WHO Ungkap 3 Hal yang Jadi Pemicu Angka Kanker di Dunia Bakal Naik Sampai 77% di 2050

Reporter : Editor Dream.co.id
Rabu, 7 Februari 2024 12:30
WHO Ungkap 3 Hal yang Jadi Pemicu Angka Kanker di Dunia Bakal Naik Sampai 77% di 2050
Angka kematian akibat kanker di banyak negara diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat.

1 dari 11 halaman

WHO Ungkap 3 Hal yang Jadi Pemicu Angka Kanker di Dunia Naik Sampai 77%

WHO Ungkap 3 Hal yang Jadi Pemicu Angka Kanker di Dunia Naik Sampai  77% © WHO Ungkap 3 Hal yang Jadi Pemicu Angka Kanker di Dunia Naik Sampai 77% Shutterstock

2 dari 11 halaman

© Angka kematian akibat kanker di banyak negara diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat. Shutterstock

Dream - Sebuah fakta yang sangat mengejutkan soal kanker baru saja diungkap oleh Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO).

3 dari 11 halaman

© Angka kematian akibat kanker di banyak negara diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat. 2024 dream.co.id

Berkolaborasi dengan International Agency for Research on Cancer (IARC), hasil penelitian WHO mengungkap  kalau beban kasus kanker di dunia meningkat secara signifikan.

4 dari 11 halaman

Dari 14,1 juta kasus baru dan 8,2 juta kematian di seluruh dunia pada 2012 menjadi 20 juta kasus baru dan 9,7 juta kematian pada satu dekade kemudian atau 2022. IARC memperkirakan akan ada lebih dari 35 juta kasus kanker baru pada tahun 2050, meningkat sebesar 77% dari angka pada 2022, dan kematian akibat kanker akan meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2012 menjadi lebih dari 18 juta.

5 dari 11 halaman

3 Hal Pemicu Kenaikan Kasus Kanker di Dunia

3 Hal Pemicu Kenaikan Kasus Kanker di Dunia © Dream

Menurut IARC ada beberapa hal yang memicu peningkatan kasus kanker di dunia, yaitu penggunaan tembakau, konsumsi alkohol dan obesitas.

6 dari 11 halaman

Ketiganya merupakan faktor kunci di balik meningkatnya kejadian kanker, selain penuaan dan pertumbuhan populasi.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa negara-negara berpendapatan tinggi akan mencatat tambahan 4,8 juta kasus baru pada tahun 2050, lalu negara-negara berpendapatan rendah akan mengalami peningkatan kasus secara proporsional terbesar. Angka kematian akibat kanker di banyak negara diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat.

7 dari 11 halaman

" Dampak dari peningkatan ini tidak akan dirasakan secara merata di seluruh negara. Mereka yang memiliki sumber daya paling sedikit untuk mengelola beban kanker akan menanggung beban terbesar dari beban kanker global,” kata Dr Freddie Bray, kepala cabang pengawasan kanker IARC, dikutip dari The Guardian.

8 dari 11 halaman

Kanker yang Paling Banyak Menyumbang Angka Kematian

Observatorium kanker global IARC, yang mencakup 185 negara dan 36 jenis kanker, menunjukkan bahwa ada 10 jenis kanker menyumbang sekitar dua pertiga kasus baru dan kematian secara global pada 2022.

9 dari 11 halaman

Pertama, kanker paru-paru. Ini adalah kanker yang paling sering didiagnosis di seluruh dunia, mencakup 12,4% kasus baru dan 18,7% kematian. Kedua, kanker payudara. Pada wanita merupakan jenis kanker kedua yang paling umum terjadi. Angkanya mencakup 11,6% kasus, kanker ini menyebabkan kurang dari 7% kematian


Kanker ketiga yang cukup tinggi memicu kematian yaitu kanker usus, keempat kanker hati, dan keempat kanker perut. Kanker kelima yang juga menyumbang angka kematian tinggi yaitu kanker serviks. 

10 dari 11 halaman

© Angka kematian akibat kanker di banyak negara diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat. Shutterstock

Kanker serviks  merupakan kanker paling umum pada wanita di 25 negara, sebagian besar berada di Afrika Sub-Sahara.

11 dari 11 halaman

Dokterr Cary Adams, ketua Persatuan Pengendalian Kanker Internasional, mengungkap kesenjangan pengobatan kanker jadi faktor penting.

“Meskipun ada kemajuan yang telah dicapai dalam deteksi dini kanker dan pengobatan serta perawatan pasien kanker, terdapat kesenjangan yang signifikan dalam hasil pengobatan kanker. Hal ini terjadi tidak hanya di antara wilayah berpendapatan tinggi dan rendah di dunia, namun juga di dalam negara," ujarnya.

Sumber: The Guardian/ WHO

Beri Komentar