Keluarga Bayu Aji, Salah Satu Penumpang JT610 (Dream.co.id/Maulana Kautsar)
Dream - Wanita paruh baya itu tak mampu menahan tangis. Sebuah sapu tangan menutupi bibir yang bergetar. Mata mengernyit, mengeluarkan air mata.
Dipapah sang suami, wanita itu masuk ke salah satu ruangan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta. Keduanya hendak menyerahkan berkas sekaligus menjalani tes DNA.
Wanita tersebut adalah ibunda Bayu Aji. Dia hendak mencari tahu kabar anaknya yang merupakan penumpang Lion Air JT610 yang jatuh di Karawang, Jawa Barat, pada Senin 29 Oktober 2018
Sepupu Aji, Haidir, turut mengantarkan pasangan itu. Menurut dia, ayah dan ibu Aji telah menjalani proses pengambilan sampel DNA.
Menurut Haidir, saat ini mereka tengah menunggu perkembangan informasi mengenai jenazah korban. Dia mengatakan polisi meminta mereka menunggu selama tiga hari.
" Sudah tes DNA. Jadi tinggal nungu tiga hari. Kalau sudah ketemu dipanggil," ujar Haidir.
Kesedihan keluarga ini sangat mendalam. Sebab, mereka tidak hanya kehilangan Aji, namun juga menantunya, Rebiyanti. " Istrinya juga satu pesawat namanya Rebiyanti," ujar Haidir.
Dream - Badan SAR Nasional optimis menemukan badan pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Namun, Basarnas butuh waktu untuk menemukan badan pesawat yang mengalami kecelakaan pada Senin 29 Oktober 2018 itu.
" Itu hanya masalah waktu aja," kata Kepala Basarnas, Marsekal Madya Muhammad Syaugi, di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Selasa 30 Oktober 2018.
Syaugi mengatakan, titik koordinat jatuhnya pesawat sudah ditemukan. Untuk operasi pencarian lanjutan, Basarnas telah menerjunkan tim penyelam dan mengoperasikan alat pendeteksi bawah laut.
" Titik koordinat sudah, kalau main bodi belum ketemu. Jadi sekarang masih dicari dengan alat namanya Multi Beam Echo Sounder di samping penyelaman juga," ujar dia.
Menurut Syaugi, tidak ada batasan waktu pelaksanaan operasi untuk saat ini, meski Undang-undang membatasi tujuh hari dan dapat diperpanjang. Dia juga menyatakan operasi pencarian dijalankan sepenuhnya oleh personel gabungan dari dalam negeri.
" Tak ada (asing), ini bangsa kita sendiri, semuanya harus all out," ujar dia.
Syaugi menambahkan, apabila proses pencarian sudah sepuluh hari, maka Basarnas akan menggelar evaluasi untuk operasi lanjutan.
" Setelah 10 hari kami akan analisa ada kemungkinan akan ditemukan, ya diterus seperti di Palu dan Lombok," ucap dia.
Sejauh ini, Syaugi mengungkapkan tim penyelam gabungan tidak menemukan kendala dalam proses pencarian. Desas-desus persoalan lumpur akan menghambat jalannya proses evakuasi, ia bantah.
" Tidak ada. Tidak ada kendala kedalaman 30 meter tidak masalah," kata dia.
Dream - Pesawat Lion Air JT610 sempat mengalami menit-menit krusial sebelum lenyap dari pantauan radar. Sejumlah nelayan mengaku menyaksikan pesawat tersebut jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Sejumlah ahli penerbangan dunia membuat analisis terkait kecelakaan yang terjadi pada Senin 29 Oktober 2018 itu. Ada sejumlah temuan yang tidak biasa dalam kasus ini.
Pakar keselamatan penerbangan, John Cox, mengatakan, berdasarkan data awal dari Flightradar24, JT610 turun dari ketinggian 1.479 meter dengan kecepatan tinggi. Waktu yang dibutuhkan hanya 21 detik.
" Kejatuhan normal pesawat seharusnya pada kecepatan antara 450 meter hingga 600 meter per menit," ujar Cox, dikutip dari Bloomberg, Selasa 30 Oktober 2018.
Data Flightradar24 menunjukkan JT610 terjun dengan kecepatan 9.441 meter per menit. Kecepatan tersebut setara dengan penerbangan jarak menengah namun tidak untuk pesawat meluncur dari ketinggian.
" Angkanya sangat sulit dipercaya," kata Cox.
Jejak penerbangan JT610 yang tertangkap radar juga menimbulkan banyak pertanyaan. Pesawat itu sempat naik dan mendaki beberapa kali dengan kecepatan yang bervariasi.
Kondisi ini disebut tidak biasa terjadi. Apalagi pada pesawat tipe B737 MAX 8 yang dikendalikan lewat komputer.
Penjelasan yang memungkinkan adalah adanya kegagalan yang melibatkan kru maupun peralatan dalam pesawat. Hal ini dilihat dari indikasi kecepatan hingga masalah pada perangkat elektronik.
Dugaan tersebut diperkuat dengan adanya permintaan izin pilot kepada ATC untuk kembali ke bandara awal. Ini menandakan kru telah melakukan upaya penanganan namun gagal.
Mantan kepala investigasi kecelakaan pada Lembaga Penerbangan Federal Amerika Serikat, Steve Wallace, mengingatkan beragam analisis yang muncul masih bersifat spekulasi. Dia belum bisa memberikan gambaran utuh terkait jatuhnya JT610.
Wallace mengatakan, satu-satunya sumber data yang bisa dipegang adalah rekaman informasi penerbangan pada pesawat. Apalagi, kata dia, pesawat tipe MAX 737 dilengkapi alat yang mampu merekam ribuan parameter data.
" Rekaman data penerbangan dan suara akan sangat penting," kata Wallace.
Advertisement
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik