Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Khofifah: Saya Dulu Jualan Es Lilin, Sekarang Menteri

Khofifah: Saya Dulu Jualan Es Lilin, Sekarang Menteri Khofifah Indar Parawansa (Antara/ Saiful Bahri)

Dream -Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, memompa semangat dua ribu anak yatim piatu saat memberikan sumbangan di Stadion gajayana, malang, jawa Timur, pada Jumat kemarin. Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu mengisahkan masa kecilnya yang penuh perjuangan.

“Saya saat usia anak-anak berjualan es lilin, sejak kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Saya tidak malu, karena itu pekerjaan halal,” kata Khofifah, Jumat 25 Maret 2016.

Tak hanya berjualan es. Saban hari Khofifah juga diajak ke sawah oleh orangtuanya. Meski demikian, dia tetap bersemangat dan optimis menjalani hidup meski dengan keterbatasan kala itu.

“Nenek dan ibu saya punya sawah. Selesai dari sawah, biasa juga ikut ke sungai. Ada sungai yang biasa untuk mandi,” kata dia.

“Saya di slulup (menyelam) dan dapat kerang besar-besar segini –sambil memperagakan ukuran dengan jempolnya. Dulu sungainya memiliki kerang-kerang yang besar-besar, sekarang ada enggak kerangnya itu?,” tambah Khofifah.

Perempuan yang pernah dua kali mencalonkan diri dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur ini berharap supaya anak-anak tidak malu berusaha, sepanjang halal dilakukan. Cibirang orang menjadi hal biasa, harus dianggap sebagai ujian.

“Jangan pernah malu, karena itu perbuatan yang halal. Kalau ada yang jualan gorengan, jangan malu,” ucap Khofifah.

Menurut dia, orang-orang yang saat ini menjadi pemimpin pada saatnya nanti akan lengser. Penggantinya adalah anak-anak Indonesia, semua memiliki kesempatan yang sama.

“Sekarang wali kotanya masih Abah Anton, tetapi sepuluh tahun yang akan datang adalah Anda semua. Saya yang sekarang menjadi Menteri Sosial dulunya adalah mantan penjual es lilin,” imbuh Khofifah. (Sumber: Merdeka.com)

Habibie, Sang Profesor Pesawat Terbang

Dream - "Apa mungkin orang Indonesia bisa bikin pesawat terbang? Orang Indonesia memang gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri".

Sindiran itu dilontar dari mulut Bacharuddin Jusuf Habibie saat berkunjung ke kantor Manajemen Garuda Indonesia, Kompleks Bandara Soekarno-Hatta, Januari 2012.

Tapi lihat buktinya, kata Presiden Republik Indonesia ketiga ini dengan nada bergetar, sambil memutar sebuah video 17 tahun silam.

Pagi itu, 10 Agustus 1995, mata dunia tertuju ke Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Pesawat perdana buatan anak negeri N-250 Gatot Kaca terbang untuk pertama kalinya.

Suasana tegang menyeruak ketika mesin pesawat itu mulai dinyalakan. Gemuruh 'si burung besi' terdengar. Pesawat itu melaju pelan, berputar arah kemudian mulai bergerak di landasan pacu.

Kencang, semakin kencang dan akhirnya lepas landas. Pesawat N-250 terbang tinggi di atas cakrawala. N-250 terbang perdana sekitar 55 menit.

Semua karyawan bertepuk tangan sambil berdiri. Tak sedikit yang menangis haru. Berita ini disiarkan hampir ke seluruh dunia.

Sebelumnya, sejumlah pengamat penerbangan memprediksi N-250 tidak mampu terbang dan bahkan akan jatuh saat lepas landas.

Tapi mereka keliru. Hari itu, Habibie membuktikan 'Si Gatot Kaca' terbang gagah membelah angkasa biru.

Tapi mimpi besar soal pesawat buatan nasional ini berakhir pahit. Awan gelap krisis moneter menghantam Indonesia.

Proyek N-250 tak bisa dilanjutkan karena tak ada dana. PT IPTN yang berubah nama menjadi PT Dirgantara pun ditutup paksa. Ribuan karyawannya menjadi pengangguran.

Tapi semangat lelaki kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, tak pernah mati. Ia selalu memperjuangkan agar industri penerbangan Indonesia bisa bangkit lagi.

Kini Habibie bertekad menghidupkan Gatot Kaca yang mati suri. "N-250 adalah bukti, tidak ada negara lain yang berhak mengatakan orang Indonesia bodoh!," kata Habibie dengan semangat berapi-api.

Di usia senja, 79 tahun, pria yang pernah menjabat menteri riset dan tehnologi itu siap kembali membuat kejutan besar!

Ia membuat suksesor pesawat N-250. Pesawat kali ini diberi nama Regio Prop 80 (R80). Teknologi yang diadopsi pesawat ini digadang-gadang lebih efisien dan canggih, dari segi desain serta mesin, dibanding Boeing dan Airbus.

Penerus 'Gatot Kaca' bakal terbang perdana menjajal bandara baru di Majalengka pada 2018, tepatnya bulan Agustus. Kemungkinan besar di Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat.

Belum banyak informasi detail soal pesawat anyar buatan Habibie itu. Tapi banyak orang berdebar menanti.

Habibie memang telah diakui oleh dunia penerbangan. Saat ilmuan penerbangan dari berbagai belahan dunia kelimpungan mencari solusi untuk mencegah kecelakaan akibat keretakan pada bagian sayap, Habibie muncul dengan solusi.

Pria yang lama tinggal di Jerman ini muncul membawa teori keretakan pesawat yang kondang dengan sebutan 'Faktor Habibie' untuk menciptakan pesawat yang sangat aman untuk penerbangan.

Habibie hidup susah saat menempuh pendidikan di Jerman. Kadang dia tak punya makanan. Dia hanya mengandalkan kiriman dari sang ibu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo.

Maklum, Habibie tak mendapat beasiswa penuh, seperti kebanyakan mahasiswa Indonesia lain. Dia hanya bermodal 'paspor hijau'. Sementara lainnya 'paspor merah'. Paspor dinas.

"Kiriman ibu saya sering telat. Saya sering kelaparan. Tapi ada kawan baik pada saya. Namanya Ilona. Dia sering datangi saya ke perpustakaan, beri apel dan roti," kata Habibie mengenang masa muda di sekolah Jerman.

Jika musim libur tiba, Habibie tak bisa berleha-leha seperti temannya. Ia justru harus sibuk bekerja, mencari uang tambahan biaya hidup di negeri rantau. Jika ada sisanya, ia beli buku.

Anak ke-4 dari delapan bersaudara ini memulai bangku kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955.

Habibie berhasil menyelesaikan strata 1 pada usia 22 tahun dan strata dua pada usia 24 tahun. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.

Kejeniusan Habibie membuat takjub dunia. Dibuktikan ketika menemukan teori-yang disebut dunia internasional sebagai teori-krack progression. Teori ini menemukan perhitungan titik rawan kelelahan badan pesawat.

Titik rawan kelelahan ini biasanya pada sambungan antara sayap dan badan pesawat atau antara sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang mengalami guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landas maupun mendarat.

Ketika menyentuh landasan, sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin ini menanggung empasan tubuh pesawat.

Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan (krack). Titik rambat tersebut semakin hari kian memanjang dan bercabang-cabang. Habibie yang kemudian menemukan bagaimana rambatan titik krack (keretakan) itu bekerja.

Dengan teori ini industri pembuat pesawat bisa mengerjakan badan pesawat dengan perhitungan yang lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko pesawat jatuh, tetapi juga membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah.

Berkat berbagai prestasinya, Habibie mendapat ganjaran dengan sejumlah penghargaan di antaranya bidang kedirgantaraan, Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences.

Selepas meraih gelar doktor, Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg, sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang (1965-1969). Kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973).

Karier Habibie makin mencorong, pada 1969 dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978.

Namun setahun kemudian, Habibie rela meletakkan jabatan prestisius itu saat 'Ibu Pertiwi' memanggil pulang. Ia diminta membangun industri pesawat terbang di negeri sendiri.

"Di situ (MBB Hamburg) lahir Airbus, yang sekarang membuat A-380 di situ. Waktu saya mulai ke situ 3.000 (karyawan), waktu saya tinggalkan 4.500, sekarang 16.000, " kata Habibie.

Dalam skala internasional, Habibie terlibat erbagai proyek desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dengan teknologi mendarat dan lepas landas secara vertikal),

Kemudian CN-235 dan CN-250 (pesawat dengan teknologi fly-by-wire). Selain itu, ia secara tidak langsung ikut terlibat dalam proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.

Dalam sebuah bukunya berjudul 'Habibie dan Ainun', Jerman menawari Habibie untuk menjadi warga negara kehormatan.

Sebuah tawaran yang amat jarang diberikan oleh Jerman. Namun, Habibie tidak silau dengan tawaran itu. Habibie memilih setia menjadi WNI. Menolak tawaran Jerman.

"Sekalipun menjadi warga negara Jerman, kalau suatu saat Tanah Air memanggil, maka Paspor Jerman akan saya robek dan saya akan kembali ke Tanah Air," katanya.

Seperti kata Pepatah; "Hujan batu di negeri sendiri lebih baik daripada hujan emas di negeri orang".

Bagi Habibie, setetes keringat yang menitik di tanah kelahiran, akan lebih berharga sebagai perekat negeri, daripada keringat yang tertumpah di negeri asing!

Khoirul Anwar, Tukang `Ngarit` Penemu 4G

Dream - Khoirul Anwar dianggap gila. Ditertawakan. Bahkan dicemooh. Idenya dianggap muskil. Tak masuk akal. Semua ilmuwan yang berkumpul di Hokkaido, Jepang, itu menganggap pemikiran yang dipresentasikan itu tak berguna.

Dari Negeri Sakura, Anwar terbang ke Australia. Tetap dengan ide yang sama. Setali tiga uang. Ilmuwan negeri Kanguru itu juga memandangnya sebelah mata. Pemikiran Anwar dianggap sampah.

Pemikiran Anwar yang ditertawakan ilmuwan itu tentang masalah power atau catu daya padaWi-Fi. Dia resah. Saban mengakses internet, catu daya itu kerap tak stabil. Kadang bekerja kuat, sekejap kemudian melemah. Banyak orang mengeluh soal ini.

Tak mau terus mengeluh, Anwar memutar otak. Pria asal Kediri, Jawa Timur, itu ingin memberi solusi. Dia menggunakan algoritma Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan.

FFT merupakan algoritma yang kerap digunakan untuk mengolah sinyal digital. Anwar memasangkan FFT dengan FFT asli. Dia menggunakan hipotesis, cara tersebut akan menguatkan catu daya sehingga bisa stabil.

Ide itulah yang diolok-olok ilmuwan pada tahun 2005. Banyak ilmuwan beranggapan, jika FFT dipasangkan, keduanya akan saling menghilangkan. Tapi Anwar tetap yakin, hipotesa ini menjadi solusi keluhan banyak orang itu.

Ilmuwan Jepang dan Australia boleh mengangapnya sebagai dagelan. Tapi dia tak berhenti. Anwar kemudian terbang ke Amerika Serikat. Memaparkan ide yang sama ke para ilmuwan Paman Sam.

Tanggapan mereka berbeda. Di Amerika, Anwar mendapat sambutan luar biasa. Ide yang dianggap sampah itu bahkan mendapat paten. Diberi nama Transmitter and Receiver. Dunia menyebutnya 4G LTE. Fourth Generation Long Term Evolution.

Yang lebih mencengangkan lagi, pada 2008 ide yang dianggap gila ini dijadikan sebagai standar telekomunikasi oleh International Telecommunication Union (ITU), sebuah organisasi internasional yang berbasis di Genewa, Swiss. Standar itu mengacu prinsip kerja Anwar.

Dua tahun kemudian, temuan itu diterapkan pada satelit. Kini dinikmati umat manusia di muka Bumi. Dengan alat ini, komunikasi menjadi lebih stabil.

Karya besar ini ternyata diilhami masa kecil Anwar. Dulu, dia suka menonton serial kartun Dragon Ball. Dalam film itu, dia terkesan dengan sang lakon, Son Goku, yang mengeluarkan jurus andalan berupa bola energi, Genkidama.

Untuk membuat bola tersebut, Goku tidak menggunakan energi dalam dirinya yang sangat terbatas. Goku meminta seluruh alam agar menyumbangkan energi. Setelah terkumpul banyak dan berbentuk bola, Goku menggunakannya untuk mengalahkan musuh yang juga saudara satu sukunya, Bezita.

Prinsip jurus tersebut menjadi inspirasi bagi Anwar. Dia menerapkannya pada teknologi 4G itu. Jadi, untuk dapat bekerja maksimal, teknologi 4G menggunakan tenaga yang didapat dari luar sumber aslinya.

***

Ya, karya besar ini lahir dari orang desa. Anwar lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 22 Agustus 1978. Dia bukan dari kalangan ningrat. Atau pula juragan kaya. Melainkan dari kalangan jelata.

Sang ayah, Sudjiarto, hanya buruh tani. Begitu pula sang bunda, Siti Patmi. Keluarga ini menyambung hidup dengan menggarap sawah tetangga mereka di Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang.

Saat masih kecil, Anwar terbiasa ngarit. Mencari rumput untuk pakan ternak. Pekerjaan ini dia jalani untuk membantu kedua orangtuanya. Dia ngarit saban hari. Setiap sepulang sekolah.

Meski hidup di sawah, bukan berarti Anwar tak kenal ilmu. Sejak kecil dia bahkan mengenal betul sosok Albert Einstein dan Michael Faraday. Ilmuwan dunia itu. Anwar suka membaca buku-buku mengenai dua ilmuwan tersebut, padahal tergolong berat.

Hobi ini belum tentu dimiliki anak-anak lain. Dan dari dua tokoh inilah, Anwar menyematkan cita-cita menjadi ‘The Next Einstein’ atau ‘The Next Faraday’.

Cita-cita tersebut hampir saja musnah. Saat sang ayah meninggal pada tahun 1990. Sang tulang punggung tiada. Siapa yang akan menopang keluarga? Perekonomian sudah tentu tersendat. Padahal kala itu Anwar baru saja menapak sekolah dasar.

Anwar tentu khawatir, sang ibu tak mampu membiayai sekolah. Apalagi hingga perguruan tinggi. Tapi Anwar memberanikan diri, mengungkapkan keinginan bersekolah setinggi mungkin kepada sang ibu. Kepada emak.

Anwar menyiapkan diri. Sudah siap apabila sang emak menyatakan tidak sanggup. Tapi jawaban yang dia dengar di luar dugaan. Bu Patmi malah mendorongnya untuk bersekolah setinggi mungkin.

“Nak, kamu tidak usah ke sawah lagi. Kamu saya sekolahkan setinggi-tingginya sampai tidak ada lagi sekolah yang tinggi di dunia ini,” ucap Anwar terbata, karena tak kuasa menahan haru saat mengingat perkataan emaknya itu.

Perkataan itu menjadi bekal Anwar untuk melanjutkan langkah meraih mimpi. Lulus SD, dia diterima di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Kunjang. Kemudian dia meneruskan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Kediri. Salah satu sekolah favorit di Kota Tahu itu.

Saat SMA itulah dia memilih meninggalkan rumah. Dia tinggal di rumah kost, tidak jauh dari sekolah. Jarak rumah dengan sekolah memang lumayan jauh. Dia sadar pilihan ini akan menjadi beban sang ibu.

Masalah itu membuat Anwar harus memutar otak. Dia lalu memutuskan untuk tidak sarapan demi menghemat pengeluaran. Tetapi, itu bukan pilihan tepat. Prestasi Anwar turun lantaran jarang sarapan.

“Karena tidak sarapan, setiap jam sembilan pagi kepala saya pusing,” kata dia.

Kondisi Anwar sempat terdengar oleh ibu salah satu temannya. Merasa prihatin dengan kondisi Anwar, ibu temannya itu menawari dia tinggal menumpang secara gratis. Anwar tidak perlu lagi merasakan pusing saat sekolah. Sarapan sudah terjamin dan prestasi Anwar kembali meninggi.

Lulus dari SMA 2 Kediri, Anwar lalu melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan ditetapkan sebagai lulusan terbaik pada 2000. Dia kemudian mengincar beasiswa dari Panasonic dan ingin melanjutkan ke jenjang magister di sebuah universitas di Tokyo.

Sayangnya, Anwar tidak lolos seleksi universitas tersebut. Dia merasa malu dan tidak ingin dipulangkan. Alhasil, dia memutuskan beralih ke Nara Institute of Science and Technology NAIST dan diterima.

Di universitas tersebut, Anwar mengembangkan tesis mengenai teknologi transmitter dan menggarap disertasi bertema sama dalam program doktoral di universitas yang sama pula.

Dan Anwar, kini telah menelurkan karya besar. Temuan yang ditertawakan itu dinikmati banyak orang. Termasuk para ilmuwan yang mengolok-olok dulu...

Pelajar Ini Tak Malu Jualan 'Slondok' demi Terus Sekolah

Dream - Setiap hari, ketika orang-orang masih terlelap, pada pukul tiga dini hari  seorang remaja putera sudah sibuk. Nama pemuda itu, Desi Priharyana,  17 tahun.  Ia duduk duduk di bangku SMKN 2 Jetis Yogya. Pelajar  ini sudah cukup lama menjalani rutinitas sebagai penjual slondok, penganan khas yang terbuat dari singkong.

Demi memenuhi kebutuhan hidupnya, Desi menjalani 3 pekerjaan sekaligus. Saat malam hari ia bekerja sebagai penjaga di sebuah toko kelontong yang terletak di Desa Toino, Pandowoharjo, Sleman Yogyakarta.

Bagi Desi, melakoni beberapa pekerjaan tak jadi masalah asal ia bisa tetap sekolah dan memberikan sedikit uang saku untuk adiknya. Maklum, Kamto ayah Desi, hanyalah buruh serabutan.

Ia juga kerap menjual slondok. Setiap hari ada 25 bungkus slondok yang ia jajakan. Sambil menaiki sepeda ontelnya Desi bisa menjual 10-25 bungkus seharga Rp 7 ribu per bungkus.

"Upah yang saya terima dari jualan slondok sekitar Rp 2 ribu per bungkusnya. Lumayan untuk nambah-nambah beli alat tulis."

Ingin tahu kisah Desi? Yuk selengkapnya Baca di sini

Heboh Tukang Sayur di Magelang Jualan Pakai Motor Sport

Dream - Belum lama ini sosial media dibuat heboh dengan penampakan sepeda motor berjenis sport Yamaha YZF R25, yang ternyata dipakai untuk berjualan sayur.

Awalnya banyak netizen menganggap foto itu hanya editan. Namun sebuah akun facebook bernama Arif Subkhan memastikan jika penampakan itu adalah benar, bukan rekayasa. Foto yang beredar di sosmed adalah hasil jepretan kamera Arif.

Menurut pengakuan Arif di akun Facebook-nya, motor seharga Rp 54 juta itu dipakai oleh tukang sayur di sekolah SMP 3 Magelang, Jawa Tengah.

Arif sempat mewawancarai si tukang sayur. Si pedagang sayur keliling itu mengaku telah nabung selama 6 tahun untuk membeli motor sport idamannya.

"Ini bakulnya anak muda yang nyentrik, rambut semir kuning, pakaian gaul dan sepatu sneakers," tulis Arif membalas beberapa komentar di akunnya tanpa menyebut identitas si tukang sayur itu. 

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jiwa NU-nya Diragukan Cak Imin, Khofifah: Dia Berjuang di NU Berapa Lama?

Jiwa NU-nya Diragukan Cak Imin, Khofifah: Dia Berjuang di NU Berapa Lama?

Respon Khofifah soal Cak Imin yang meragukan ke-NU-annya usai mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
3 Selebritis yang Memutuskan Jadi Mualaf dan Meninggal Sebagai Muslimah

3 Selebritis yang Memutuskan Jadi Mualaf dan Meninggal Sebagai Muslimah

Sederet selebritis ini memutuskan mualaf sampai ajak menjemput mereka.

Baca Selengkapnya
Kemenag: Produk Non Halal Wajib Cantumkan Keterangan Tidak Halal

Kemenag: Produk Non Halal Wajib Cantumkan Keterangan Tidak Halal

Produk yang berasal dari bahan tidak halal atau non halal akan dikecualikan dari kewajiban sertifikat halal.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Keutamaan Mencari Nafkah untuk Keluarga, Ada Pahala Besar di Balik Jerih Payah

Keutamaan Mencari Nafkah untuk Keluarga, Ada Pahala Besar di Balik Jerih Payah

Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga dari hasil kerja keras, hal itu bernilai sedekah.

Baca Selengkapnya
Mengungkap Dahsyatnya Pahala Amalan-Amalan Kecil yang Sering Diremehkan

Mengungkap Dahsyatnya Pahala Amalan-Amalan Kecil yang Sering Diremehkan

Dahsyatnya Pahala Amalan-Amalan Kecil yang Sering Diremehkan

Baca Selengkapnya
MUI: Haram Hukumnya Memberi dan Menerima ‘Serangan Fajar’

MUI: Haram Hukumnya Memberi dan Menerima ‘Serangan Fajar’

MUI: Haram Hukumnya Memberi dan Menerima ‘Serangan Fajar’

Baca Selengkapnya
Buah Tak Disarankan Dibikin Jadi Jus, Konsultan Gizi dengan 324 Ribu Follower Punya Alasan Ilmiahnya

Buah Tak Disarankan Dibikin Jadi Jus, Konsultan Gizi dengan 324 Ribu Follower Punya Alasan Ilmiahnya

Minum jus kerap jadi solusi saat diet, namun ternyata konsumsinya tidak disarankan pakar. Intip alasannya.

Baca Selengkapnya
Hukum Tidak Memaafkan Orang Lain Saat Idul Fitri, Ini Pesan-Pesan Rasulullah

Hukum Tidak Memaafkan Orang Lain Saat Idul Fitri, Ini Pesan-Pesan Rasulullah

Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk saling memaafkan antar sesama Muslim.

Baca Selengkapnya