberi mereka pilihan," kata pemilik All American Gator, Brian Wood.
Masker unik tersebut terbuat dari silikon softshell hypoallergenic dengan kulit reptil di bagian luarnya.
Wood mengatakan dirinya sedang mempertimbangkan menggunakan kain tambahan yang berbahan dasar surgical-grade namun sulit ditemukan. Ia berencana membuat masker dengan sistem penyaringan N95 yang canggih.
Sementara untuk estetika, topeng python akan dibuat dengan lubang dibingkai oleh cincin hitam, perak atau emas yang nantinya akan hadir dalam berbagai warna.
Berbicara mengenai desain, Wood mengungkapkan jika desainnya masih masuk tahap awal. Dia hanya ingin mengambil keuntungan dari pasokan yang dimiliki di perusahaan.
" Desainnya masih dalam tahap awal dan saya ingin mengambil keuntungan dari pasokan yang saya miliki di perusahaan. Tidak hanya dari kulit ular sanca, tetapi juga kulit buaya dan kulit iguana invasif," kata Wood.
Adapun harga yang dibandrol untuk masker kulit phyton Burma atau iguana sebesar US$90 (Rp1,3 juta). Sementara untuk masker dengan kulit buaya seharga US$120 (Rp1,8 juta).
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
75 Ucapan Hari Santri Nasional 2025 yang Penuh Makna dan Bisa Jadi Caption Media Sosial
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk