Kisah Pilu Shandra Woworuntu Korban Perdagangan Manusia di AS

Reporter : Puri Yuanita
Selasa, 5 April 2016 09:02
Kisah Pilu Shandra Woworuntu Korban Perdagangan Manusia di AS
Shandra berhasil melarikan diri dari kamar mandi tempat penyekapan dia bersama beberapa korban lainnya.

Dream - Shandra Woworuntu, mantan analis keuangan di satu bank internasional di Indonesia, tak menyangka nasibnya bisa kelam setelah menjadi korban perdagangan manusia dan perbudakan seks di Amerika Serikat.

Namun Shandra berhasil melarikan diri dari kamar mandi tempat penyekapan dia bersama beberapa korban lainnya.

Mimpi Kerja di Amerika

Kisah pilu yang dialami Shandra ini bermula pada saat krisis ekonomi menerjang Asia pada tahun 1998. Saat itu usianya 24 tahun.

Shandra kehilangan pekerjaan sebagai analis keuangan di salah satu bank. Untuk menghidupi putrinya yang masih tiga tahun, Shandra mencari pekerjaan di luar negeri.

Saat itu dia melihat ada lowongan di surat kabar yang membutuhkan peminat untuk bekerja di hotel-hotel di di AS, Jepang, Hongkong, dan Singapura.

Shandra memilih satu hotel di Chicago, dan melamar. Baginya, Amerika adalah sebuah tempat yang menjanjikan dan memberikan peluang.

Setelah melalui proses perekrutan yang panjang, Shandra akhirnya diterima.

" Persyaratan yang harus saya penuhi adalah bisa berbicara sedikit bahasa Inggris dan membayar biaya sebesar Rp 30 juta (tahun 2001)," kenangnya.

Rencananya, ibu dan kakaknya akan menjaga putrinya selama dia bekerja di luar negeri selama 6 bulan, dengan gaji US$ 5 ribu (sekitar Rp 66 juta). Setelah itu dia akan pulang dan membesarkan putrinya.

.....

1 dari 5 halaman

Awal yang Mencurigakan

Awal yang Mencurigakan © Dream

Dream - Saat pertama kali menginjakkan kaki di Bandara JFK di New York, pada Juni 2001, Shandra sudah merasakan hal yang aneh. Ternyata dia tidak dibawa ke Chicago tempat dia seharusnya bekerja, melainkan ke New York yang jaraknya hampir 1.250 km.

Bersama empat perempuan lainnya, Shandra harus berganti empat kali mobil untuk sampai ke sebuah rumah di Brooklyn yang sebenarnya rumah bordil.

Benar saja, saat masuk rumah itu, sopir yang membawanya berteriak 'Mama-san! Gadis baru!'

" Pada saat itu saya langsung panik, karena saya tahu 'Mama-san' berarti mami germo rumah bordil. Tapi kami tidak bisa apa-apa, karena ditodong pistol," katanya.

Selain ditodong senjata, semua dokumen Shandra, termasuk paspor, dipegang oleh agen penyalur tenaga kerja yang sebenarnya mucikari bernama Johnny Wong, warga Taiwan.

Dan hanya beberapa jam setelah kedatangannya di AS itu, Shandra dipaksa untuk melakukan seks. Meski ketakutan, Shandra tetap bertahan agar tetap hidup.

2 dari 5 halaman

Berat dan Menyakitkan

Berat dan Menyakitkan © Dream

Dream - Sejak itu, Shandra berpindah-pindah tempat dan dipaksa untuk menjadi budak seks para penyelundup manusia. Mereka ada yang berasal dari Indonesia, Taiwan, Malaysia, Cina dan Amerika. Bahkan salah satu dari mereka memakai lencana polisi.

" Saya dibawa pulang dan pergi ke rumah bordil yang berbeda-beda, apartemen-apartemen, hotel-hotel dan kasino-kasino di Pantai Timur."

Para kriminal itu menyuruh Shandra mengkonsumsi narkoba di bawah todongan senjata. Siang dan malam Shandra hanya minum bir dan wiski karena hanya minuman itu yang ditawarkan.

Selama dua puluh empat jam dalam sehari, Shandra dan perempuan korban lainnya disuruh menunggu pelanggan dalam keadaan benar-benar telanjang.

Hampir setiap malam, salah seorang anggota sindikat membawa Shandra ke sebuah kasino. Mereka akan mendandaninya supaya terlihat bagai putri.

Setelah itu Shandra dibawa ke hotel kasino untuk melayani pelanggan yang sudah menunggu di kamar-kamar hotel.

" Saya berada di setiap kamar selama 45 menit, malam demi malam. Mucikari selalu menunggu di balik pintu kamar."

Apa yang dialami Shandra sungguh berat dan menyakitkan. Satu-satunya hiburan baginya adalah barang bawaan yang ada di dalam tasnya.

" Kamus, sebuah Alkitab kecil, dan beberapa bolpen juga buku-buku permainan yang saya ambil dari kamar hotel, dengan nama-nama kasino di dalamnya."

Shandra juga memiliki buku harian yang berisi catatan apa yang sudah dia lakukan, ke mana dia pergi, berapa orang yang sudah bersamanya, dan tanggal berapa.

3 dari 5 halaman

Bertemu Pria Indonesia

Bertemu Pria Indonesia © Dream

Dream - Satu hari, Shandra kembali ke rumah bordil tempat pertama kali dia menginjakkan kaki di AS. Dia terlibat perbincangan dengan perempuan lain yang merupakan 'pelacur kelas atas'. Perempuan tersebut memberikan nomor pria yang katanya bisa menolong Shandra keluar dari rumah bordil tersebut.

Setelah berbincang dengan perempuan itu, Shandra ke kamar mandi. Saat itu dia melihat sebuah jendela kecil. Sekrupnya tertutup, dan bersama seorang temannya bernama Nina, Shandra berhasil melarikan diri.

Ketika berada di luar, Shandra menghubungi nomor yang diberikan tadi dan seorang pria Indonesia terdengar menjawab. Sama seperti yang dikatakan perempuan tadi, ia berjanji untuk membantu mereka.

Mereka kemudian bertemu pria itu yang bersedia membayar biaya menginap di sebuah hotel. Dia menyuruh Shandra dan Nina menunggu di hotel itu sampai dia bisa menemukan pekerjaan untuk mereka.

Namun beberapa minggu kemudian, pria itu menyuruh Shandra dan Nina tidur dengan sejumlah pria di hotel. Ketika mereka menolak, pria itu menghubungi Johnny untuk datang menjemput mereka.

Ternyata pria Indonesia ini adalah satu sindikat dengan Johnny dan pelacur kelas atas itu.

4 dari 5 halaman

Konsulat RI Tak Membantu

Konsulat RI Tak Membantu © Dream

Dream - Sebelum Johnny tiba, Shandra berhasil melarikan diri ke jalan, hanya memakai sandal dan tidak membawa apa-apa kecuali dompet. Shandra berhasil mencapai sebuah kantor polisi dan menceritakan semuanya kepada seorang petugas.

Polisi itu tidak percaya dan menolak Shandra. Putus asa, Shandra mendekati dua polisi lainnya di jalan dan mendapat respons yang sama.

" Lalu saya pergi ke Konsulat Indonesia untuk mencari bantuan mendapatkan dokumen-dokumen, seperti paspor, dan bantuan lain. Saya tahu, mereka memiliki ruangan bagi orang untuk bisa tidur dalam keadaan darurat. Namun, mereka juga tidak membantu saya."

Shandra marah dan jengkel. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Shandra datang ke AS saat musim panas dan sekarang mendekati musim dingin.

Dia terpaksa tidur di stasiun kereta api bawah tanah di New York Staten Island Ferry, dan di Times Square. " Saya juga mengemis makanan dari orang-orang yang berlalu lalang," kenang Shandra.

5 dari 5 halaman

Bertemu Eddy dan Dibantu FBI

Bertemu Eddy dan Dibantu FBI © Dream

Dream - Hingga pada suatu hari, ketika berada di Grand Ferry Park di Williamsburg, seorang pria bernama Eddy membelikan Shandra makanan. Dia seorang pelaut asal Ohio yang tengah berlibur. Shandra dan Eddy kemudian sepakat untuk bertemu kembali esok paginya.

Esok harinya Shandra bertemu kembali dengan Eddy meski agak sedikit terlambat. Ternyata Eddy telah menghubungi FBI yang juga sudah menelepon kantor polisi.

" Kami langsung pergi ke pos polisi. Dua detektif menanyai saya panjang lebar. Saya menunjukkan buku harian saya kepada mereka termasuk rincian lokasi pelacuran dan buku-buku permainan dari kasino tempat saya telah dipaksa untuk bekerja."

Setelah mengecek maskapai penerbangan dan imigrasi, polisi akhirnya percaya dan melakukan penggerebekan di rumah bordil di Brooklyn.

Rasanya seperti sebuah adegan dalam sebuah film. Mobil diparkir, dan di luar rumah bordil, ada polisi yang menyamar berpura-pura menjadi tunawisma. Salah satu dari mereka mendorong troli belanja. Kemudian, ada banyak detektif, polisi bersenjata, tim SWAT, dan para penembak jitu bersembunyi di dekatnya.

Seorang petugas polisi berpakaian sipil dan menyamar sebagai pelanggan. Ia menekan bel rumah bordil. Saat itu Johnny muncul di depan pintu, dan, setelah berbicara singkat, dia langsung dibekuk.

Dalam hitungan detik, seluruh tim polisi sudah berada di anak tangga dan masuk ke dalam rumah itu. Tidak ada satu pun peluru yang dimuntahkan.

Satu jam telah berlalu, Johnny dan para perempuan penghuni rumah bordil itu keluar. Ada tiga perempuan di sana, salah satunya Nina. Ketika melihat tiga perempuan itu keluar selamat, itu adalah momen terhebat dalam hidup Shandra.

" Melahirkan adalah sebuah keajaiban. Tetapi tidak ada yang bisa membandingkan emosi yang saya alami ketika melihat teman-teman mendapatkan lagi kebebasan mereka."

Sebagai imbalan karena telah membantu pemerintah AS membongkar sindikat perdagangan manusia dan perbudakan seks, pada tahun 2010 Shandra diberi izin untuk menetap secara legal di AS. Meski diberi kebebasan untuk mengganti nama untuk keselamatannya, Shandra tetap memakai nama aslinya.

" Ini nama saya. Para sindikat itu telah mengambil semua yang saya miliki - lalu mengapa saya harus menyerah dengan mengganti nama?," katanya.

(Ism, Sumber: BBC News)

Beri Komentar