Ilustrasi/ Foto: Shutterstock
Dream - Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim. Untuk itu sejak kecil, anak-anak sebaiknya sudah dibiasakan untuk mengaji dan hadir dalam majelis ilmu atau kajian.
Bisa belajar Iqra, hafalan surah atau mendengar kisah teladan Nabi-Nabi dan para sahabatnya. Saat orangtua hadir dalam kajian baik secara langsung maupun online, libatkan anak-anak dan biarkan mereka mendengar jika memang tema kajian cocok untuk anak-anak.
Berkah ilmu, InsyaAllah akan didapatkan anak untuk bekalnya nanti. Dikutip dari Muslim.or.id, hikmah anak hadir di majelis ilmu seperti cerita sahabat Nabi Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu.
Beliau adalah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang baru berumur 8 tahun saat Rasulullah meninggal dunia. Nu'man adalah bayi pertama yang terlahir dari kaum Anshar pasca hijrahnya Nabi ke kota Madinah.
Hal yang luar biasa, di usia 8 tahun, Nu'man telah menghafal dan meriwayatkan banyak hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ada sekitar 114 hadis yang telah beliau riwayatkan.
Artinya, hadis-hadis yang beliau hafal dan riwayatkan adalah hadis yang beliau dapat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di usia sebelum 8 tahun sampai usia 8 tahun.
Bahkan, salah satu hadis yang beliau riwayatkan adalah hadis yang dianggap oleh para ulama sebagai salah satu dari 3 hadis yang menjadi inti dari agama Islam, yaitu:
Pertama, hadis Umar bin Khattab,
Artinya: “ Sesungguhnya amalan tergantung pada niat.”
Hadis ini menjadi barometer amalan batin.
Kedua, hadis ‘Aisyah,
Artinya: “ Siapa yang beribadah dengan amal ibadah yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka ibadah itu tertolak.”
Hadis ini menjadi barometer amalan lahir (zahir).
Ketiga, hadis Nu’man bin Basyir,
Artinya: “ Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas, dan yang haram juga sudah jelas…”
Hadis tersebut menjadi barometer halal dan haram. Kehidupan sahabat kecil, Nu’man bin Basyir memberi pelajaran kepada kita para orang tua dan juga para penyelenggara kajian.
Jangan menganggap sepele hadirnya anak kecil di majelis ilmu. Bisa jadi ada satu faedah ilmu yang dia tangkap dan jadi bekalnya kelak juga bermanfaat bagi banyak umat muslim. Selengkapnya baca di sini.
Dream - Menjaga kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sayangnya, banyak orangtua tak terlalu memperhatikan aspek tumbuh kembang psikologis anak.
Fokus perhatianya lebih pada memenuhi kebutuhan gizi, materi, dan akademik. Terkait hal ini sebenarnya Islam memberikan tuntunan bagi para orangtua untuk menjaga kesehatan buah hatinya.
Apa saja? Dikutip dari SanadMedia, berikut ulasannya.
Pilih Pasangan Hidup yang Baik
Kepedulian dan perhatian Islam terhadap kesehatan psikologis anak dimulai jauh sebelum ia dilahirkan. Islam mendorong laki-laki memilih calon ibu yang saleha bagi anaknya (calon istrinya). Begitu pula wanita didorong agar memilih calon ayah yang saleh bagi anaknya (calon suaminya). Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “ Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari)
Beliau juga bersabda:
“ Jika ada yang datang kepada kalian hendak meminang, seseorang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Karena jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan juga kerusakan yang meluas.” (HR. At-Tirmidzi)
Alquran mengkritik orang-orang jahiliyah ketika bayi yang terlahir perempuan, mereka menyambutnya dengan penuh kesedihan dan rasa pesimistis. Sikap tersebut terhadap lahirnya anak perempuan termasuk perkara yang diharamkan. Allah SWT berfirman:
Artinya: “ Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) wajahnya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58-59)
Beberapa orangtua memperlakukan anak-anak mereka secara berbeda (pilih kasih). Hal ini tentunya akan sangat berdampak negatif pada kondisi psikologis anak bahkan hingga dewasa.
Oleh karena itu Islam memerintahkan agar orang tua bersikap adil kepada anak-anaknya dalam hal pemberian maupun interaksi dan perlakuan yang mencerminkan rasa kasih sayang.Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata:
Artinya: Suatu ketika Rasulullah saw. sedang berbincang-bincang dengan para sahabat. Tiba-tiba ada seorang anak kecil laki-laki datang menghampiri ayahnya yang berada di tengah-tengah kaum, lalu sang ayah mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di atas paha kanannya.
Tidak lama kemudian, datanglah putrinya dan menghampirinya, lalu ia mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di tanah.
Maka Rasulullah saw. bersabda, “ Bisakah kamu mendudukkannya di atas pahamu yang lain (kiri)?”
Lalu lelaki tersebut mendudukkannya (memangkunya) di atas pahanya yang lain. Kemudian Nabi bersabda: “ Sekarang kamu telah berbuat adil.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dalam An-Nafaqah ‘ala Al-‘Iyal).
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN