Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Pengungsi Rohingya dari Myanmar menggugat Meta Platforms Inc, yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook, dengan nilai tuntutan lebih besar dari alokasi pendapatan pemerintah Indonesia di tahun 2021. Facebook digugat karena dituduh membiarkan ujaran kebencian di platformnya.
Nilai tuntutan yang diajukan pengungsi Rohingya tersebut mencapai US$150 miliar atau sekitar Rp2.157 triliun menggunakan kurs saat ini. Untuk diketahui, anggaran belanja pemerintah Indonesia di tahun 2021 mencapai sekitar Rp2.750 triliun dengan target penerimaan mencapai Rp1.743 triliun.
Para penggugat ini menuduh Facebook telah membiarkan ujaran kebencian anti Rohingya di platform mereka. Kondisi ini disebut telah memperburuk kekerasan yang terjadi terhadap kaum minoritas Myanmar itu.
Gugatan oleh pengungsi Rohingya ini juga mengatakan Meta telah gagal mengawasi konten dan desain platform, dengan Edelson PC dan Fields PLLC sebagai firma mereka di California, Amerika Serikat.
Dilansir dari Aljazeera.com, Selasa, 7 Desember 2021, gugatan yang dilayangkan pengungsi Rohingya menyatakan bahwa selama ini pertumbuhan Facebook dipicu kebencian, perpecahan, dan kesalahan informasi yang telah menyebabkan ratusan ribu nyawa Rohingya hancur setelahnya.

Kelompok mayoritas Muslim yang sedang menghadapi diskriminasi yang meluas di Myanmar ini dihina sebagai penyelundup meskipun telah tinggal di negara itu selama beberapa generasi.
Pengaduan hukum berpendapat bahwa algoritma Facebook mendorong pengguna yang rentan untuk bergabung dengan kelompok yang semakin ekstrem.
Pada tahun 2018, penyelidik hak asasi manusia PBB juga mengatakan penggunaan Facebook telah memainkan peran kunci dalam menyebarkan ujaran kebencian yang memicu kekerasan.
Penyelidikan Reuters tahun itu, yang dikutip dalam pengaduan AS, menemukan lebih dari 1.000 contoh unggahan, komentar, dan gambar yang menyerang Rohingya dan Muslim lainnya di Facebook.
Facebook sebenarnya telah mengerahkan berbagai upcaya untuk meningkatkan upayanya memerangi ujaran kebencian di Myanmar. Perusahaan ini bahkan telah mempekerjakan puluhan orang yang berbicara bahasa negara tersebut untuk menangkal penyebaran ujaran keberncian.
Tetapi kelompok HAM telah lama menuduh raksasa media sosial itu tidak berbuat banyak untuk mencegah penyebaran disinformasi dan misinformasi online.
Facebook kini telah menjalin kemitraan dengan beberapa perusahaan media, termasuk kantor berita Agence France-Presse, untuk memverifikasi postingan online dan menghapus postingan yang tidak benar.
Dream - Setelah heboh dengan mengganti namanya menjadi Meta, Facebook kembali membuat pengumuman yang cukup mengejutkan.
Kali ini Facebook memutuskan untuk untuk mencabut teknologi face recognition alias pengenalan wajah yang dibenamkan di aplikasinya.
Facebook Ganti Nama Jadi Meta, Saham Perusahaan Ini Auto Melonjak, Berkah Nama Mirip!
Selain itu, Facebook juga akan menghapus faceprint atau arsip wajah lebih dari satu miliar penggunanya.
Pengenalan wajah merupakan salah satu fitur yang dibenamkan Facebook dalam mengidentifikasi wajah pengguna dalam foto.
Dengan teknologi pengenalan wajah, pengguna akan dengan mudah melakukan tag terhadap pengguna lainnya melalui foto.
Netizen Sambut 'Meta' Nama Baru Facebook dengan Meme Sindirian
Namun, tidak semua orang suka dengan fitur ini karena dianggap tidak aman. Selain karena Facebook tidak memiliki rekam jejak yang bagus dalam menjaga privasi pengguna dalam beberapa tahun terakhir.
Sekarang, Meta, nama Facebook yang baru, akhirnya menuruti keinginan sebagian pengguna yang tidak merasa nyaman dengan fitur pengenalan wajah ini.
Dilansir UberGizmo, Meta akan menghapus sistem pengenalan wajah untuk selamanya, bersama satu miliar lebih arsip wajah yang ada di dalamnya.
Facebook Inc Ganti Nama Jadi Meta dan Pamer Logo Baru

© © Shutterstock
" Ada banyak kekhawatiran tentang teknologi pengenalan wajah di masyarakat, dan penentu kebijakan masih dalam proses memberikan seperangkat aturan yang jelas yang mengatur penggunaannya.
" Di tengah ketidakpastian yang sedang berlangsung ini, kami percaya bahwa membatasi penggunaan pengenalan wajah untuk penggunaan terbatas sangat tepat," ungkap Meta.
Meta masih percaya pada potensi dan manfaat pengenalan wajah, tetapi tampaknya sampai 'keseimbangan yang tepat' ditemukan, perusahaan tidak akan lagi menggunakannya di Facebook.
" Setiap teknologi baru membawa serta manfaat dan selalu jadi pusat perhatian, dan kami ingin menemukan keseimbangan yang tepat (di antara keduanya).
" Dalam hal pengenalan wajah, peran jangka panjangnya dalam masyarakat perlu diperdebatkan secara terbuka, termasuk dampaknya," pungkas Meta.
Advertisement
Ferry Irwandi Galang Donasi Banjir Sumatera Tembus Rp10 Miliar: dari Rakyat untuk Rakyat

Ada Kuota 5 Persen Jemaah Haji Lansia di Setiap Provinsi, Ini Ketentuannya

PNS Dihukum Penjara 5 Tahun Setelah Makan Gaji Buta 10 Tahun

Potret Persaingan Panas di The Nationals Campus League Futsal 2025

PLN Percepat Pemulihan Jaringan Listrik di 3 Wilayah Bencana



Film `Agak Laen: Menyala Pantiku!` Tembus 2 Juta Penonton dalam 4 Hari


Bae Suzy dan Kim Seon-ho Bikin Geger Vietnam, Joging Santuy Tanpa Masker

Waspada! BPOM Rilis Daftar 34 Obat Herbal Ilegal Berbahaya, Ini Daftarnya

29 Pekerja Migran Indonesia Selamat dari Kebakaran Maut Hong Kong, Tiga Masih Dicari

Ferry Irwandi Galang Donasi Banjir Sumatera Tembus Rp10 Miliar: dari Rakyat untuk Rakyat