Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Anak-anak kerap kali bersikap tak terkontrol. Hal ini karena emosinya yang belum matang dan belum berpikir secara kompleks dan penuh pertimbangan. Bukan hanya anak balita tapi juga anak remaja.
Sebagai manusia, anak juga tak bisa luput dari kesalahan. Sebagai orangtua kita tentu tak mungkin membiarkannya. Justru dari kesalahan yang dilakukan, anak bisa belajar banyak.
Tugas orangtua adalah memberi tahu anak-anak bahwa tiap kesalahan ada konsekuensinya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Teguran bahkan hukuman boleh diberikan pada anak, asalnya hal tersebut bisa mendidiknya dan tak menimbulkan trauma.
Dalam hal memberi teguran pada anak, sangat dianjurkan untuk meneladani Nabi Muhammad SAW. Rupanya, Rasulullah telah mengajarkan kepada umat Islam untuk menegur kesalahan anak dengan lima cara berikut ini.
Yaitu dengan melalui teguran secara langsung sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada Umar bin Abi Salamah. Saat itu Umar memiliki kebiasaan mengulurkan tangan ke berbagai penjuru saat makan.
Lalu Rasulullah menegurnya dengan lembut sembari berkata, “ Nak! Bacalah basmallah terlebih dahulu! Makanlah dengan tangan kanan dan mulailah dari yang di dekatmu!” (HR. Bukhari & Muslim)
Kedua, yaitu dengan melalui sindiran seperti yang beliau SAW lakukan kepada para anak didiknya. Saat itu beliau SAW menyindir dengan mengatakan, “ Apa keinginan kaum yang menginginkan begini dan begitu?
Sesungguhnya aku shalat dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, dan aku pun menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak senang dengan sunnahku, berarti dia bukan dari golonganku.” (Shahih Jami’ al-Shagir)
Ketiga, yaitu melalui perkataan pedas apabila teguran dan sindiran sudah terasa tidak mempan. Suatu ketika, Rasulullah SAW pernah menegur secara pedas Abu Dzar al-Ghifari karena ia telah memaki seseorang dengan menyebut nama ibunya sehingga membuatnya malu.
Rasulullah SAW menegurnya dengan perkataan, “ Wahai Abu Dzar! Apakah engkau telah mempermalukannya dengan menyebut nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari)
Yaitu dengan pemutusan hubungan secara sementara. Jika ketiga cara sebelumnya belum membuahkan hasil, maka pemutusan hubungan secara sementara bisa dilakukan.
Saat Ka’ab bin Malik ra tidak mengikuti perang Tabuk, sanksi yang diberikan Rasulullah SAW padanya adalah Nabi melarang para sahabat berbicara dengannya sampai 50 malam dan pemutusan hubungan secara sementara. (HR. Bukhari).
Kemudian puncaknya, apabila anak sudah tidak bisa dinasehati dan disadarkan dari kesalahan yang telah ia perbuat maka hendaknya cara yang kelima pun dilakukan. Yaitu melalui pemukulan. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Hakim ada perintah kepada orangtua agar menyuruh anaknya shalat saat berusia 7 tahun. Ketika sudah berumur 10 tahun tidak shalat, maka diperintahkan untuk ‘memukul’ anak.
Namun pemukulan tersebut tidak dilakukan secara membabi buta dan harus sesuai dengan tuntunan agama Islam. Yaitu hanya sedikit pukulan kecil pada bagian tubuh yang aman seperti halnya kaki.
Penjelasan selengkapnya baca di Islami.co.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik