Foto : Ilustrasi
Dream - Wabah Covid-19 seharusnya menyadarkan semua orang tentang pentingnya menjaga kesehatan dan tak meremehkan penyakit yang diderita. Salah satuny adalah virus influenza yang sering dipandang sebelah mata namun ternyata mampu merenggut nyawa manusia.
Virus ini diketahui bisa menyebabkan kematian jika pasien memiliki komorbid atau penyakit penyerta seperti hipertensi, HIV/AIDS, asma, penyakit jantung, paru kronis, diabetes.
Ahli Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Dr dr Fatimah Eliana Taufik, SpPD-KEMD mengatakan, influenza dapat memperburuk kesehatan seseorang yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes karena adanya penurunan imunitas.
" Komplikasi influenza pada diabetes bisa mengakibatkan pneumonia berat hingga terjadi gagal napas dan kematian,” ujar dr Fatimah, Senin, 20 September 2021.
Dia menambahkan, para pasien dengan penyakit diabetes, susah berusia lanjut, serta memiliki komorbid lain harus menjalani rawat inap ketika mulai menampakkan komplikasi dari virus influenza yang meyerangnya.
Sebagai upaya pencegahan, dr Fatima menyarankan untuk rutin melakukan vaksinasi mengingat invluenza bagi para pemiliki komorbid cukup bahaya.
" Efektifitas vaksin flu telah dibuktikan melalui beberapa penelitian dan terbukti memberikan manfaat bagi penderita diabetes," ujarnya.
Selain dari segi efektifitas, vaksinasi flu terbukti dapat ditoleransi dengan baik oleh para penderita diabetes.
" WHO menganjurkan vaksinasi flu diberikan kepada penderita diabetes setahun sekali. Khususnya di situasi pandemi yang masih berlangsung ini, agar dapat melindungi para penderita diabetes dari penyakit berbahaya flu dan mengurangi kejadian rawat inap di rumah sakit," ucap dia.
Dream - Hepatitis atau radang hati merupakan penyakit yang menyebabkan cukup banyak kematian, terutama, di negara di Asia serta Afrika.
Menurut sebuah penelitian, kematian secara global yang disebabkan oleh hepatitis B sebanyak 500-700 ribu per tahun dengan 75 persen pasiennya tinggal di Asia Tenggara dan Timur. Inilah yang membuat warga Indonesia sangat berpotensi mengidap hepatitis.
“ Karier kronik hepatitis memiliki risiko sirosis dan hepatoma. Dan belum ada pengobatan efektif yang dapat digunakan secara luas,” ungkap Wiendra Waworuntu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Ditjen P2P Kemenkes RI dalam webinar ‘Ayo Deteksi Dini Hepatitis B’, Senin 27 Juli 2020.
Selain belum adanya pengobatan efektif yang dapat digunakan luas, hepatitis bisa bersifat asimtomatik. Sehingga, pengidapnya tidak menyadari betul terhadap kondisinya.
Biasanya, gejala ini terjadi pada masa prodromal, setelah tubuh terpapar virus hepatitis. “ Masa prodromal merupakan masa dimana keluhan mulai muncul dalam bentuk kumpulan gejala. Tapi, gejalanya masih belum khas. Seperti sakit influenza,” jelas Fardah Akil, Spesialis Gastroenterologi-Hepatologi.
Yang termasuk gejala tidak khas di antaranya adalah demam, menggigil, mual & muntah, tidak nafsu makan, nyeri pada perut kanan atas, merasa letih, mata serta kulit berwarna kekuningan.
Bahkan pada sebagian kasus hepatitis, gejalanya tidak muncul pada minggu pertama setelah infeksi akut. Pada gejala hepatitis kronik yang dialami lebih dari 6 bulan, gejalanya bisa tidak muncul.
“ Kalaupun bergejala, itu jadi tanda hati sudah mengalami kerusakan,” imbuh Fardah. Oleh karena itu, perlu melakukan pencegahan penularan virus hepatitis.
Kamu bisa melakukannya dengan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan, menjalani pola hidup sehat serta melakukan vaksinasi.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN