Merangkak/ Foto: Shutterstock
Dream - Memasuki usia 6 bulan bayi akan mulai belajar merangkak. Ada juga bayi yang prosesnya merangkaknya lebih lama dan hal ini membutuhkan stimulasi lebih rutin.
BACA JUGA: Perubahan Kamar Rizky Billar Sebelum dan Seseudah Menikah Dengan Lesty Kejora
Merangkak, dikutip dari KlikDokter, merupakan fase paling penting dalam tumbuh kembang bayi. Merangkak mampu melatih otot-otot sekitar tangan dan juga kaki si Kecil.
Fase merangkak sangat berhubungan dengan kemampuan anak dalam menjaga keseimbangan tubuhnya dan meningkatkan kemampuan motorik. Untuk itu penting bagi orangtua memberikan stimulasi maksimal agar si kecil lebih semangat saat merangkak.
Pada bayi yang mulai belajar merangkak, penting untuk memberikan stimulasi berikut.
Bermain Sambil Tengkurap
Pastikan bayi menghabiskan waktu untuk tengkurap ketika sudah waktunya bermain. Saat tengkurap, selalu awasi si kecil, ia akan belajar mengangkat kepala dan menggerakkan anggota tubuhnya. Keduanya adalah latihan untuk menguatkan otot yang dipakai saat merangkak.
Bergerak Tanpa Bantuan Walker atau Bouncer
Dudukan bayi seperti walker atau bouncer sering digunakan untuk membantu bayi bergerak keliling rumah. Ada baiknya agar bayi belajar untuk berjalan secara mandiri dan menghabiskan waktu di area yang luas sehingga mereka terbiasa bergerak tanpa dukungan tambahan
Saat ingin memberikan si kecil mainan, jangan langsung menaruh di tangan atau pangkuannya. Taruh agak jauh untuk memancing si kecil bergerak. Bayi akan termotivasi untuk mengejar. Bayi pun akan lebih banyak bergerak dan menyesuaikan diri dengan gerakannya.
Merangkak Bersama
Dengan menirukan gerakan merangkak, bayi akan mengobservasi dan menirukan gerakan yang dilakukan oran tua. Hal ini dapat membantu karena mereka perlahan akan meniru dan kemudian akan merangkak sendiri.
Angkat tangan
Mengangkat tangan adalah latihan menyenangkan lainnya yang dapat dilakukan bayi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat mereka meraih sebuah objek di atas dan meletakkan lengannya di atas bantal ketika tengkurap, sehingga tangan mereka akan berusaha untuk mengangkat dada.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: MomJunction
Dream - Melihat bayi merangkak pertama kali adalah momen spesial yang dinanti para orangtua. Merangkak merupakan tahapan tumbuh kembang yang sangat penting bagi anak.
Merangkak umumnya berupa gerakan bayi menggunakan dengkul dan tangannya ke arah depan. Beberapa bayi ternyata saat merangkak justru mengarah ke belakang atau mundur.
Tampak aneh, tapi ternyata hal yang cukup normal. Dikutip dari Momjunction, selama bayi bisa menggunakan kedua tangan dan kedua kakinya untuk bergerak di lantai, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Beberapa bayi, sulit untuk mengkoordinasikan antara lengan dan kaki sambil menjaga keseimbangan dan postur tubuh saat merangkak. Dengan mmembiarkan bayi bergerak dengan kecepatannya sendiri, mereka akan menguasai tekniknya secara bertahap.
Merangkak mundur mungkin lebih mudah bagi beberapa bayi daripada merangkak ke depan. Misalnya, jika bayi merasa lebih kuat pada tangan daripada kakinya, mereka akan mendorong diri, merangkak, atau bergerak ke belakang. Sama halnya jika tubuh bagian atas bayi lebih berkembang daripada bagian bawahnya.
Ketika kaki semakin kuat, baru bayi akan merangkak ke depan. Bahkan, bayi tidak merangkak sama sekali adalah hal yang normal. Bayi biasanya akan belajar merangkak ke depan dengan sendirinya.
Jika ingin bayi bergerak maju, letakkan mainan atau makanan favorit di depannya agar mereka mau meraihnya. Trik ini akan membuat bayi akan berusaha bergerak maju, dan ototnya akan semakin kuat.
Bisa juga mencontohkan gerakan merangkak dan membantunya. Ketika bayi sudah dalam posisi merangkak, dorong ke depan dengan lembut dengan meletakkan tangan di bokongnya. Coba gerakkan kaki dan lengan bayi agar dia mendapatkan perasaan bergerak maju. Selain itu, gunakan tikar atau alas untuknya berlatih.
Jangan lupa beri bayi banyak pujian dan kata semangat agar mau belajar. Hal ini berpengaruh pada kepercayaan dirinya.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita
Dream - Bagi ibu hamil sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Memasuki usia kandungan 7 bulan, kadang dokter juga meminta pemeriksaan setiap dua atau satu minggu tergantung kondisi ibu dan janin.
Pemeriksaan kehamilan penting untuk memantau kesehatan janin dan ibu. Salah satu yang diperhatikan selama pemeriksaan dokter adalah berat badan janin. Dikutip dari KlikDokter.com, jika kenaikan berat badan selama kehamilan terjadi melebihi batas normal, perlu dianalisis lebih dalam.
Bayi yang besar dalam kandungan lebih berisiko mengalami komplikasi selama proses persalinan. Bayi dengan berat berlebih dalam istilah medis disebut, makrosomia.
Bayi dengan makrosomia umumnya memiliki berat lebih dari 3,7-4 kg. Pada kelahiran normal, berat bayi baru lahir sekitar 2,7-3 kg. Apa yang menyebabkan bayi besar saat lahir? Dokter Arina Heidyana menjelaskan, penyebab bayi lahir besar bisa karena berat badan ibu hamil yang berlebih dan pernah melahirkan bayi dalam kondisi makrosomia.
“ Hamil dengan usia 35 tahun ke atas juga bisa menyebabkan bayi lahir dengan kondisi makrosomia,” ujarnya.
1. Penyakit Diabetes
Saat ibu hamil menderita diabetes, maka janin mungkin menggunakan glukosa berlebihan. Hal ini dapat memicu pertumbuhan yang tidak biasa. Beberapa jenis diabetes yang menyebabkan makrosomia yaitu:
- IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
- Chemically induced diabetes
- Diabetes gestasional (terjadi saat kehamilan)
2. Obesitas
Ibu yang memiliki masalah berat badan berlebih atau obesitas sangat mungkin memiliki bayi dengan kondisi makrosomia. Hal ini terjadi karena peningkatan resistensi insulin pada janin.
Multiparitas merupakan istilah medis saat wanita melahirkan lebih dari sekali. Kondisi ini mungkin berkontribusi pada terjadinya diabetes dan obesitas, yang berkaitan dengan kondisi bayi lahir besar. Para ahli menganggap multiparitas bukan faktor risiko ataupun penyebab bayi lahir besar yang utama.
4. Pernah Melahirkan Bayi Makrosomia
Jika sebelumnya ibu pernah melahirkan bayi dalam kondisi makrosomia, maka akan lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi dengan kondisi yang sama di kehamilan selanjutnya.
5. Usia Kehamilan Berlebih
Ibu hamil yang mengalami kehamilan berkepanjangan atau lewat dari 42 minggu berisiko melahirkan bayi dengan ukuran tubuh berlebih. Kondisi ini terjadi karena janin menyerap pasokan darah beroksigen dan nutrisi terus-menerus.
Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
Museum Louvre Dibobol Hanya dalam 4 Menit, 8 Perhiasan Raib
Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lewat Terapi Inovatif dari AstraZeneca
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Sentuhan Gotik Modern yang Penuh Karakter di Koleksi Terbaru dari Dr. Martens x Wednesday
Panas Ekstrem, Warga Cianjur Sampai Tuang 2 Karung Es Batu ke Toren
ParagonCorp Sukses Gelar 1’M Star 2025, Ajang Kompetisi para Frontliners
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya