Ada Kebiasaan Berbahaya Yang Sering Disepelekan Pengendara Motor. (foto: Shutterstock)
Dream - Sepeda motor merupakan alat transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia. Di kota-kota besar yang padat, motor sangat diandalkan untuk menembus macet.
Sayangnya, tak sedikit pemotor yang punya kebiasaan salah saat berkendara.
Dikutip dari Otosia, Jumat 28 Februari 2020, contoh kecil kebiasaan salah adalah menaruh dua jari di rem. Dikhawatirkan pengereman tidak efektif saat mengerem dadakan karena refleks hanya dua jari.
“ Tanpa disadari, kesalahan-kesalahan tersebut dapat memicu ketidaknyamanan dalam berkendara bahkan keadaan paling buruknya adalah dapat menyebabkan kecelakaan,” kata Safety Riding Development Section Head PT Daya Adicipta Motora, Ludhy Kusuma, di Bandung, Jawa Barat.
Ludhy mengatakan kebiasaan yang paling sering dilakukan pemotor adalah menggunakan dua jari yang stand by di tuas rem depan dan belakang pada motor matik serta tuas rem depan dan kopling di motor sport atau cub.
Akibatnya pengereman menjadi tidak maksimal karena cengkraman jari kita terhadap tuas rem menjadi lebih lemah.
“ Diwajibkan untuk menggunakan empat jari dalam melakukan pengereman, dikarenakan apabila kita menggunakan empat jari tuas rem akan tercengkram lebih baik sehingga pengereman dapat lebih maksimal,” kata dia.
Contoh lainnya, ada sesuatu berbahaya di depan mata dan saat itu pengemudi sedang ngebut. Kalau menggunakan dua jari, pemotor tak sempat menurunkan gas.
Yang terjadi, secara refleks, pengendara akan langsung melakukan pengereman. Namun, tuas gas belum tertutup secara sempurna sehingga dapat mengakibatkan ban depan terkunci dan membuat jatuh pada pengendara.
Dampak buruk lainnya, penggunaan dua jari dengan posisi stand by pada saat berkendara menyebabkan rasa pegal pada otot jari dan otot pergelangan tangan. Apabila pengendara berkendara dengan jarak jauh, hal tersebut dapat membuat otot kita menjadi tegang dikarenakan otot jari yang terus-terusan berkontraksi. Ini menyebabkan menjadi lelah dalam berkendara dan tidak nyaman saat berkendara.
Penggunaan dua jari ketika berkendara hanya dilakukan di ajang balap motor saja. Penggunaan rem tersebut bertujuan untuk mengurangi kecepatan motor tanpa mengurangi akselerasi dari motor.
“ Jika digunakan dalam kehidupan sehari-hari ketika sedang berkendara di jalan raya, ini akan sangat berbahaya,” kata Ludhy.
Penggunaan jari yang benar saat melakukan pengereman yaitu menggunakan empat jari sehingga dapat memaksimalkan proses pengereman. Selain itu penggunaan rem depan dan belakang harus digunakan untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan pengereman.
“ Cengkraman empat jari tentu akan lebih kuat di bandingkan dengan menggunakan dua jari saja,” kata Ludhy.
Dia menyarankan pengemudi untuk membiasakan tangan mengepal di handle stang kemudi. “ Ini akan membuat kita menjadi lebih nyaman dalam berkendara dan memudahkan kita untuk mengontrol laju kendaraan,” kata Ludhy.
Dream - Mengendari sepeda motor dengan cara berboncengan ternyata punya persyaratan berbeda. Selain pengendara, keselamatan penumpang yang membonceng di belakang juga harus jadi perhatian.
Tahukah Sahabat Dream jika pembonceng sangat tidak disarankan berpegangan kepada behel motor atau bagian besi di belakang jok.
Penumpang motor harus berpegangan ke pengendara di depannya. Tahu alasannya?
Mengutip laman Otosia, Senin 24 Februari 2020, dengan berpegangan pada pengendara motor, penumpang akan lebih waspada. Keselamatan berkendara tak hanya menjadi tanggung jawab pengendara, tetapi juga yang dibonceng.
Namun cara berpegangan ke pengendara juga tak bisa dilakukan sembarangan. Penumpang tak boleh melipatkan tangannya ke bagian perut pengendara atas isitilah 'nyabuk`.
" Berpegangan pada pinggang pengemudi, tapi bukan nyabuk. Tidak boleh pegangan belakang," kata Instruktur Safety Riding PT Mustika Pinasthika Mulia (MPM) distributor sepeda motor dan suku cadang Honda wilayah Jatim dan NTT, Hari Setiawan, di MPM Learning Center, Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur.
Hari mengatakan, berpegangan pada pinggang pengemudi akan membuat orang yang dibonceng mengetahui ke mana arah pengemudi. Kalau terjadi kecelakaan, dia bisa mengantisipasinya.
“ Sering orang yang dibonceng mengalami kondisi yang parah (saat kecelakaan). Kan, nggak mungkin si pengendara akan teriak ‘akan kecelakan’. Refleksnya justru mengerem dan sebagainya,” kata dia.
Daripada memegang behel sepeda motor, Hari menyarankan bongcengers lebih baik menumpukan telapak tangannya pada lutut yang diposisikan mengapit pengendara. Selain itu, boncenger tak disarankan untuk duduk terlalu ke belakang.
" Itu supaya tidak menambah beban. Usahakan beban dipusatkan di tengah," kata dia.
Dream - Beberapa pengendara kendaraan bermotor umumnya hanya akan menyalakan klakson dalam situasi yang dibutuhkan. Sayangnya ada saja di antara mereka yang terlalu keseringan memijit tombol klakson hingga membuat orang lain kesal.
Perasaan dongkol semakin bertambah jika mobil atau sepeda motor yang mereka kendarai ternyata menggunakan klakson yang memiliki suara cukup keras.
Jika kamu yang sering melakukan hal mengesalkan ini, sebaiknya mulai hentikan sekarang. Ada etika tidak tertulis tentang penggunaan klakson di jalan raya.
Eegek dari penggunaan klakson dengan suara terlampau keras ternyata tak hanya membuat pengendara lain kesal. Kamu juga bisa terancam marabahaya jika melakukannya.
Dikutip dari Wahana Honda, Senin 17 Februari 2020, bahaya menyalakan klakson terlalu kencang adalah memicu orang lain menjadi stres. Dengan kemacetan yang sering kali terjadi di jalanan, suara klakson turut menambah tingkat stress pengendara kendaraan bermotor.
Dalam kondisi tersebut, cara orang ini dalam mengambil keputusan pun bisa berubah. Misalnya dari yang semula mengemudi lurus ke depan, malah bisa membanting setir ke kiri, kanan, atau malah melakukan pengereman mendadak. Hal ini tentu membayakan keselamatan, tak terkecuali keselamatanmu.
Bahaya kedua adalah mengganggu konsentrasi pengendara lain. Si pengendara bisa saja mengambil keputusan tanpa sadar. Misalnya, menambah kecepatan secara tiba-tiba karena merasa diburu-buru oleh suara klakson motor. Tentu saja kondisi ini berisiko menimbulkan kecelakaan.
Ketiga, meningkatkan emosi. Pernahkah kamu melihat ada pengendara atau pengguna jalan lainnya yang marah-marah dan balik memaki setelah mendengar bunyi klakson motor yang keras.
Reaksi tersebut sering terjadi. Suara klakson motor yang terlalu keras memang bisa meningkatkan emosi orang-orang yang mendengarnya
Terakhir, suara klakson yang terlalu keras akan mengurangi kemampuan pendengaran. Sistem pendengaran manusia memiliki batasan terhadap suara yang ditangkap. Kalau telinga menangkap suara yang terlalu keras, kemampuan pendengaran bisa terganggu dan turun.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia