Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kasus penusukan Syekh Ali Jaber saat berceramah di Bandar Lampur membuat geger. Pelakunya seorang pria muda yang tiba-tiba datang menghampiri Syekh Ali, lalu menghujamkan pisau.
Pihak keluarga menyebut kalau pelaku memiliki gangguan jiwa dan kerap berhalusinasi. Pemuda 24 tahun itu menurut pengakuannya sempat berhalusinasi didatangi oleh Syekh Ali.
Pihak kepolisian hingga kini masih melakukan analisis. Dibutuhkan pemeriksaan intensif untuk mengetahui motif pelaku. Salah satu kemungkinannya, yaitu skizofrenia paranoid.
Dikutip dari Alodokter, merupakan adalah jenis skizofrenia dengan kekhasan pada munculnya gejala seperti waham (keyakinan pada sesuatu yang tidak nyata) dan halusinasi. Meski bisa diderita oleh siapa pun, kondisi ini lebih sering dialami oleh orang yang berusia 18–30 tahun.
Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering terjadi. Umumnya, penderita skizofrenia paranoid akan mengalami kecurigaan atau ketakutan terhadap sesuatu yang tidak nyata.
Antara lain seperti diperintah, dikejar, atau dikendalikan oleh orang lain, serta halusinasi pendengaran merupakan gejala yang sering dialami penderitanya. Hal ini selanjutnya memengaruhi caranya dalam berpikir dan berperilaku.
Skizofrenia paranoid merupakan penyakit yang diderita seumur hidup. Namun, dengan bantuan dokter dan perawatan rutin, gejala skizofrenia paranoid dapat diredakan dan penderitanya dapat beradaptasi dengan kondisi yang dimilikinya.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan terjadinya skizofrenia paranoid. Ada dugaan yang menyatakan bahwa kondisi ini diturunkan di dalam keluarga. Namun, tidak semua penderita skizofrenia paranoid pasti memiliki anggota keluarga dengan kondisi yang sama.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, skizofrenia paranoid bisa terjadi pada usia berapa pun, tetapi kebanyakan kasusnya terjadi pada usia remaja dan dewasa muda antara usia 18–30 tahun.
Walaupun belum diketahui penyebab pastinya, berikut ini adalah beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami skizofrenia paranoid. - Mengalami kelainan dan gangguan pada otak
- Mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen saat lahir
- Mengalami trauma pada masa anak-anak, termasuk perundungan, pelecehan seksual, atau menghadapi penceraian atau kehilangan orang tua
- Menderita infeksi virus selama masa anak-anak atau saat berada di di dalam kandungan
Selengkapnya baca di sini
Dream - Media sosial membuat banyak orang dengan mudah merespons suatu hal. Bukan hanya berupa respons positif tapi juga negatif. Lihat saja komentar pedas alias nyinyir yang membanjiri berbagai media sosial selebritas.
Ada yang berpendapat bahwa orang yang suka nyinyir atau mengomentari sesuatu secara brutal karena ada gangguan pada kejiawaannya. Segelintir orang punya pandangan berbeda dan menganggap hal itu terjadi hanya karena rasa iri.
" Sebenarnya, nyinyir bukanlah suatu gangguan kejiwaan, melainkan murni variasi dari sifat manusia. Akan tetapi nyinyir bisa jadi merupakan salah satu sifat dari orang yang mengalami gangguan kejiwaan seperti personality disorder (gangguan kepribadian) atau bipolar," ungkap dokter Karin Wiradarma, dikutip dari KlikDokter.
Apabila kamu termasuk orang yang mudah nyinyir? Mulailah berubah dari sekarang. Jangan biarkan sifat nyinyir tersebut hinggap berlarut-larut dalam diri. Bersihkan aura negatif dari dalam diri, dan masukkan semua hal positif ke dalam diri.
" Bersyukurlah atas segala hal yang kamu miliki, yang paling sederhana sekalipun. Berhentilah membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain," ungkap dokter Karin Wiradarma.
Daripada mengomentari orang lain, lebih baik mencari kesibukan yang bersifat positif, misalnya dengan mengikuti komunitas yang sesuai hobi atau bergabung di kegiatan sosial. Aktivitas ini dapat mengalihkan pikiran negatif dan tentunya membuat hidup kamu menjadi lebih bahagia.
Kebiasaan nyinyir ternyata bukanlah bentuk dari gangguan kejiwaan. Meski demikian, orang yang mengidap gangguan kepribadian atau bipolar kerap melakukannya. Nah, bila Anda sering nyinyir dan sulit mengendalikannya, cobalah untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Sumber: Liputan6.com
Advertisement