© 2025 Https://www.unsplash.com
DREAM.CO.ID - Di era serba digital seperti sekarang, orang tua sering khawatir anak lebih banyak terpaku pada layar daripada mengasah kemampuan berpikirnya. Padahal, logika adalah salah satu fondasi penting dalam tumbuh kembang anak—bukan hanya untuk akademis, tapi juga untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Kabar baiknya, melatih logika anak ternyata nggak harus ribet atau mahal. Ada banyak cara simpel dan fun yang bisa dilakukan di rumah.
Siapa sih yang nggak kenal puzzle? Mainan klasik ini jadi favorit banyak orang tua karena terbukti melatih konsentrasi sekaligus logika. Saat anak berusaha menyusun potongan puzzle atau balok menjadi bentuk tertentu, otaknya bekerja untuk mengenali pola, mencoba-coba, sampai akhirnya menemukan solusi yang pas.
Bukan cuma seru, kegiatan masak juga bisa jadi media belajar. Misalnya, saat anak membantu menghitung jumlah sendok tepung atau mengukur air. Dari situ, mereka belajar konsep takaran, urutan, bahkan sebab-akibat: kalau adonan terlalu banyak air, kue bisa bantat.
Membacakan buku bukan sekadar soal mendengarkan dongeng. Coba tambahkan diskusi ringan, misalnya bertanya: “ Menurut kamu, kenapa si kelinci bisa menang dari kura-kura?” atau “ Kalau kamu jadi tokoh ini, apa yang bakal kamu lakukan?” Pertanyaan sederhana semacam itu mengasah kemampuan anak dalam berpikir kritis dan menilai situasi.
Tebak-tebakan ternyata bukan sekadar lucu-lucuan. Permainan ini melatih otak anak untuk mencari hubungan antar-kata, memahami makna ganda, dan mengasah kreativitas berpikir. Bahkan, tebak-tebakan logika sederhana bisa bikin mereka belajar berpikir step by step.
Terdengar sepele, tapi meminta anak untuk mengelompokkan mainan sesuai warna, bentuk, atau ukuran adalah latihan logika yang efektif. Misalnya, “ Boneka disusun di rak atas, mobil-mobilan di bawah.” Dari sana, mereka belajar klasifikasi dan keteraturan.
Jangan salah, permainan jadul seperti congklak, ular tangga, atau petak umpet juga penuh manfaat. Selain melatih strategi, permainan ini mengajarkan anak memahami aturan, menunggu giliran, dan berpikir untuk mengambil langkah terbaik.
Ajak anak jalan sore di taman atau sekadar duduk di halaman rumah. Tanyakan hal-hal sederhana seperti, “ Kenapa daun jatuh ke bawah, bukan ke atas?” atau “ Kenapa langit berubah warna saat sore?” Pertanyaan kecil ini memancing rasa ingin tahu sekaligus melatih logika mereka untuk mencari jawaban.
Belajar Logika Itu Bukan Hafalan
Psikolog anak kerap menekankan bahwa melatih logika sebaiknya dilakukan lewat aktivitas sehari-hari, bukan paksaan. Proses ini lebih ke membiasakan anak berpikir, bertanya, dan menemukan hubungan sebab-akibat dari sesuatu yang mereka alami langsung.
Dengan membiasakan kegiatan sederhana ini, anak bukan cuma belajar berpikir logis, tapi juga lebih siap menghadapi tantangan di masa depan. Pada akhirnya, logika yang terlatih akan membantu mereka mengambil keputusan lebih bijak, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Pria Pecinta Lego Ini Punya 6.334 Koleksi, Nilainya Sampai Rp1,9 Miliar
Biji Labu Ternyata Bisa Meningkatkan Kualitas Sperma, Sudah Tahu?
Youth of Indonesia, Komunitas Anak Muda Gagasan Chelsea Islan
5 Sumber Kekayaan Tasya Farasya, Beauty Influencer Tajir Melintir
Kenalan dengan India Club Jakarta, Komunitas Orang-orang India di Indonesia
Kakak Meninggal, Adik Gantikan Wisuda di ISI Yogya Penuh Air Mata
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Lesti Kejora Cerita Rambutnya Masih Kutuan Sebelum `Dirombak` Ivan Gunawan
Penampilan Iriana Jokowi dengan Berlian yang Total Harganya Rp2,7 miliar
Pria Pecinta Lego Ini Punya 6.334 Koleksi, Nilainya Sampai Rp1,9 Miliar
Biji Labu Ternyata Bisa Meningkatkan Kualitas Sperma, Sudah Tahu?
Youth of Indonesia, Komunitas Anak Muda Gagasan Chelsea Islan