Alasan Korban KDRT Sulit Lepas dari Pernikahan Hingga Bertahun-tahun

Reporter : Editor Dream.co.id
Kamis, 15 Agustus 2024 13:00
Alasan Korban KDRT Sulit Lepas dari Pernikahan Hingga Bertahun-tahun
Secara psikologis korban KDRT tidak mudah begitu saja meninggalkan rumah tangga meskipun nyawa taruhannya.

Dream - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi pada Cut Intan Nabila tentu saja membuat pilu banyak orang. Terutama sesama perempuan, yang juga seorang ibu seperti Intan.

Siapa sangka kekerasan dalam rumah tangga Intan terjadi sejak beberapa tahun lalu. Setelah video KDRT yang dilakukan Armor, suami Intan diunggah di media sosial, banyak netizen yang bertanya-tanya, mengapa Intan tidak segera pergi menyelamatkan diri.

1 dari 9 halaman

Dream - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi pada Cut Intan Nabila tentu saja membuat pilu banyak orang. Terutama sesama perempuan, yang juga seorang ibu seperti Intan.

Siapa sangka kekerasan dalam rumah tangga Intan terjadi sejak beberapa tahun lalu. Setelah video KDRT yang dilakukan Armor, suami Intan diunggah di media sosial, banyak netizen yang bertanya-tanya, mengapa Intan tidak segera pergi menyelamatkan diri.

2 dari 9 halaman

Perlu diketahui, secara psikologis korban KDRT tidak mudah begitu saja meninggalkan rumah tangga meskipun nyawa taruhannya. Menurut Gisella Tani Pratiwi, psikolog profesional yang 10 tahun menangani kasus KDRT, korban seperti berada dalam siklus harapan dan teror yang tak kunjung berhenti.

3 dari 9 halaman

© Dream

Mereka sangat butuh bantuan dan seringkali tak menyadarinya. Pasalnya, orang yang melakukan kekerasan adalah yang seharusnya paling melindungi. Menurut Intan ada 3 alasan yang membuat korban KDRT memilih bertahan, bahkan sampai bertahun-tahun.

4 dari 9 halaman

1. Terjerat Siklus Cinta-Harapan-Teror

Siklus kekerasan terdiri dari pola yang berulang, yaitu tahapan bulan madu, konflik/ permasalahan, tindak kekerasan, masa tenang/ meminta maaf dan kembali lagi ke tahap pertama. Saat tahapan bulan madu ini, pelaku bisa bersikap begitu manis dan jauh dari sebelumnya membuat korban langsung memaafkan.

5 dari 9 halaman

" Biasanya tanpa intervensi bermakna, maka makin lama kekerasan akan semakin intens dan tidak ada masa tenang dan bulan madu. Korban seaakan terikat pada dilema rasa cinta dan syang pada pasangan yang merupakan pelaku kekerasan. Korban juga berharap pelaku berubah dan menepati janji dalam tahapan masa tenang dan bulan madu," ungkap Gisella.

Korban lalu merasa sudah berada dalam masa tenang, tapi sebenarnya hidup dalam teror akan aksi kekerasan pelaku yang makin sulit dilawan karena peningkatan intensitas serta mungkin kondisi psikologis korban sudah makain terpuruk.

6 dari 9 halaman

© Secara psikologis korban KDRT tidak mudah begitu saja meninggalkan rumah tangga meskipun nyawa taruhannya. SHUTTERSTOCK

7 dari 9 halaman

2. Dimanipulasi

Sikap pelaku yang jadi begitu manis setelah melakukan kekerasan langsung membuat korban 'takluk'. Sikap kasar dan mengerikan langsung termaafkan padahal hal itu sebenarnya manipulasi berulang.

" Korban seringkali mengalami jeratan manipulasi pelaku, kurangnya sumber dukungan, frustasi dan dampak traumatis yang merusak beragam aspek dalam diri," ungkap Gisella.

8 dari 9 halaman

3. Tak Bisa Berpikir Logis

Relasi romantis yang penuh dengan kekerasan menciptakan rasa tidak aman dan mengancam yang memicu dampak traumatis. Hal tersebut akan mempersulit kemampuan korban berpikir logis untuk menolong dirinya sendiri. Untuk itu saat mengalami kekerasan, segera cari pertolongan pada pihak yang tepat agar tidak bisa membantu membuat keputusan logis.

9 dari 9 halaman

" Jangan ragu mencari dan mengakses layanan pendampingan untuk kasus KDRT termasuk layanan hukum dan akses layanan psikologis. Buat rencana keselamatan darurat termasuk untuk anak," pesan Gisella.

Sumber: IG @gisellatanipratiwi

Beri Komentar