Sosok Pejuang Muslim Tuna Rungu dari Amerika

Reporter : Sandy Mahaputra
Kamis, 14 Agustus 2014 05:25
Sosok Pejuang Muslim Tuna Rungu dari Amerika
Nashiru Abdulai adalah warga Virginia keturunan Ghana yang menderita tuli sejak tertular meningitis pada usia 10 tahun. Ia memutuskan mendirikan sebuah organisasi bagi muslim yang menderita tuli.

Dream - Membantu muslim tuna rungu dalam mendapatkan akses agama yang setara, sebuah kelompok muslim Amerika terus berkampanye soal kesadaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi tuna rungu. Terutama dalam mengamalkan ajaran agama mereka seperti salat, mendengarkan khotbah dan membaca Alquran.

" Setiap kali aku pergi ke masjid, aku hanya bisa duduk di sana, memperhatikan imam berkhotbah dan tidak bisa memahami kata-kata mereka," kata Nashiru Abdulai, seorang warga Virginia keturunan Ghana yang menderita tuli sejak tertular meningitis pada usia 10 tahun.

Karena tidak ada layanan untuk orang tuna rungu di masjid, Abdulai mengaku sudah tidak pernah melakukan aktivitas agama di masjid, seperti dilansir Desert News.

Dengan masalah yang sama yang dihadapi sekitar 55 juta muslim tuna rungu, Abdulai memutuskan mendirikan sebuah organisasi bagi muslim yang menderita tuli. Dia mendirikan Muslim Deaf Global (GDM) pada 2005 untuk memenuhi hak dan kebutuhan muslim tuna rungu di seluruh dunia.

Sosok Pejuang Muslim Tuna Rungu dari Amerika

Dalam situs resminya, GDM memiliki visi untuk membantu muslim yang menderita tuna rungu dan secara aktif meningkatkan kesadaran akan isu-isu muslim tuna rungu dalam komunitas muslim yang lebih luas.

GDM memiliki cabang di California, Virginia, Minnesota, Illinois dan Texas serta di Kanada dan Ghana. GDM juga berhasil mengumpulkan dana US$480,000 untuk membiayai proyek penerjemahan Alquran ke American Sign Language (ASL).

" Informasi tentang Islam jarang tersedia dalam bahasa isyarat, sehingga sulit untuk mendidik muslim tuna rungu tentang Islam dan bagi individu sulit untuk melakukan penelitian mereka sendiri," GDM menjelaskan di situsnya.

Bagi muslim tuna rungu, masalah terbesar yang mereka hadapi adalah kurangnya kesadaran keberadaan mereka di masyarakat muslim normal.

Daoud Nassimi, seorang profesor Islam di Universitas Shenandoah dan Nova College yang membantu GDM untuk menerjemahkan Alquran ke dalam ASL, mengatakan para pemimpin mengetahui keberadaan mereka tapi tidak menyadari kebutuhan mereka.

" Hal utama yang mereka butuhkan adalah penerjemah," katanya.

Dia menambahkan dengan sedikitnya penerjemah muslim, pemimpin masjid harus menyewa penerjemah untuk khotbah Jumat, pengajian, kelas Alquran dan aktivitas lain bagi komunitas tuna rungu.

" Mereka perlu diyakinkan bahwa banyak muslim tuna rungu ada di komunitas mereka dan para anggota tidak bisa datang dan mengambil manfaat dari masjid dan programnya kecuali ada penerjemah."

Mereka harus diyakinkan bahwa dana yang dihabiskan untuk menyewa penerjemah benar-benar dibutuhkan karena ini adalah masalah penting.

Untuk mengatasi masalah itu, Pusat Budaya dan Sosial Qatar untuk Tuna Rungu mengirim delegasi pada konferensi internasional pertama muslim tuna rungu pada November lalu.

Dalam konferensi itu telah dikembangkan sebuah kamus bahasa isyarat Islami setebal 376 halaman. Kamus itu dikembangkan bersama masyarakat pemerhati tuna rungu negara Arab lainnya.

Tapi hal itu menjadi masalah bagi Amerika karena bahasa isyarat yang dikembangkan adalah Bahasa Isyarat Arab. Dan kebanyakan orang Amerika menggunakan ASL. Setiap kamus istilah Islam harus diterima secara universal oleh muslim tuna rungu di seluruh dunia. Sehingga masih perlu diterjemahkan lagi. (Ism)

Beri Komentar