Intrauterine Device (IUD)
Dream - Penggunaan alat kontrasepsi Intrauterine Device (IUD) atau lebih dikenal dengan spiral, jadi pilihan banyak perempuan terutama bagi ibu yang masih menyusui. Alat kontrasepsi ini pasalnya tak akan mempengaruhi hormon yang bisa menurunkan produksi ASI.
Tak seperti alat kontrasepsi hormon, seperti suntik, pil atau patch. Penggunaanya cukup sekali saja dan tak perlu berulang. Presentase kegagalannya juga kecil, tapi ada syaratnya. Ibu yang memakai IUD atau spiral wajib kontrol secara rutin.
Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Boy Abidin, tidak sedikit dari pemakai IUD yang kebobolan atau hamil. Hal ini karena kondisi rahim berubah.
" Ukuran IUD atau spiral memang dibuat berdasarkan rata-rata rahim, jadi kan ukurannya sama untuk semua wanita. Sedangkan ukuran rahim wanita berbeda. Jadi kalau dipasang di rahim yang cukup besar, bisa jadi IUD nya kurang efektif," ujar Boy dalam acara World Contraception Day 2019, di The Ritz Carlton, Jakarta, Kamis, 26 September 2019.
Selain itu, spiral yang bergeser juga dapat menyebabkan kehamilan. Spiral yang bergeser ini bisa diakibatkan karena haid yang menggumpal dan berlebih.
" Kalau ada haid yang bergumpal atau deras, ya itu ikut aliran darah haid. Pada saat haid kan rahim ada gerakan kontraksi untuk mengeluarkan darah haid, nah itu juga biasanya ikut terbawa gerakan itu," ujar Boy.
Banyak juga perempuan yang memakai spiral tidak menyadari bahwa alat kontrasepsinya terlepas. Oleh karena itu, perhatikan kondisi spiral saat haid.
Boy mengingatkan, bagi ibu yang menggunakan spiral, pemeriksaan rutin adalah hal wajib. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan enam bulan atau setahun sekali. Ini dilakukan untuk melihat posisi IUD apakah masih efektif.
" IUD kan sekarang bentuknya huruf T ya, jadi meskipun dia lompat-lompat, jungkir balik, dan segala macem sih sebenernya dia gak akan bergeser," ungkapnya.
Laporan: Keisha Ritzska Salsabila
Dream - Alat kontrasepsi IUD (intra uterine device) atau spiral jadi pilihan utama bagi para perempuan yang ingin menunda kehamilan dalam waktu lama. Pemakaian IUD memang bisa bertahan mulai dari 3 hingga 10 tahun.
Tingkat efektivitasnya juga cukup tinggi, meski tetap ada presentase kegagalan sebesar 1 persen. Dengan presentase kegagalan yang kecil, serta jangka waktu lama dalam hal pemakaian, IUD, jadi alasan utama banyak perempuan memilih menggunakan IUD.
IUD sebenarnya sangat aman digunakan, baik IUD tembaga atau pun hormon. Tapi ada kondisi di mana seorang perempuan tak dianjurkan menggunakan IUD.
Kondisi tersebut antara lain, jika memiliki masalah radang panggul, kelainan pada rahim, pendarahan vagina tanpa sebab, berisiko tinggi terkena penyakit menular seksual, atau pernah memiliki masalah saat menggunakan KB spiral.
Untuk perempuan yang belum pernah hamil, tidak disarankan menggunakan IUD karena akan lebih merasakan sakit dan kram setelah pemasangan. Kemungkinan IUD terlepas juga lebih
tinggi pada perempuan yang belum pernah hamil.
Ada tiga risiko kesehatan yang mungkin terjadi setelah pemakaian IUD. Namun risiko ini sangat jarang. Untuk itu, sebelum memasang IUD, harus berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter.
Jika memang sudah dipasang, kontrol harus dilakukan secara teratur minimal satu kali dalam setahun.
Perforasi
Kondisi ini terjadi pada 1 dari 1.000 perempuan. Kondisi dimana IUD mendorong dan menusuk dinding rahim sehingga terjadi robekan atau perforasi. Harus segera ditemukan dan dilepas.
Jika tidak, dapat merusak organ dalam.
Infeksi
Ada juga risiko radang panggul setelah pemakaian IUD. Namun risiko tersebut akan hilang setelah 20 hari pemakaikan. Kecuali, si pemakai terjangkit penyakit menular seksual. Untuk itu,
dianjurkan untuk tidak berganti-ganti pasangan, karena IUD tak melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual.
Sekitar 2 – 10 dari 100 IUD terlepas sendiri dan keluar melalui jalan lahir. Seperti dikutip dari Mediskus, hal tersebut bisa terjadi dalam beberapa bulan pertama penggunaan. Terlepasnya
IUD kemungkinan ketika dipasang tepat setelah melahirkan atau keluar ketika sedang menstruasi.
Setelah pemasangan IUD, akan muncul sedikit rasa nyeri di area panggul, kadang disertai flek ringan berupa bercak darah atau kecokelatan selama beberapa hari. Lalu saat menstruasi rasa kram akan lebih sakit dari biasanya.
Namun setelah beberapa minggu pemakaian keluhan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Setelah pemasangan dokter biasanya akan memberikan pereda nyeri dan penghenti flek. Jangan lupa untuk kontrol teratur setelah pemakaian IUD.
Sumber: Verywell/ Mediskus
Advertisement
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta