Video Mobil Jokowi Berhenti, Paspampres Geger

Reporter : Idho Rahaldi
Kamis, 11 Februari 2016 14:31
Video Mobil Jokowi Berhenti, Paspampres Geger
Jokowi tiba-tiba meminta rombongan berhenti untuk menyapa warga yang menunggunya di pinggir jalan

Dream - Presiden Joko Widodo dikenal sebagai figur pemimpin yang merakyat. Tak jarang Jokowi merepotkan para pasukan pengamanan alias Paspampres.

Ini karena Presiden Jokowi kerap kali turun langsung sekedar menyapa dan juga mendengar keluh kesah masyarakat.

Salah satunya terlihat dalam video berdurasi 2 menit 9 detik, saat Jokowi tiba-tiba meminta rombongan berhenti untuk menyapa warga yang menunggunya di pinggir jalan.

Tak ayal kejadian itu membuat Paspampres harus berjibaku dengan rakyat. Warga setempat merasa senang bisa bersalaman dengan Jokowi.

Video itu direkam oleh pengguna Facebook, Etrand Ponyako. Kala itu Jokowi sedang berkunjung di Sengkol, Nusa Tenggara Barat pada Selasa, 9 Februari 2016.

Tindakan Jokowi itu rupanya membuat haru pengguna media sosial. Mereka menilai Jokowi merupakan pemimpin yang merakyat. Penasaran seperti apa? Berikut videonya (Ism, Sumber : facebook.com/Etrand Ponya Koe) 

1 dari 5 halaman

Kisah Sri Sultan Disuruh Minggir Saat Presiden Jokowi Lewat

Kisah Sri Sultan Disuruh Minggir Saat Presiden Jokowi Lewat © Dream

Dream - Pengguna sosial media (netizen) tengah ramai memperbincangkan kisah kesahajaan dan keteladanan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang rela menepi bersama warga saat rombongan Presiden Jokowi lewat, meski ia diminta untuk mengikuti iring-iringan.

Cerita ini bermula saat Presiden Jokowi menghadiri acara Hari AntiKorupsi di UGM, Yogyakarta, Selasa lalu. Begitu selesai, rombongan lalu bertolak menuju Gedung Agung Malioboro.

Sesampainya di Jalan Kusumanegara, petugas voorijder Presiden Jokowi meminta semua kendaraan menepi karena Jokowi akan lewat.

Setelah beberapa waktu, petugas baru menyadari kalau salah satu kendaraan yang diminta minggir itu adalah Camry berplat AB 1, mobil dinas Gubernur sekaligus Raja Keraton Yogyakarta.

Petugas kemudian meminta mobil itu berjalan bersama iring-iringan Jokowi, tetapi Sri Sultan memilih tetap berhenti bersama masyarakat menunggu hingga rombongan lewat.

Kisah yang beredar di sosial media itu memantik simpati banyak orang, salah satunya Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Achmad Charris Zubair. Dosen filsafat UGM ini tersentuh dengan kesahajaan Sultan.

" Ini adalah contoh nyata, di tengah kita sedang merayakan hari Anti Korupsi, ada sosok teladan di Yogyakarta, sikap sahaja dan jujur. Coba sekarang kita konfirmasi kepada Ngarso Dalem, gimana tanggapannya," kata Charris Zubair yang duduk dalam satu panggung dengan Sultan di penutupan Festival Anti Korupsi dikutip Dream.co.id dari lama Merdeka.com, hari ini.

Sultan yang diminta tanggapan, hanya tersenyum dan meminta Busyro Muqodas yang malam ini sebagai moderator untuk melanjutkan acara dialog.

Saat dikejar wartawan Sultan juga menolak komentar. Dia justru heran kenapa sampai ada yang tahu kejadian itu.

" Kalau saya nggak ada komentar-komentar, komentar saya kok ya ada wartawan yang tahu, mungkin ada yang membuntutiku yo?" kata Sri Sultan lalu tertawa.

Sebenarnya bukan wartawan yang membuntuti Sri Sultan. Kisah itu mencuat berkat tulisan warga Yogya, Hartady Nugroho, yang kebetulan berada di lokasi saat kejadian.

(Sumber: Merdeka)

2 dari 5 halaman

Kisah Brigadir Polisi Tilang Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Kisah Brigadir Polisi Tilang Sri Sultan Hamengku Buwono IX © Dream

Dream - Tak tebang pilih dalam penegakan hukum. Itulah hikmah kisah yang ditulis Aryadi Noersaid ini. Cerita tentang seorang bintara polisi menilang Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Tanah Jawa. Dan polisi pemberani itu adalah Brigadir Royadin, paman Aryadi Noersaid.

Kisah itu terjadi di Pekalongan, Jawa Tengah, pada pertengahan tahun 1960-an. Kala itu, jam baru menunjukkan pukul 5.30 WIB. Di pagi berkabut itu, Royadin, yang baru sepekan mendapat kenaikan pangkat dari agen polisi menjadi brigadir, sudah berada di pos jaga. Di Persimpangan Soko, yang mulai ramai dilalui delman dan becak.

Tiba-tiba, sebuah sedan hitam keluaran tahun 1950-an melaju pelan melawan arus. Kala itu, sangat jarang warga yang memiliki mobil. Sehingga, yang tengah berkendara itu pastilah bukan orang sembarangan. Namun demikian, nyali Royadin tak menjadi ciut. Dia menghentikan mobil yang melaju santai tersebut.

" Selamat pagi, bisa ditunjukan rebuwes," kata Royadin. Rebuwes merupakan surat kendaraan kala itu. Pengemudi mobil membuka kaca. Namun dada Royadin seolah terhentak. Seperti digebuk palu godam. Dia hampir pingsan setelah melihat siapa gerangan sang pengemudi itu. Dialah Sinuwun Sri Sultan Hamengku Buwono IX. " Ada apa pak polisi?" demikian tutur Sultan dengan sopan, setelah membuka pintu.

Tubuh Royadin masih gemetar. Namun dia segera siuman dari keterpanaan. Hatinya tetap bulat. Semua pelanggar harus ditindak. " Bapak melanggar verboden," kata Royadin. Royadin mengajak Sultan melihat papan tanda verboden itu. Namun ditolak. " Ya saya salah. Kamu yang pasti benar. Jadi bagaimana?" tanya Sultan.

Royadin agak kikuk. Pertanyaan itu sulit dia jawab. Dalam batin dia berkata, bagaimana bisa menilang seorang raja. Bagaimana bisa menghukum pahlawan Republik. Sementara, dia hanya polisi muda berpangkat brigadir. Namun Royadin heran mengapa Sultan tak memperkenalkan diri sebagai Raja, lantas meminta pelanggaran itu tak diurus dengan menggunakan kekuasaannya.

" Maaf, Sinuwun terpaksa saya tilang," kata Royadin. " Baik brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya. Saya harus segera ke Tegal," jawab Sultan.

Dengan tangan bergetar Royadin membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu. Tapi dia sadar, tidak boleh memberi dispensasi. Yang membuatnya sedikit tenang, tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut Sultan minta dispensasi. Surat tilang diberikan dan Sultan segera melaju.

Royadin baru sadar setelah Sultan berlalu. Dia menyesal, berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya. Ingin rasanya dia mengambil kembali surat tilang Sultan dan menyerahkan rebuwes mobil yang ditahan. Tapi semua sudah terlanjur.

Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di Markas Polisi Pekalongan. Dari ruang Komisaris, nama Royadin disebut berkali-kali. Royadin langsung disemprot sang komandan dalam bahasa Jawa kasar.

" Royadin! Apa yang kamu perbuat? Apa kamu tidak berfikir? Siapa yang kamu tangkap itu? Siapaaa? Ngawur kamu! Kenapa kamu tidak lepaskan saja Sinuwun, apa kamu tidak tahu siapa Sinuwun?" teriak sang komisaris.

" Siap pak. Beliau tidak bilang Beliau itu siapa. Beliau mengaku salah, dan memang salah," jawab Royadin.

" Ya tapi kan kamu mestinya mengerti siapa dia. Jangan kaku. Kok malah kamu tilang. Ngawur, kamu ngawur. Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri Kepolisian Negara," tutur sang Komisaris meledakkan amarahnya.

 

3 dari 5 halaman

Mobil SBY Dipepet Sepeda Motor Misterius di Bandung

Mobil SBY Dipepet Sepeda Motor Misterius di Bandung © Dream

Dream - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono mendapatkan aksi 'teror' saat mobil yang mereka tumpangi melewati tol Buah Batu, Bandung, Jawa Barat.

Diketahui, SBY bersama Menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II menghabiskan waktu beberapa hari di Bandung. Dalam kunjungannya, rombongan sempat mampir ke sejumlah tempat, seperti rumah makan Ampera dan Trans Studio Bandung.

SBY dan Ibu Ani meninggalkan Bandung, Selasa 11 November 2014, kemarin. Namun dalam perjalanan pulang ke Jakarta, mobil yang mereka tumpangi dipepet sepeda motor misterius.

Peristiwa itu dituliskan Ibu Ani dalam akun Instagram-nya, pag tadi. " Kemarin pukul 10 pagi, dalam perjalanan kembali ke Jakarta melalui pintu tol Buah Batu Bandung, tiba-tiba mobil kami dipepet dari kiri oleh sepeda motor," tulis Ibu Ani.

" Tentu saja kami kaget. Motor tersebut terus saja mengikuti kami. Sesuatu yang dulu tidak pernah terjadi, karena biasanya di samping kanan kiri mobil kami ada pengawal bermotor anti teror " ninja" dari Paspampres."

Disebut ninja karena menggunakan topeng dan pakaian serba hitam. Kemudian si pengendara sepeda motor berusaha mengatakan sesuatu kepada SBY dan Ibu Ani. " Kami hanya membaca gerakan mulutnya saja karena tidak terdengar jelas," imbuhnya.

Dengan tenang, SBY yang duduk di sebelah kiri menurunkan kaca mobil. Si pengendara motor yang belakangan diketahui bernama Timothy berteriak; " Pak SBY, saya mau foto sama Bapak."

Timothy mengaku sudah menunggu sejak pagi di tempat SBY menginap. Namun ia tidak mengetahui ketika SBY sudah pulang. " Tapi saya sudah menunggu sejak jam 7 pagi di tempat hotel Bapak menginap. Tadi saya kecolongan tidak tahu Bapak sudah pulang."

SBY kemudian meminta pria itu untuk menunggunya sebelum pintu masuk tol Buah Batu. " Ini sedang iring-iringan kendaraan. Begini saja, maju ke depan. Tunggu saya sebelum masuk pintu tol Buah Batu. Kita foto di sana."

Sebelum masuk Tol Padaleunyi, mobil SBY berhenti. SBY dan Ibu Ani keluar mobil, khusus untuk berfoto memenuhi permintaan Timothy yang merupakan seorang mahasiswa. Setelah keinginannya terpenuhi, dia memberikan kartu nama ayahnya yang ternyata seorang Guru Besar di ITB. (Ism, Sumber: Instagram @aniyudhoyono)

4 dari 5 halaman

Curhat SBY 10 Tahun Hidup Penuh Hinaan

Curhat SBY 10 Tahun Hidup Penuh Hinaan © Dream

Dream - Mantan Presiden Ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara soal pasal pencemaran yang kembali akan dihidupkan pemerintah Joko Widodo.

SBY menilai demokrasi dan kebebeasan penting namun jangan melampaui batas.

" Demokrasi juga perlu tertib, tapi negara tak perlu refresif," kata SBY dalam akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, Minggu, 9 Agustus 2015.

Selama 10 tahun menjabat presiden, SBY mengaku ada ratusan perkataan dan tindakan yang menghina, tak menyenangkan, dan mencemarkan nama baginya.

" Foto resmi Presiden dibakar, diinjak2, mengarak kerbau yg pantatnya ditulisi " SBY" & kata2 kasar penuh hinaan di media & ruang publik *SBY*," kenang SBY dalam akunnya.

Andai SBY menggunakan haknya untuk mengadukan ke polisi, dia memperkirakan akan ada ratusan orang diperiksa dan dijadikan tersangka.

" Barangkali saja juga justru tidak bisa bekerja, karena sibuk mengadu ke polisi. Konsentrasi saya akan terpecah," katanya.

Dari pengamatannya, SBY mengatakan tindakan-tindakan penghinaan semacam itu sudah hampir tidak ada. Unjuk rasa disertai penghinaan kepada presiden, maupun berita kasar di media menurut SBY sudah tak ada.

" Ini pertanda baik. Perlakuan " negatif" berlebihan kpd saya dulu tak perlu dilakukan kpd Pak Jokowi. Biar beliau bisa bekerja dgn baik," kata SBY.

Dengan sistem demokrasi, setiap penduduk memang diakui bebas melakukan kritik termasuk kepada presiden. Namun hal itu tidak harus dilakukan dengan menghina dan mencemarkan nama baiknya.

Sebaliknya, presiden juga bisa menunaikan haknya untuk menuntut seseorang yang menghina dan mencemarkan nama baiknya. " Tapi janganlah berlebihan," ujar SBY.

Seraya berpesan pasal penghinaan, pencemaran nama baik, dan tidak tidak menyenangkan tetap ada karetnya. Artinya, ada unsur subyektivitasnya.

5 dari 5 halaman

Kumpulan Cerita Lucu SBY Usai Tak Jadi Presiden

Kumpulan Cerita Lucu SBY Usai Tak Jadi Presiden © Dream

Dream - Setelah tak lagi menjabat sebagai Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono kini lebih sering menikmati waktu bersama keluarga, sesuatu yang jarang dilakukannya 10 tahun terakhir ini.

Layaknya warga biasa, SBY beserta keluarga mulai menikmati jalan-jalan di tempat keramaian. Bedanya, sekarang SBY dan Ibu Ani berjalan tanpa ada pengamanan super ketat dari petugas Paspampres.

Masyarakat pun bisa dengan bebas bersalaman, berbicara, mengajukan foto bareng hinggaselfie jika bertemu SBY dan keluarganya. Tanpa sungkan SBY pun melayaninya.

Nah, berikut ini momen lucu yang dialami SBY dan keluarga ketika melayani masyarakat yang ingin berfoto bareng. Dari di mal hingga di jalan raya.

 

Beri Komentar