Diskusi Di Gedung MUI (Dream/ Maulana Kautsar)
Dream - Islam tidak mengajarkan teror. Sehingga, aksi terorisme yang dilakukan oleh beberapa kelompok orang, yang mengataskan agama, sejatinya tidak mencerminkan ajaran Islam.
Demikian disampaikan Ketua Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Yusnar Ilyas, di Jakarta, Kamis kemarin. “ Kalau ruh keagamaannya digunakan, maka mereka seharusnya tidak seperti itu,” ucap Yusnar.
Dia meragukan pemahaman agama dari kelompok-kelompok yang melakukan sejumlah tindak kekerasan. Menurut dia, jika pengetahuan agamanya kuat, seorang Muslim tak akan melakukan aksi teror.
“ Apakah benar orang-orang yang melakukan teror itu agamanya kuat? Bagaimana dengan sholatnya? Bagaimana dengan Tahajudnya?” tanya dia.
Oleh karena itu, dia manambahkan, umat Muslim sangat penting untuk melihat keyakinan berbangsa. Sebab, seringkali aksi teror yang muncul didasarkan pada upaya merombak sistem kenegaraan yang telah dibangun.
“ Kalau mereka (teroris) menyadari keberadaan bangsa itu, harusnya mereka tidak melakukan tindakan semacam itu,” ucap Yusnar.
Sementara itu, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigadir Jenderal Polisi Hamidin, mengatakan, munculnya gerakan radikal di dunia mengubah pandangan terhadap kaum Muslim di Indonesia. Muncul stigma di tengah masyarakat.
Dan itulah yang berusaha diubah oleh BNPT. Bagi lembaga ini, masalah utama dari penanganan terorisme ialah adanya upaya penanaman paham-paham radikal dalam masyarakat.
“ Mau jenggot kek atau mau celana cingkrang, bukan itu yang kami lihat. Yang berbahaya ialah munculnya radikalisasi dalam suatu kelompok komunitas yang mengarah pada aksi teror,” kata Hamidin.
Di era modern ini, tambah dia, segala aspek teknologi mampu menjadi celah masuknya paham radikal. Orang-orang yang tertarik akan masuk ke dalam kelompok tertentu, dibaiat, hingga diajak ‘berjihad’, namun jalannya tak sesuai ajaran Islam.
Untuk mencegahnya, BNPT terus melakukan pendekatan kultural pada bekas tokoh-tokoh kelompok radikal. “ Salah satunya dengan mendekati keluarga mereka. Karena banyak dari keluarga pelaku teror, terlantar hidupnya,” ucap dia.
Upaya ini dilakukan karena ternyata aksi teror yang terjadi kerap berasal dari masalah non-keagamaan. “ Dalam beberapa kasus ada motif sosial, balas dendam, ekonomi dan lain sebagainya.”
“ Untuk itu, pemahaman masyarakat, jika teroris itu Islam, harus diubah. Islam itu bukan teroris. Para teroris itu hanya menggunakan Alquran dan hadis sebagai pembenar tindakan mereka,” tambah Hamidin.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati