Ilustrasi
Dream - Pihak Facebook beberapa waktu lalu sempat ingin mengembangkan aplikasi " Instagram Kids" . Berupa Instagram yang lebih aman bagi anak dan bisa digunakan oleh anak di bawah usia 13 tahun.
Hal ini menuai banyak kritikan, terutama dari para orangtua. Pada Mei 2021 lalu lebih dari 40 jaksa di Amerika Serikat mengirimkan surat terbuka kepada CEO Facebook, Mark Zuckerberg.
Surat tersebut meminta tim Facebook untuk menghentikan rencana mereka membuat aplikasi " Instagram Kids" , hal ini karena sebelumnya Facebook memiliki masalah keamanan di internet yang belum terselesaikan dengan baik.
Rupanya hal tersebut berdampak pada kebijakan Facebook yang kini jadi pemilik resmi Instagram. Facebook baru saja mengumumkan untuk menangguhkan pengembangan aplikasi " Instagram Kids" sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Adam Mosseri, Head of Instagram, dalam unggahan di blognya mengungkap kalau ide " Instagram Kids" memang telah ditangguhkan. Menurut Mosseri, bukan dihentikan sama sekali, tapi tetap mengembangkan platform Instagram khusus untuk anak-anak sambil mempelajari kritikan yang muncul.
© Dream
Rencananya, Instagram Kids dibuat untuk anak-anak di bawah 13 tahun, tanpa iklan dan dengan fitur keamanan tertentu. Menurut sebagian besar pakar keamanan internet, anak-anak sebenarnya tak butuh media sosial.
Kontrol keamanan memang terdengar bagus dan ideal, tapi kenyataan dari banyak media sosial yang ada dengan fitur tersebut selalu ada celah yang memberikan dampak buruk bagi anak. Baik soal kebocoran keamanan, pelanggaran privasi, termasuk bullying, kekerasan dan pornografi
Para pakar juga mengingatkan, tidak ada platform internet yang sepenuhnya aman bagi anak. Internet teraman adalah yang dijelajahi anak-anak dengan orangtua yang fokus mendampinginya.
Setuju, Sahabat Dream?
Sumber: Fatherly
© Dream
Dream - Media sosial (medsos) makin eksis dan terus bermunculan. Facebook, Instagram, Twitter, TikTok dan masih banyak lagi. Anak dan remaja saat ini sudah sangat akrab dengan berbagai medsos tersebut.
Tak dipungkiri, pergaulan, komunikasi, dan pengaruh media sosial begitu kuat pada anak-anak, bahkan orang dewasa. Sebagai orangtua kita harus waspada dan memberikan bekal yang cukup pada anak agar kehidupannya tak banyak dipengaruhi media sosial.
Mengapa? Tanpa disadari, media sosial membuat banyak anak jadi tak percaya diri. Melihat kesempurnaan, foto indah dan kehidupan yang selalu baik di medsos.
" Sebagai psikiater anak yang menangani anak-anak dan remaja, saya telah melihat dampak penggunaan media sosial. Karena kebanyakan orang hanya menampilkan 'diri terbaik' mereka secara online, bagi anak-anak dapat melihat bahwa setiap orang memiliki kehidupan yang sempurna kecuali mereka," ujar Sean Paul, seorang psikiater dan pendiri NowPsych serta Internet Addiction Center.
Cukup sulit untuk menjelaskan kepada anak bahwa apa yang mereka lihat secara online bukanlah gambaran yang utuh. " Saya menciptakan istilah 'ketidakrataan visual' dan 'ketidaknyamanan pengalaman' untuk berbagai cara demi mewujudkannya," ujar Paul.
© Dream
Ketidakrataan visual terjadi ketika foto yang diposting online diubah, dimodifikasi, dan bahkan dibuat-buat. Anak remaja mungkin melihat foto teman atau influencer yang menunjukkan penampilan fisik, tipe tubuh, atau lokasi yang mungkin tidak realistis atau bahkan tidak nyata sama sekali.
" Dengan teknologi pengeditan foto modern, siapa pun dapat terlihat seperti apa saja, di mana saja. Teman mereka dengan apa yang mereka anggap sebagai yang 'sempurna' mungkin menggunakan perangkat lunak dan teknik lain untuk menyempurnakan penampilan mereka dalam foto," ungkap Paul.
Realitas menurut Paul, dapat terdistorsi secara luas secara online, dan kita perlu memberi tahu anak-anak kita bahwa mereka seharusnya tidak menerima semua yang mereka lihat secara online sebagai sesuatu yang nyata.
" Saya telah melihat secara langsung bagaimana memiliki ekspektasi yang tidak realistis tentang bagaimana berpenampilan, atau di mana harus berada, dapat menyebabkan banyak masalah, seperti gangguan makan, depresi, dan kecemasan sosial," kata Paul.
© Dream
Apa yang harus dilakukan orangtua agar anak tak percaya begitu saja dan membuatnya tak percaya diri? Selalu buat diskusi terbuka tentang apa yang dilihat anak di media sosial.
" Mereka perlu tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam merasa sedih atau tidak mampu atau bahkan terkadang cemburu. Ini adalah emosi yang normal dan buat mereka merasa nyaman karena tidak tampil sempurna," ujar Paul.
Bisa dengan membaca artikel soal medsos bersama, melakukan editing foto atau gambar yang hasilnya jadi sempurna. Hal itulah yang diunggah dan membuat anak jadi lebih mengerti. Kuncinya adalah menjelaskan secara detail dengan bahasa mereka.
Sumber: Pedimom
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

VinFast Beri Apreasiasi 7 Figur Inspiratif Indonesia, Ada Anya Geraldine hingga Giorgio Antonio

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari