Siti Bersama Ibunya (kiri). Ayah Dan Ibunya Saat Di Pusat Karantina. (Foto: MStar)
Dream - Tanggal 28 Mei 2021 akan menjadi hari yang tak akan dilupakan oleh Siti Raudhah Md Yatim sehingga akhir hayatnya.
Pada tanggal itulah sang ibu, Hajah Saby Musa, menghembuskan nafas terakhir setelah seminggu dirawat karena tertular Covid-19.
Menurut wanita 39 tahun dari Malaysia itu, semuanya berawal pada hari kedua Idul Fitri (14 Mei) lalu. Saat itu, ayahnya mengalami demam, disusul oleh adik lelaki dan ibunya dua hari kemudian.
" Emak, abah dan adik tinggal serumah di Sungai Buloh, Selangor. Karena ketiganya demam, salah seorang kakak datang ke sana untuk membawa mereka ke klinik. Tapi waktu itu masih belum sempat swab test.
" Keesokannya, emak mulai menunjukkan gejala yang biasa dialami oleh pasien Covid-19. Pada 18 Mei, tersebar kabar kalau ada jemaah masjid dekat rumah emak dan abah juga positif Covid-19," kata Siti.
Siapa yang ada datang ke masjid mulai tanggal 10 hingga 14 Mei diminta melakukan swab test. Ibu, abah, adik lelaki, kakak dan abang ipar Siti melakukan swab test. Ternyata hasilnya yang keluar pada 21 Mei menunjukkan mereka semua positif Covid-19.
Siti mengatakan hasil swab test tersebut merupakan kabar duka buat keluarga mereka. Apalagi mengingat kedua orangtuanya yang sudah lanjut dan mempunyai riwayat penyakit.
" Pada 22 Mei, emak, abah dan adik dibawa ke pusat karantina. Tapi keesokannya, emak dipindahkan ke rumah sakit Kuala Lumpur karena SpO2 (kandungan oksigen dalam darah) memburuk. Lagi pula emak ada riwayah darah tinggi, kencing manis dan juga stroke ringan.
" Maka berpisahlah emak dengan abah buat sementara waktu. Bayangkan emak di rumah sakit, adik dan abah di pusat karantina. Sementara kakak dan suaminya karantina di rumah. Hanya panggilan telefon saja yang menghubungkan kami semua," ujar Siti.
Beberapa hari kemudian, dokter meminta semua ahli waris untuk datang ke rumah sakit untuk membahas keadaan kesehatan ibunya Siti.
" Dokter berterus terang dan beritahu keadaan emak 50-50. Emak masih sadar namun dia perlu bantuan oksigen. Dokter bilang jika ada pasien yang lebih muda dari emak, mereka terpaksa memilih pasien tersebut karena peluang 'bertahan hidupnya' lebih tinggi," kata Siti.
Mendengar penjelasan dokter, Siti dan keluarganya hanya bisa pasrah. Dia ridha dan menyerahkan segala-galanya kepada Allah.
" Dengan memakai pakaian pelindung, saya diizinkan masuk bertemu emak. Waktu itu emak masih sadar dan bisa berbicara meski dengan tersengal-sengal.
" Saya sempat bacakan surat Yasin dan sisir rambut emak. Saya juga pakaikan kerudung, dan minta maaf atas segala kesalahan. Saya coba untuk tak menangis di depannya walaupun sudah tidak kuat menahannya," ujarnya.
Pada 28 Mei Subuh, ibunya sempat membuat panggilan telefon dengan ayahnya dan mereka saling bermaaf-maafan. Paginya setelah Subuh, kakaknya juga sempat buat video call dengan ibunya.
Kakaknya mengatakan wajah ibunya pada pagi itu terlihat sangat berseri. Mungkin kesehatannya ada sedikit kemajuan.
" Namun, sekitar pukul 7.50 pagi, kami dapat kabar yang tak disangka-sangka. Dokter memberitahu emak menghembuskan nafas terakhir dalam tidurnya.
" Ya Allah.... mudahnya cara emak pergi. (Meninggal) dalam tidur dan di hari Jumat pagi pula," cerita Siti dalam nada suara sedih.
Menurut Siti, dia sangat sedih dengan kepergian ibu yang disayanginya. Namun, ayahnya adalah orang yang paling sedih karena kehilangan teman hidupnya yang telah mengalami susah senang bersama sejak 49 tahun lalu.
" Abah diizinkan pulang pada 30 Mei, dua hari selepas emak pergi untuk selamanya. Waktu sampai di rumah, abah terlalu sedih dan tak mau masuk dalam rumah sebab emak sudah tak ada.
" Luluh hati kami lihat abah... mereka memang selalu melakukan semuanya bersama-sama. Pakaian pun mau yang sama. Betapa romantisnya mereka," ujar Siti.
Kata Siti, lama juga dia berusaha untuk membujuk dan menenangkan ayahnya sebelum akhirnya mau masuk ke dalam rumah.
Untuk sementara waktu, Siti yang menemani ayahnya. Dia memasak yang biasa dimasak ibunya dan memastikan ayahnya tidak terlalu sering sendirian.
Kini, keadaan ayahnya semakin membaik, dan pelan-pelan sudah mau menjamah makanan yang dimasak oleh Siti.
" Saya merasakan pedihnya kehilangan anggota keluarga karena Covid-19. Namun kami menerimanya dengan ridha.
" Jadi bagi mereka di luar sana, harap kita semua ada kesadaran untuk sama-sama lawan Covid-19.
" Memang semua rindu keluarga tapi buat sementara ni, video call dulu. Kalau ada yang betul-betul 'pergi selamanya', sudah tidak bisa lihat wajah dan ngobrol seperti biasa," pungkasnya.
Sumber: mStar
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati