Ilustrasi (YouTube)
Dream - Seorang peneliti Kanada yang juga berprofesi sebagai pesulap telah mengungkapkan trik rahasia yang digunakan untuk memengaruhi keputusan seseorang dalam memilih kartu.
Penelitian ini mengungkapkan bagaimana faktor-faktor kontekstual tertentu dapat memengaruhi keputusan orang untuk memilih, meskipun mereka mungkin merasa bahwa mereka memilih secara bebas.
Para peneliti mengatakan temuan ini bahkan dapat memengaruhi pengambilan keputusan sehari-hari.
" Kami mulai dengan prinsip sulap yang kita tidak sepenuhnya pahami: bagaimana pesulap memengaruhi penonton untuk memilih kartu tertentu tanpa disadari mereka," papar Jay Olson, penulis utama dari studi baru yang diterbitkan dalam Consciousness and Cognition dikutip Dream.co.id dari laman Daily Mail, Kamis 11 Februari 2015.
" Kami menemukan bahwa orang cenderung memilih opsi yang lebih menonjol atau menarik perhatian, tetapi mereka tidak tahu mengapa mereka memilih itu."
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.
Pada bagian pertama, Olson (yang juga seorang pesulap profesional) mendekati 118 orang di jalan-jalan dan kampus-kampus. Dia meminta mereka untuk memilih kartu dengan melirik satu yang menonjol saat ia membalik-balik setumpuk kartu.
Meski kartu dikocok sekitar setengah detik, namun Olson menggunakan teknik untuk membuat salah satu kartu - disebut 'kartu sasaran' - lebih menonjol daripada yang lain.
Sekitar 98 persen dari peserta memilih kartu sasaran; tapi sembilan dari 10 dilaporkan merasa mereka memiliki pilihan bebas.
Banyak penjelasan tak ilmiah mengapa mereka membuat keputusan memilih kartu. Salah satu peserta mengaku ia memilih kartu sasaran (10 Hati) karena hati adalah simbol umum dan warna merah lebih menonjol.
Pada tahap kedua, para peneliti menciptakan versi sederhana dari riffle (teknik mengocok kartu) berbasis komputer dengan menghadirkan rangkaian 26 gambar kartu berurutan pada layar.
Para peneliti meminta peserta untuk diam-diam memilih kartu, kemudian memasukkannya pada setiap 28 percobaan yang berbeda. Secara keseluruhan, peserta yang memilih kartu sasaran mencapai 30 persen.
Menurut rekan penulis Ronald Rensink, seorang profesor psikologi dan ilmu komputer di University of British Columbia, tingkat ini jauh lebih rendah dibandingkan dalam studi pertama.
Karena banyak faktor sosial dan situasional yang biasa ditemui pada panggung sulap absen dari laboratorium yang dijadikan tempat penelitian.
Dalam pertunjukkan sulap, misalnya, penonton mungkin dipengaruhi oleh kepribadian si pesulap dan tekanan untuk memilih kartu dengan cepat.
" Sulap menjadi lensa sederhana untuk memeriksa dan mengungkap perilaku dan pengolahan fungsi otak yang lebih tinggi," kata rekan penulis Amir Raz, yang merupakan mantan pesulap profesional dan peneliti di Cognitive Neuroscience of Attention di Fakultas Kedokteran McGill, Kanada. (Ism)
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini

Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun

Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000

NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia


Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6

Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!

Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025

Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025

Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan

Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib