Dream - Selama empat hari, hubungan Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) semakin tegang. Korut mencoba memanaskan situasi dengan unjuk kekuatan mengerahkan puluhan kapal selam dan melibatkan unit artilerinya.
Korsel punya cara unik membalas tindakan Korut. Bukan dengan adu kekuatan militer, Korsel memasang pengeras suara berkekuatan tinggi dan memutar lagu-lagu K-Pop di wilayah perbatasan.
Korsel memang tengah berusaha menghancurkan semangat tentara pihak seterunya dengan musik pop. Korsel juga memutar siaran radio dengan pelbagai konten seperti diskusi bersama para pembelot serta laporan pelanggaran HAM di Korut.
Taktik Korsel tersebut ternyata efektif. Korut marah dengan tindakan Korsel itu.
Penggunaan pengeras suara saat perang urat syaraf mungkin tampak aneh bagi dunia lainnya, tetapi Korsel tahu yang 'terbaik' untuk tetangganya.
Menurut Justin Hastings dari University of Sydney, jika ada satu hal yang paling dibenci Korut, itu adalah informasi, dalam bentuk apapun, dari dunia luar.
Dosen Hubungan Internasional dan Perbandingan Politik ini mengatakan kepada news.com.au, Korut lebih takut warganya tergoda oleh budaya populer tidak hanya dari Korsel tetapi juga Barat. Terlebih lagi pada para tentaranya.
" Ini bukan permainan perang," katanya. " Satu hal yang benar-benar dibenci Korut adalah, dan ini mengejutkan saya awalnya, taktik yang melibatkan pengiriman informasi tentang dunia luar ke Korut," kata Hastings.
Hastings menambahkan, meski tidak membunuh siapa pun, namun taktik mengirim pesan ke tentara Korut ini benar-benar mengganggu. Selain pengeras suara, balon yang diisi pesan dan dilepas melalui perbatasan juga taktik yang sangat tidak disukai Korut.
Selama dua minggu terakhir Korsel telah menyiarkan radio Voice of Freedom melintasi perbatasan. Melalui pengeras suara, Seoul mendesak Pyongyang untuk minta maaf atas peristiwa terlukanya dua prajurit Korsel oleh ranjau yang dipasang Korut di perbatasan.
Korut menolak dan malah membalas dengan pamer kekuatan militer di laut dan darat. Aksi ini dibalas Korsel dengan bantuan Amerika Serikat menerbangkan dua pesawat tempur di perbatasan. Hal ini membuat pemimpin Korut Kim Jong-un memerintahkan tentaranya untuk siaga perang.
Akibat situasi tersebut, PBB turun tangan untuk menengahi dengan meminta dua negara itu menyelesaikan sengketa melalui jalur diplomasi. Setelah melakukan pembicaraan selama 40 jam, keduanya sepakat berkompromi pada Selasa kemarin.
Korsel mematikan pengeras suara propaganda dan Korut 'menyatakan penyesalan' atas ledakan ranjau di perbatasan.
Sumber: news.com.au
Advertisement
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta