`Magna Carta` Batal Dipamerkan di Tiongkok

Reporter : Ahmad Baiquni
Minggu, 18 Oktober 2015 06:03
`Magna Carta` Batal Dipamerkan di Tiongkok
Pameran ini bersamaan dengan tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap para aktivis hak-hak sipil.

Dream - Rencana memamerkan naskah asli piagam Magna Carta di Renmin University, Beijing, Tiongkok, dibatalkan di menit-menit terakhir. Piagam bersejarah itu diputuskan untuk dipamerkan di kantor kedutaan Inggris untuk Tiongkok.

Penyebabnya, terdapat peringatan piagam itu dapat memicu konflik. Alhasil, warga Tiongkok tidak bisa melihat langsung piagam tersebut.

Pameran ini digelar dalam rangka memperingati usia Magna Carta yang sudah mencapai 800 tahun. Piagam ini ditulis dan disahkan di tahun 1215.

Magna Carta merupakan piagam yang menjadi sumber rujukan pemerintahan negara-negara modern yang didominasi sistem demokrasi. Piagam ini dibuat sebagai aturan tertulis untuk mencegah tindakan pelanggaran hak dasar manusia.

Piagam ini dirancang dengan tujuan spesifik untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Raja Yohanes, penguasa di Britania Raya, terhadap para bangsawan dan rakyat.

Dalam piagam ini termuat sejumlah konsep mengenai hukum penguasaan tanah, aturan hukum yang menjadi rujukan revolusi politik dari Amerika hingga Taiwan.

Alasan keamanan yang menjadi dasar pembatalan pameran ini lantaran adanya tindakan kekerasan untuk mencegah aksi aktivis hak-hak sipil.

Sementara konsep semacam konstitusionalisme prinsip-prinsip universal diabaikan oleh Partai Komunis Tiongkok.

Tokoh oposisi Tiongkok, Hu Jia, mengaku tidak terkejut dengan pemindahan pameran itu dari kampus. Dia mengatakan Renmin University memiliki hubungan dengan pelatihan akademi Partai Komunis dan dokumen yang bertentangan dengan partai akan dilarang.

Lebih penting, kata dia, pemimpin Tiongkok mungkin berpikir pameran itu lebih diminati dan banyak mahasiswa melihatnya.

" Mereka takut ideologi dan materi sejarah ini akan berpengaruh mendalam di hati para mahasiswa," kata Hu. (Ism) 

(Ism, Sumber: shanghaiist.com | nytimes.com)

Beri Komentar