Ini Cara Memfilter Komentar Nyinyir Berbahasa Indonesia di IG

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 11 Desember 2018 14:42
Ini Cara Memfilter Komentar Nyinyir Berbahasa Indonesia di IG
Penyaring akan membuat komentar negatif tak terlihat.

Dream - Media sosial Instagram mengumumkan fitur penyaring komentar negatif berbahas Indonesia. Upaya ini sebagai cara Instagram menyediakan tempat yang aman dan positif untuk berekspresi.

Fitur ini dibuat dengan teknologi machine learning (mesin pembelajaran) yang otomatis menyaring komentar bernada tak nyaman, seperti perisakan, ujaran kebencian, pelecehan seksual, dan komentar spam.

Dalam keterangan resminya, Instagram menyatakan bahwa dengan mesin penyaring ini komentar-komentar negatif akan disaring dan disembunyikan. Cara ini membuat akun lain tak dapat melihat atau menyadari keberadaan komentar tersebut.

Fitur penyaring komentar ini merupakan fitur yang tersedia otomatis di Instagram. Kamu dapat mengaktifkan atau menon-aktifkan fitur tersebut dengan mengakses profilmu.

Caranya, cukup pilih pengaturan, dan Kontrol Komentar. Sementara itu, untuk menon-aktifkan fitur ini, pengguna dapat mematikan pilihan `Sembunyikan Komentar Ofensif` pada pengaturan Kontrol Komentar.

Instagram mengklaim tingkat akurasi fitur penyaring komentar di Instagram ini mencapai 95 persen dengan pemeriksaan berkelanjutan oleh tim Instagram.

Ada ratusan juta komentar yang diunggah di Instagram tiap harinya. Tim Instagram secara manual akan mengevaluasi komentar tersebut sebelum akhirnya didaftarkan ke model pembelajaran komputer.

Fitur penyaring komentar secara otomatis dikenalkan ke publik pada Oktober 2016 untuk menyaring komentar dalam bahasa Inggris di Feed. Juni 2017, fitur ini diperluas ke dalam 8 bahasa lain, yaitu, Spanyol, Portugis, Arab, Perancis, Jerman, Rusia, Jepang, dan Mandarin.

Oktober 2018, fitur ini kembali dikembangkan untuk menyaring komentar di Feed, Profil, dan Instagram Live.

Instagram mengajak pengguna untuk turut ambil bagian menjadikan Instagram sebagai tempat aman berbagi dengan melaporkan unggahan atau komentar tidak pantas ke Instagram.

1 dari 2 halaman

Twitter Suspend 70 Juta Akun, Mengapa?

Dream - Country Industry Head Twitter Indonesia and Malaysia, Dwi Adriansah, mengatakan, sebanyak 70 juta akun bodong telah dimatikan selama 2018. Adriansyah menyebut, akun tersebut dikategorikan manipulatif.

" Banyak yang ter-suspend karena mereka membuat fake engagement. Ini juga merupakan misi kami untuk memberantas abusive behavior demi membangun platform yang sehat," kata Dwi di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 5 Desember 2018.

Selain menghentikan jutaan akun itu, Adriansyah juga memaparkan pengguna harian Twitter di Indonesia. Dia menyebut, kenaikan pengguna Twitter di Indonesia melebihi rata-rata pengguna harian global.

" Tahun ini merupakan tahun kebangkitan konten Twitter Indonesia. Lebih dari 120 persen konsumsi video meningkat dibanding tahun lalu, termasuk live video yang mencapai nilai pertumbuhan 300 persen," tuturnya.

Beberapa topik yang juga mengalami kenaikan, diantaranya e-commerce, 20 persen; traveling, 20 persen; dan finansial, 110 persen.

Mwnurut Adriansyah, kenaikan itu juga dipengaruhi sifat Twitter yang live dan conversational. Model ini memudahkan pengguna berpartisipasi dalam membicarakan suatu topik.

" Twitter sebenarnya merupakan platform percakapan untuk melihat hal yang sedang terjadi. Tak perlu mencari tahu konten apa yang ingin dicari, user datang dengan discovery mindset. Apa yang dilihat di timeline, itu yang di-engage," ujar dia.

2 dari 2 halaman

WhatsApp Akan Perkenalkan Fitur Berbayar

Dream - Mark Zuckerberg tidak akan membiarkan begitu saja WhatsApp yang dibelinya pada 2014 seharga US$22 miliar, atau setara Rp315 triliun, berjalan tanpa untung. Setelah sembilan tahun gratis, Zuckerberg berencana memperkenalkan iklan pada tab `Status`.

Diperkirakan, fitur baru itu akan menyasar 1,5 miliar orang pengguna WhatsApp. Wakil Direktur Facebook, Chris Daniels mengatakan kepada Indian Outlook, mengenai sumber uang di masa depan WhatsApp.

" Kami akan menempatkan iklan pada 'Status'," kata Daniels, dikutip dari Mirror, Kamis, 29 November 2018.

Daniels mengatakan, 'Status' itu akan menjadi mode monetisasi. " Itu akan menjadi mode monetisasi utama untuk perusahaan dan peluang bagi bisnis untuk menjangkau orang-orang di WhatsApp," ucap dia.

The Wall Street Journal menyebut, rencana itu telah muncul Agustus 2018. Sebanyak 100 perusahaan berencana akan beriklan di aplikasi 2019.

Tetapi, iklan itu tidak akan ditampilkan tepat di tengah-tengah obrolan. Tab `Status` secara efektif menjadi solusi pengguna untuk mengunggah video, gambar, atau GIF, yang akan lenyap dalam waktu 24 jam.

Facebook mengatakan, 450 juta basis pengguna WhatsApp saat ini telah menggunakan halaman `Status`.

Menurut laporan WSJ, WhatsApp akan mengenakan biaya antara US$0,005 (Rp71,7) dan $0,09 (Rp1.290) per pelanggan potensial.

Netflix dicurigai sebagai salah satu perusahaan yang tertarik menggunakan fitur ini.

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More