Ikuti Tren Dunia, Batik Indonesia Hadir Lebih Ramah Lingkungan

Reporter : Ratih Wulan
Jumat, 14 April 2017 06:02
Ikuti Tren Dunia, Batik Indonesia Hadir Lebih Ramah Lingkungan
Batik Indonesi mengikuti tren ecofashion dengan meanfaatkan pencelupan menggunakan bahan-bahan alami.

Dream - Belakangan ini marak digaungkan kampanye ecofashion sebagai tren fashion yang memakai bahan-bahan alami dan ramah lingkungan. Sebagai warisan dunia yang sudah terdaftar dalam UNESCO, produk fashion batik ikut menggunakan ecofashion dalam proses pewarnaannya.

Dengan keragaman komponen hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alam, ecofashion dalam kain batik bukan masalah besar. Bahkan pewarna alam tersebut dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita.

Dream.co.id

" Warna alam ini mempunyai keunikan sendiri. Semua keaneka ragaman hayati yang ada di lingkungan hidup kita bisa kita manfaatkan dengan sebaik baiknya," Jelas Nita Kenzo, Pengrajin batik sekaligus desainer batik Jawa beberapa waktu lalu.

Berbagai macam bahan alam yang bisa didapatkan di Indonesia dapat dijadikan pewarna Alam. Kayu batang mahoni, kulit kayu duwet, dkayu tinggi, daun mangga, kulit jeruk julawe, sampai indigo adalah beberapa contohnya.

Dengan adanya tren Ecofashion pada batik Indonesia ini, Nita Kenzo berharap masyarakat Indonesia dapat tetap trendy dan fashionable menggunakan busana yang ramah lingkungan.

Dream.co.id

" Warna alam harus dikembalikan lagi, dunia menganjurkan semua kerjinan tangan diganti menjadi warna alam, agar ekosistem dunia tidak rusak dengan limbah sintetik namu tetap trendy untuk dipakai," Kata Nita.

Sedangkan untuk prosesnya sendiri, diakui Nita memang membutuhkan teknik pencelupan yang lebih lama dan lebih banyak dibanding pewarna Sintetik.

Dream.co.id

" Proses (warna alam)nya berulang kali. Produksinya juga cukup lama. Proses pencelupan bisa mencapai 7 sampai 20 kali. Kalo sintetik 2 kali saja sudah cukup," Jelas Nita Kenzo kembali.

Berbeda dengan pewarna sintetik yang akan menghadirkan warna terang dan strong pada kain batik. Meskipun proses pencelupan mencapai 20 kali, warna alam yang akan melekat pada kain batik tetap teduh dan soft sehingga akan nampak elegant dan lebih berkelas.

(Sah/Laporan: Awalendi Ema Pajarini)

 

Beri Komentar