Ibu Hamil/ Foto: Shutterstock
Dream – Selama kehamilan, penting untuk selalu menjaga kondisi tubuh selalu fit. Mengonsumsi makanan kaya vitamin dan istirahat cukup agar imunitas selalu bekerja maksimal.
Kondisi hamil membuat imunitas ibu memang sedikit menurut. Paparan virus dan bakteri bisa didapatkan dari mana saja, dan bisa sangat berbahaya. Salah satu virus yang sangat berbahaya bagi ibu hamil dan janin adalah cytomegalovirus.
Menurut Martin Hirsch, MD, seorang professor kedokteran di Harvard University, tempat tinggal mempengaruhi kemungkinan terinfeksi cytomegalovirus. Ia menjelaskan kepada Health, bahwa di kota-kota berpenduduk padat di dunia, tingkat terinfeksinya telah mencapai 100%.
Sementara di daerah pedesaan, mendekati 50%. Bagi orang yang sehat, infeksi virus ini mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali atau gejala ringan seperti sakit tenggorokan dan demam. Namun, penyakitnya bisa jauh lebih serius bagi individu dengan gangguan kekebalan tubuh.
Cytomegalovirus atau CMV adalah virus yang dapat menyebabkan mononucleosis menular dan cacar air. Dikutip dari Perpustakaan Kedokteran National AS (MedlinePlus), secara teknis CMV termasuk dalam 'keluarga' virus herpes.
Begitu memasuki tubuh, CMV akan tetap di sana seumur hidup dengan potensi dapat aktif kembali. Tetapi, sebagian besar orang yang sistem kekebalannya kuat tidak akan menyadari bahwa mereka terinfeksi.
Ada kelompok tertentu yang lebih berisiko menderita komplikasi serius dari CMV termasuk bayi yang terinfeksi saat masih dalam kandungan, bayi prematur, dan mereka yang memiliki berat badan lahir rendah serta orang dengan sistem kekebalan yang terganggu.
Pada bayi khususnya, ketika CMV menginfeksi dalam rahim, bayi tertular dengan sebutan cytomegalovirus bawaan. CDC (Centers for Disease Control and Prevention/ Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat) melaporkan, sekitar satu dari 200 bayi lahir dengan CMV bawaan sementara satu dari lima bayi tersebut akan memiliki masalah kesehatan jangka panjang akibat virus ini.
Dalam kasus yang jarang terjadi dan parah, infeksi CMV dalam kandungan dapat menyebabkan keguguran.
Para ahli menjelaskan, CMV dapat menyebar melalui beberapa cara. “ Yang paling umum melalui kontak dekat dengan paparan air liur dan sekresi saluran pernapasan atas (dari individu yang terinfeksi),” ujar Donald Dumford, MD, direktur pencegahan infeksi di Cleveland Clinic Akron General.
Ia menambahkan, secara teoritis CMV mungkin menyebar melalui cairan tubuh apa pun termasuk air liur darah, air mata, air seni, air susu ibu, dan air mani. CDC menjelaskan bahwa kontak seksual, menyusui, transfusi darah, dan transplantasi organ dapat mengakibatkan penularan CMV. Virus ini dapat ditularkan dari ibu hamil ke bayinya di dalam kandungan.
Banyak orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kuat dan tertular CMV bahkan tidak sadar bahwa mereka terinfeksi. Akan tetapi, orang yang sistem kekebalan tubuhnya kuat masih akan merasakan penyakit ringan seperti demam, kelelahan, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar.
Terkadang, bahkan pada orang sehat CMV dapat menyebabkan mononucleosis dan hepatitis. Namun, pada mereka yang imun tubuhnya terganggu, CMV dapat mempengaruhi mata, paru-paru, hati, kerongkongan, lambung, dan usus.
Pada CMV kongenital, bayi juga dapat mengalami gangguan otak, hati, limpa, paru-paru, gangguan pertumbuhan, bahkan gangguan pendengaran.
Kata dr. Dumford, individu yang sehat tidak perlu dirawat karena CMV. “ Untuk orang sehat tidak diperlukan pengobatan karena infeksi biasanya berlangsung selama satu hingga dua minggu mirip dengan kebanyakan virus lain,” katanya
Orang dengan gangguan kekebalan, individu yang menderita penyakit parah, atau dengan CMV bawaan sering diobati dengan obat antivirus seperti gansiklovir atau valgansiklovir.
“ Bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang sehat dan tidak memiliki infeksi yang parah, risiko efek samping obat-obatan ini akan lebih besar daripada manfaatnya. Obat ini hanya boleh digunakan pada pasien yang sangat sakit atau yang memiliki masalah sistem kekebalan,” tambah dr. Dumford.
Laporan Elyzabeth Yulivia/ Sumber: Health