© 2025 Https://www.unsplash.com
DREAM.CO.ID - Masa remaja sering disebut sebagai fase “ serba tanggung”. Nggak lagi anak-anak, tapi juga belum sepenuhnya dewasa. Nah, di fase ini biasanya hubungan orang tua dan anak diuji. Salah paham gampang terjadi, apalagi kalau komunikasi antar generasi nggak nyambung.
Tapi kabar baiknya, kalau komunikasi sudah terjalin sehat, remaja justru bisa merasa lebih percaya diri, lebih terbuka, dan tumbuh dengan kepribadian yang kuat. Pertanyaannya, gimana sih kita tahu kalau komunikasi dengan anak remaja sudah berada di jalur yang benar? Yuk, simak tanda-tandanya.
Salah satu sinyal paling jelas adalah ketika anak berani cerita soal kesehariannya tanpa harus ditanya berkali-kali. Bisa soal teman, sekolah, sampai hal kecil seperti film yang lagi mereka suka. Kalau obrolan mengalir dengan santai, tandanya mereka merasa aman dan didengar.
Seperti yang pernah diungkapkan psikolog anak, “ Remaja butuh ruang aman untuk berekspresi tanpa takut dihakimi.” Jadi, kalau anak bisa datang dengan cerita-cerita jujurnya, itu kemenangan besar buat komunikasi keluarga.
Wajar kalau sesekali beda pendapat. Tapi komunikasi sehat terlihat ketika perbedaan itu bisa dibicarakan tanpa drama besar. Orang tua bisa menyampaikan aturan, sementara anak boleh kasih sudut pandangnya. Diskusi jadi ajang saling memahami, bukan sekadar siapa yang menang.
Komunikasi nggak melulu soal kata-kata. Terkadang tatapan mata, senyuman, atau sekadar duduk bareng sudah bisa bikin remaja merasa dekat dengan orang tuanya. Kalau suasana rumah terasa nyaman, anak pun lebih mudah terbuka.
Komunikasi yang sehat bikin anak berani jujur, termasuk ketika mereka salah. Misalnya nilai ulangan jelek atau melakukan kesalahan kecil di sekolah. Mereka nggak lari atau nutup-nutupi karena yakin orang tuanya akan menanggapi dengan bijak, bukan langsung marah besar.
Percaya atau nggak, humor bisa jadi jembatan ampuh antara generasi. Kalau obrolan sering diwarnai tawa dan candaan, berarti hubungan sudah cukup cair. Dari situ, isu serius pun biasanya lebih gampang dibicarakan karena ada kedekatan emosional yang terbangun.
Komunikasi sehat memang nggak bisa dibangun dalam semalam. Butuh kesabaran, konsistensi, dan yang paling penting: rasa saling percaya. Orang tua perlu belajar mendengarkan, sementara remaja perlu merasa bahwa suara mereka punya arti.
Pada akhirnya, komunikasi yang baik bukan cuma bikin hubungan orang tua dan anak lebih harmonis, tapi juga jadi bekal berharga bagi remaja untuk menghadapi dunia luar. Kalau di rumah saja mereka sudah punya ruang aman untuk berbicara, maka di luar pun mereka akan lebih siap berinteraksi dengan percaya diri.
Advertisement
Saat Anak Mulai Ngebet Punya Akun Sosmed: Umur Berapa Sebenarnya Boleh?
Remote Work Hub, Pejuang Kerja dari Rumah yang Sat Set Banget!
Kajian Musawarah, Komunitas Pengajian Digagas Sederet Artis Pria
So Sweet, Sekolah Ini Punya Tradisi `Kiss Your Mom`di Hari Pertama Sekolah
Video Viral Atap SMK Negeri 1 Cileungsi Roboh, Para Murid Berusaha Menyelamatkan Diri
Mengulik Harga Jam Tangan Keren 3 Menteri Baru Prabowo, Ada yang Miliaran
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Bali Banjir Ekstrem, Nana Mirdad Ungkap Seperti Tsunami Kecil
Food Blogger Mukbang Donat Toping Nyeleneh Sambal Hingga Petai
Curhat Dokter Sering Temui Pasien `Overdosis` Seblak dan Mi Pedas Ekstrem
3 Komunitas Kesehatan Mental di Indonesia, Kini Kamu Tak Perlu Merasa Sendiri Lagi
Momen Pengantin Rela Hemat Biaya Nikah Demi Bantu Anak Yatim
Ketika Cinta Berjalan Layaknya Persahabatan, Ini Pasangan Zodiak yang Paling “Bestie Goals”