Anak Mengamuk/ Foto: Shutterstock
Dream - Kebanyakan orangtua merasa lelah dan frustasi saat menghadapi balita yang mengamuk. Mereka bisa menangis sambil teriak dan berguling-guling, bahkan melempar mainannya. Terutama ketika anak menginjak usia 2 tahun, sampai dikenal dengan istilah " teribble two" .
Banyak orangtua yang justru bersifat reaktif dan agresif. Memberikan hukuman, mendiamkannya, atau bahkan menguncinya di kamar. Hal ini sebaiknya dihindari. Menurut Kezia John, seorang pakar parenting, justru orangtua harus mendampingi dan menemani.
" Mereka mungkin tidak dapat menahannya karena ini adalah periode di mana mereka belajar menghadapi emosi mereka secara perlahan," ujarnya.
Saat mengamuk atau tantrum dan anak tidak bisa tenang meskipun diminta bahkan diancam, hal itu karena otaknya belum mampu melakukan itu. Otak kita dapat dibagi menjadi aspek emosi dan rasional.
Aspek emosional lebih primitif dan naluriah, itulah sebabnya kadang-kadang mengidentifikasi perasaan merupakan proses yang rumit. Aspek rasional membantu kita merencanakan, berpikir sebelum bertindak, membuat keputusan moral, dan melihat sesuatu dari perspektif lain.
© Shutterstock
" Apa yang terjadi pada balita saat sedang tantrum? Nah, bagian emosional dan impulsif mereka mengambil alih dan tidak mungkin bagian logis dan rasional otak mereka bekerja untuk menyeimbangkan emosi yang kuat itu karena masih dalam tahap perkembangan," kata Kezia.
Untuk otak anak yang sedang berkembang, sulit untuk mencoba dan melihat sesuatu dari sudut pandang orangtua mereka dan menenangkan diri. Hal ini terutama disebabkan oleh bagian rasional dari otak mereka yang " dimatikan" ketika emosinya memuncak dan mengamuk.
© Shutterstock
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan amukan yang dialami anak. Pertama, coba pindahkan mereka dari tempat kejadian.
" Jika berada di rumah atau di toko, keluarlah dan biarkan mereka meluapkan emosinya sampai levelnya mereda. Jika gagal, alihkan perhatiannya," kata Kezia.
Kezia mengingatkan orangtua untuk belajar sabar saat anak berada di fase ini. Jangan pernah mengabaikannya apalagi memaksanya untuk segera berhenti menangis. Anak butuh pendampingan dan contoh ketika menghadapi luapan emosi.
© Shutterstock
Jadilah orang pertama yang mencontohkan anak untuk mengatur emosi. Tenangkan diri lebih dulu, pastikan saat anak mengamuk tak ada barang berbahaya di sekitar yang bisa melukainya. Saat level emosinya menurun, tetaplah berada di dekatnya. Tawarkan pelukan, berikan usapan lembut di punggungnya.
" Ini penting agar anak tahu kalau orangtuanya tetap berada di sisi mereka di saat titik terendahnya. Membantu mereka belajar mengontrol emosi dan bukan meninggalkannya," pesan Kezia.
Sumber: MomJunction
209 Kata-Kata Motivasi Kehidupan, Penuh Inspirasi dan Bangkitkan Semangat
BERANI BERUBAH: Taman Baca Membuka Jendela Dunia - Berani Berubah
Contoh Kata Pengantar Makalah dan Struktur Penyusunnya, Penting Dipahami untuk Keperluan Akademik
Doa Agar Keinginan Terkabul dan Cara Berdoa yang Benar, Perbanyak Sedekah serta Taubat
Cardigan Sederhana Nagita Slavina Rp12,5 Juta, Penasaran Modelnya?
Adu Mewah Rumah Artis yang Punya Lift Pribadi di Rumah, Eko Patrio Paling Beda