(Foto: HAWC)
Dream - Dalam beberapa waktu belakangan ini, Bumi seolah disiram oleh hujan partikel misterius bernama positron. Sayangnya, para peneliti belum bisa menentukan sumber hujan positron yang merupakan partikel antimateri dari elektron yang memiliki energi sangat besar.
Selama bertahun-tahun, sejak fisikawan Victor Hess menemukan fenomena sinar kosmik pada tahun 1912, para ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi berbagai bentuk serta tipe partikel yang sampai ke Bumi.
Namun temuan baru-baru ini yang dipublikasikan dalam jurnal Science telah membuat para ilmuwan bingung. Masalahnya, sinar kosmik berupa hujan positron itu tidak diketahui asalnya.
Selama ini, para ilmuwan hanya menduga-duga bahwa positron yang jatuh ke Bumi itu berasal dari bintang mati yang berputar dengan cepat, yang disebut dengan pulsar.
Menurut mereka, pulsar yang berada dekat dengan Bumi kemungkinan telah melemparkan partikel-partikel tersebut dengan kecepatan yang tinggi.
Namun menurut pernyataan Michigan Technological University yang terlibat dalam penelitian ini, sumber partikel-partikel ini lebih eksotis dari pulsar. Kemungkinan sumber tersebut dari materi gelap, yaitu entitas yang menyumbang 80 persen massa alam semesta.
Temuan mengenai positron ini bermula pada tahun 2008 ketika detektor luar angkasa PAMELA menangkap positron dalam jumlah melebihi perkiraan para peneliti.
Hao Zhou, salah satu penulis penelitian tersebut di Los Alamos National Lab, mengatakan kepada Space.com bahwa partikel, seperti positron, yang membawa muatan listrik sulit dideteksi di Bumi. Sebab, positron bisa dibelokkan oleh medan magnet planet ini. Tapi Zhou dan ilmuwan lainnya punya solusi.
Partikel misterius ini ternyata juga berinteraksi dengan gelombang mikro kosmik seperti arus foton berenergi rendah yang merupakan sisa-sisa dari kelahiran alam semesta.
" Elektron berenergi tinggi seperti positron, akan 'menendang' keluar foton berenergi rendah. Foton ini kemudian berubah menjadi sinar gamma," kata Zhou.
" Sinar gamma ini, yang tidak memiliki muatan listrik, dapat melewati medan magnet Bumi dan berhasil sampai ke permukaan planet kita," tambahnya.
Sebelumnya, para peneliti meyakini sumber positron itu berasal dari sinar gamma yang muncul dari dua pulsar, yaitu Geminga dan PSR B0656+14.
Kedua pulsar tersebut dinilai cukup matang dan dekat dari Bumi sehingga dapat melemparkan positron sebanyak itu ke atmosfer kita.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, para peneliti menggunakan observatorium sinar gamma High-Altitude Water Cherenkov (HAWC) yang terletak di Meksiko.
HAWC terdiri dari 300 tangki air murni. Jika menyentuh atmosfer Bumi, sinar gamma akan menghasilkan hujan partikel berenergi tinggi.
Ketika partikel-partikel ini menembus HAWC, observatorium tersebut akan bersinar biru. Dengan cara ini, para peneliti bisa mengetahui arah datangnya sinar gamma tersebut dan menemukan sumbernya.
Namun menurut tim University of Maryland, data HAWC menunjukkan bahwa hujan partikel yang datang dari kedua pulsar itu terlalu lambat agar bisa sampai di Bumi dalam jumlah yang sangat besar.
" Agar bisa tiba di sini sekarang, partikel-partikel itu seharusnya sudah berangkat sebelum pulsar terbentuk," kata Zhou.
Fisikawan Jordan Goodman dari University of Maryland mengatakan, perhitungan tim peneliti yang dipimpinnya tidak serta merta menyebutkan bahwa sumber positron adalah materi gelap.
" Ini hanya untuk mengatakan bahwa ada teori baru yang berusaha menjelaskan jika fenomena yang berbasis pada pulsar tersebut membutuhkan data baru untuk mendukungnya," kata Goodman.
Selain materi gelap, Zhou mengatakan bahwa ada dua sumber lain, yaitu sisa-sisa supernova dan microquasar, yang perlu diperhitungkan sebagai sumber positron.
Microquasar adalah sebuah objek sangat terang yang tercipta ketika materi berbentuk spiral itu terseret lubang hitam.
" Untuk mengkonfirmasi sumber materi gelap ini, saya kira masih ada jalan panjang yang harus ditempuh. Untuk saat ini, kita terpaksa menyingkirkan semua teori asal positron dari pulsar ini," kata Zhou.
(Sumber: space.com)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik