Jalan Pagi Bersama Si Kecil/ Foto: Shutterstock
Dream - Bayi biasanya terbangun pagi hari mengikuti kebiasaan orangtuanya. Bila si kecil sudah terbangun dan matahari sudah mengintip, segera bawa anak untuk berjalan-jalan sekitar rumah.
Jalan pagi terdengar sebagai aktivitas yang sangat sederhana dan tak perlu banyak usaha, tapi siapa sangka efeknya sangat bagus pagi ibu dan bayi. Hal ini dijelaskan oleh dr. Frieda Handayani, Sp.A(K).
" Berjalan-jalan di pagi hari akan membuat bayi mendapat tambahan vitamin D, dari paparan sinar matahari pagi, yang membantu pertumbuhan tulang bayi. Bayi mendapat udara yang masih segar yang juga baik bagi perkembangan fungsi-fungsi tubuhnya," ungkap dr. Frieda, dalam akun Instagramnya @frieda.handayani.
Untuk itu sangat disarankan melakukan jalan pagi bersama bayi secara rutin. Bisa dengan digendong atau ditaruh stroller. Bila si kecil duduk di stroller, buka saja penutupnya agar ia mendapat paparan udara segar dan sinar matahari dengan maksimal.
Dokter Frieda juga mengungkap dengan jalan pagi, bayi akan bertemu dengan banyak orang, terutama tetangga di sekitar rumah. Mereka akan belajar berinteraksi dan jadi tak takut ketika menghadapi orang lain.

" Jangan lupa untuk mulai memperkenalkan pada bayi, siapa yang kita jumpai selama kita jalan pagi,meskipun dia belum memahami, tapi ia akan mulai merekam kata-kata ketika kita memperkenalkannya. Bayi akan mulai terlatih untuk berani menghadapi orang yang baru ia jumpai, membuatnya terlatih untuk bersosialisasi," pesan dr. Frieda.
Ia juga mengingatkan para ibu yang baru saja melahirkan dan di masa pemulihan, jalan-jalan pagi bersama si kecil ini membantu tubuh cepat kembali fit. Aktivitas simpel ini ternyata banyak sekali manfaatnya.
Dream - Bagi para orangtua, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar jadi hal penting saat bayi ada di rumah. Tentu saja karena tak mau si kecil terkena debu, kuman dan virus dari kotoran yang bisa memicu penyakit.
Rupanya kondisi rumah yang terlalu bersih ternyata juga kurang baik bagi kesehatan anak. Justru paparan alergen akan jadi " modal" kekebalan anak di kemudian hari. Terutama pada bayi saat merangkak di sekitar rumah.
Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti dari Purdue University dan diterbitkan dalam Journal Environmental Science and Technology mencoba menganalisis paparan debu dan kotoran pada bayi. Digunakan bayi robotik untuk bergerak di karpet yang sebelumnya digunakan di rumah.

" Tujuan kami adalah untuk mempelajari bagaimana gerakan merangkak bayi membangkitkan paparan mikroba dan debu dari karpet, dan untuk mengevaluasi eksposur inhalasi yang dihasilkan," kata salah satu penelti, Brandon Boor, yang juga Asisten Profesor Teknik Sipil dan Lingkungan, Rekayasa Ekologi.
Dari hasil analisis diketahui, gerakan bayi merangkak membaurkan partikel debu yang menumpuk di karpet dan melepaskannya ke udara. Para peneliti menemukan bahwa konsentrasi partikel di sekitar bayi hingga 20 kali lebih tinggi daripada tingkat di tempat lain di ruangan itu. Partikel ini terdiri dari sel kulit, bakteri, serbuk sari dan spora jamur.
" Ini adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa bayi yang merangkak terkena konsentrasi signifikan dari partikel biologis yang tersuspensi kembali, dan bahwa banyak dari partikel ini mengendap di saluran udara bagian bawah dari sistem pernapasan mereka," kata Boor.
Boor mengatakan bayi yang menghirup debu dan kotoran tersebut sebenarnya juga memiliki dampak positif. Penelitian sebelumnya, termasuk studin 2014 dari Johns Hopkins Children's Center, telah menunjukkan semakin banyak bayiyang terpapar alergen tertentu, semakin besar kemungkinan mereka untuk membangun kekebalan terhadap alergen tersebut.

“ Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa paparan inhalasi anak usia dini terhadap mikroba di udara, seperti bakteri dan jamur, dan alergen, seperti serbuk sari, tungau dan alergen hewan, dapat memainkan peran penting baik dalam pengembangan—dan perlindungan terhadap—asma, demam, dan alergi," kata Boor.
Bayi yang terpapar lebih banyak kotoran dengan keragaman mikroba yang lebih tinggi memiliki risiko asma yang lebih rendah di kemudian hari. Hal ini mendukung " hipotesis kebersihan" , yang menyarankan untuk tidak terlalu steril, karena lingkungan yang steril tidak memungkinkan sistem kekebalan untuk berkembang dan menguat.
Jadi apa yang harus dilakukan? Mungkin yang terbaik adalah menjaga rumah pada tingkat kebersihan yang wajar. Bersihkan secukupnya dan jangan terlalu steril.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini


Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Lihat Video Baut Kendur Thai Lion Air Saat Terbang yang Bikin Geger



Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu