Rinaldy A Yunardi (Foto: Deki Prayoga/Dream)
Dream - Industri fashion ikut terkena imbas dari pandemi Covid-19. Tak terkecuali lini aksesori yang juga menjadi bagian dari industri pernikahan.
Keterbatasan untuk menggelar pesta membuat banyak orang mengundurkan tanggal pernikahan. Hal ini turut berdampak pada desainer kondang Rinaldy A Yunardi.
Maestro yang dikenal lewat karya-karya aksesorinya itu sempat dilanda kesedihan karena tren bridal fashion yang sedang lesu.
" Selama ini saya bekerja dengan aktif, jarang ada istirahat. Berkarya sampai tak ada waktu. Tapi pada saat itu saya hanya diam diri di rumah. Awalnya bingung gatau mau ngapain. Bangun, tidur, bengong," ungkap Rinaldy kepada Dream di Jakarta, pekan lalu.
Mimpi Rinaldy untuk menggelar pameran tunggal juga kandas lantaran pandemi yang tak kunjung usai. Ia seharusnya merayakan 25 tahun berkarya di usia yang tepat menginjak 50 tahun.
" Memang sedih ya, seharusnya itu kan perayaan Gold and silver, pengennya besar. Menampilkan seluruh karya yang sudah pernah dipakai selebriti Tanah Air dan dunia. Namun dalam kondisi ini tentu tidaklah mungkin," ujarnya.
Menghabiskan tiga bulan di rumah tak membuat Rinaldy putus asa. Pandemi dijadikan sebagai momen refleksi diri serta berinovasi dengan karya-karya yang sebelumnya ia ciptakan.
Rinaldy melahirkan koleksi terbaru untuk brand aksesorinya yang bernama Refounders. Ide gilanya melahirkan karya-karya face shiled unik dengan bentuk yang tak biasa.
Terbiasa bermain dengan karya desain extravagant, Rinaldy menciptakan face shiled modis yang dapat dikenakan untuk menunjang penampilan.
" Industri wedding sedang berjalan tidak seperti biasanya. Secara fashion, hal yang dibutuhkan saat ini di masa pandemi ya masker dan face shield. Jadi saya terus kembangkan secara fashionable," kata Rinaldy.
Face shiled dibuat memakai bahan mika transparan yang dipercantik memakai taburan kristal serta ukiran logam. Dibuat memakai teknik handmade, face shield terasa ringan dan nyaman digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
Beberapa face shiled juga dilengkapi dengan masker yang dapat dengan mudah dikaitkan di telinga. Masker yang diciptakan juga tak kalah unik. Rinaldy memakai bahan tekstil cranoline yang memiliki bentuk konstruktif dan modern.
" Bahan ini kaku, mengilap namun tetap berpori-pori. Masker tidak membuat wajah tampak menggembung seperti masker pada umumnya. Pipi ikut tertarik ke atas sehingga wajah terlihat tirus," jelasnya.
Rinaldy menambahkan, masker juga dibuat memakai lima lapisan kain sehingga cukup aman dalam menyaring partikel di udara. Desain masker terlihat semakin mewah dengan sentuhan aksesori berupa kristal, manik-manik atau payet yang dirancang tetap minimalis namun mewah.
Dalam waktu dekat, Rinaldy akan meluncurkan face shield khusus hijab dan strap masker. Ia juga berkreasi dengan membuat tas Health Organizer yang praktis digunakan di masa pandemi.
" Ada tempat untuk tisu kering, tisu basah, hand sanitizer dan handphone yang hanya tinggal ditarik. Di dalam ada slot untuk kartu dan uang cash. Tas ini untuk mereka yang masih aktif berpergian di tengah pandemi," kata pria asal Medan itu.
Karya-karya tersebut merupakan upaya Rinaldy untuk bertahan di masa pandemi. " Saya tidak pecat, kita sama-sama berjuang. Kembali ke nol seperti pertama memulai karier hanya dengan lima orang. Kita jangan menyerah yuk, apapun kita kerjakan," ucapnya.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah