Anak Merasa Percaya Diri/ Foto: Shutterstock
Dream - Rasa percaya diri pada anak tak muncul begitu saja. Butuh banyak dukungan dari orangtua, pengalaman, dan 'modal' psikologis untuk menghadapi kesulitan dalam berbagai situasi.
Level kepercayaan diri anak juga naik turun, ada kalanya ia begitu menyadari keunggulan dirinya. Sementara dalam situasi lain kepercayaan dirinya turun drastis. Hal ini sangat wajar, dan orang dewasa juga mengalaminya.
Satu hal yang pasti, anak butuh orangtua dan lingkungan yang membentuk rasa percaya dirinya. Anak bisa menganalisis dirinya di mana kelebihan dan kelemahannya dan cara mengatasinya.
Lalu bagaimana membentuk kepercayaan diri anak sejak dini?
Biarkan anak membuat keputusan
Ketika anak mendapat kesempatan untuk membuat pilihan sejak usia dini, ini akan melatih kemampuannya menilai sesuatu. Untuk anak balita, bisa kerucutkan pilihan, misalnya minta ia memilih baju merah atau kuning.
Hindari memintanya memilih dalam hal yang begitu umum. Seperti " mau makan apa?" , akan lebih baik bila " mau makan pakai ayam atau telur?" . Dengan begitu anak terbiasa untuk membuat pilihan bagi dirinya sendiri.
Bila terus dilakukan ia akan terbiasa mengungkapkan apa yang tak disukai dan disukainya. Juga melatihnya menganalisis pilihan yang ada termasuk kelebihan dan kekurangan dari pilihan yang dibuat. Hal ini tentu akan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Wajar jika anak membuat kesalahan, tetapi ketika orangtua terlalu banyak campur tangan hal ini justru berbahaya. Anak-anak perlu tahu bahwa tidak apa-apa untuk gagal dan melakukan kesalahan. Normal untuk merasa sedih, cemas, atau marah.
" Mereka bisa belajar mengatasi rintangan, bukan dengan meminta orangtua 'menyingkirkan' masalah tapi dengan melewatinya sendiri. Sangat penting bagi anak-anak untuk memiliki kesempatan mengambil risiko tanpa orangtua yang terus mengkritik atau mengoreksi," kata Kathy Hirsh-Pasek, PhD, profesor psikologi di Temple University, di Philadelphia.
Jika anak cenderung merasa dikalahkan oleh kekecewaan, bantu dia untuk lebih optimistis. Bukan langsung dengan mengajak anak " melihat sisi baiknya" , dorong tapi dengan menstimulasinya mencari cara-cara spesifik untuk memperbaiki situasi.
Misalnya ketika ia tak terpilih untuk ikut lomba sekolah atau kalah dalam pertandingan. Bisa mengatakan " Ibu tahu kamu sedih kecewa, wajar, nanti kita buat rencana seru lainnya" .
" Anak-anak percaya diri ketika mereka mampu bernegosiasi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan," kata Myrna Shure, PhD, penulis Raising a Thinking Child.
Penelitiannya menemukan bahwa orangtua dapat mengajarkan anak kecil memecahkan masalahnya sendiri. Kuncinya adalah, menanyakan lagi pada anak dan jangan langsung memberi soslusi.
Jika anak mengeluh bahwa seorang anak mengambil truknya di taman bermain, tanyakan apa yang menurutnya cara yang baik untuk mendapatkannya kembali. Bahkan jika ide pertamanya adalah mengambil truk, tanyakan padanya apa yang dia pikir akan terjadi jika dia melakukannya. Kemudian tanyakan, " Bisakah kakak/ adik memikirkan cara lain untuk mendapatkannya kembali agar hal itu tidak terjadi?" .
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi