Ilustrasi (Instagram/siloamhospitalsyogya)
Dream – Bagi penderita kanker tulang, memilih pengobatan yang tidak tepat dapat menyebabkan akibat yang fatal. Salah satunya dengan melakukan amputasi.
Hal itu tidak hanya membuat penderita kehilangan bagian tubuhnya, namun juga dapat mempercepat kematian.
Informasi dan jadwal dokter bedah ortopedi terbaik di Jakarta, simak di sini.
Amputasi biasanya dilakukan untuk mencegah sel kanker menjalar ke bagian tubuh yang lain. Namun hal itu dianggap justru memperpendek harapan hidup bagi penderita.
Sehingga sebuah metode ditemukan untuk membantu para penderita kanker tulang. Metode rekonstruksi hemipelvis dianggap ampuh memperpanjang harapan hidup hingga 95 persen.
Priyatna mengidap kanker tulang sekitar setahun yang lalu. Ia menderita kanker tulang ganas. Dalam waktu relatif singkat, penyakit mematikan ini telah menggerogoti kaki kiri bagian atas tulang pahanya.
Saat dirontgen, terlihat bagian yang terserang kanker sudah luka parah. Dan tak butuh waktu lama, kaki kirinya mulai memendek. Karena sebagian persendian di pangkal paha telah hancur. Menyebabkan tulang kaki kirinya ikut berkurang.
Pada kasus Priyatna, kanker tulang ini sudah masuk dalam kategori stadium lanjut. Sehingga ia pun dikirim ke Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Dokter Nicolaas Budhiparama jr, F.I.C.S., ahli bedah tulang, yang menangani Priyatna, mencoba mengambil langkah yang paling tepat. Dokter Nicolaas menggunakan metode rekonstruksi hemipelvis, yang mulai diperkenalkan di Indonesia.
Pada tahun sebelumnya, metode amputasi adalah yang paling sering digunakan. Namun justru amputasi bukanlah jalan keluar yang tepat untuk mengobati kanker tulang.
" Tetapi, dengan metode rekonstruksi hemipelvis, ke-mungkinan hidup dapat ditingkatkan. Dari lima persen menjadi 95 persen," kata dokter Nico yang mengambil spesialisasinya di Academisch Ziekenhuis Leiden, Belanda.
Metode rekonstruksi hemipelvis, merupakan kombinasi antara kemoterapi (neo adjuvant therapy) dan bedah tulang. Metode ini dianggap ampuh menyelamatkan bagian tubuh yang terkena kanker. Sekaligus merekonstruksi bagian yang telah rusak tersebut.
Pembedahan tidak akan dilakukan jika penderita belum mendapatkan kemoterapi. Karena jika belum mengetahui sampai dimana sel kanker tersebut, amputasi dianggap dapat membahayakan.
" Ketika itu, barulah saya melakukan pembedahan otot dan tulang diangkat. Kemudian, pekerjaan lanjutan memasuki tahapan yang sangat rumit dan susah, yakni rekonstruksi," kata Dr. Nicolaas.
Pada kasus Priyatna, bagian tulang yang sudah hancur tersebut diamputasi. Kemudian digantikan dengan bagian lain dari tubuhnya. Setelah itu baru memasuki tahap rekonstruksi. Dr. Nicolaas mengganti persedian paha yang hancur dengan membuat mangkot tulang dan sendi buatan dari metal.
(Sumber: dokternicolaas.com)
Advertisement
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Mahasiswa Makan Nasi Lele Sebungkus Berdua Saat Demo, Netizen: Makan Aja Telat, Masa Bakar Halte
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Didanai Rp83 Miliar dari Google, ASEAN Foundation Cetak 550 Ribu Pasukan Pembasmi Penipuan Online