Remaja Stres/ Foto: Shutterstock
Dream - Sikap anak remaja memang cenderung memberontak. Mereka sudah bisa berargumentasi bila dilarang atau ketika mempertahankan pendapatnya. Masa peralihan ini terkadang membuat kewalahan orangtua.
Komunikasi dengan anak kerap memanas dan kita kerap melabelinya dengan " nakal" . Faktanya, banyak faktor yang membuat sikap remaja jadi negatif. Salah satunya menurut Ikhsan Bella Persada, seorang psikolog, adalah tingkat stres yang dialami remaja dan orangtua tak menganggapnya serius.
“ Kebanyakan anak belum mengerti apa yang sedang mereka rasakan atau yang menjadi sumber stres. Yang mereka rasakan hanya rasa tidak nyaman atau rasa ada keinginan yang harus dipenuhi saja,” ujarnya dikutip dari KlikDokter.com
Pada banyak situasi, hal yang anak inginkan tidak terkomunikasi dan terpenuhi dengan baik dan mereka mencari cara untuk mengatasi perasaannya sendiri.
Sayangnya, kebanyakan anak belum tahu cara tepat untuk mengatasi stres atau pemenuhan keinginannya tersebut.
Tidak jarang, anak jadi salah langkah dengan menunjukkan sikap tidak bisa diatur dan memberontak. Perlu kita tahu, otak anak berada dalam periode perkembangan yang cepat. Oleh karena itu, respons stres yang tidak ditangani dengan baik dapat merusak kemampuan dan perilaku belajar anak.
Tanda-tanda anak sedang mengalami stres meliputi kemarahan, perilaku agresif, menangis tanpa sebab, dan sifat membangkang. Jika biasanya anak berperilaku baik, namun tiba-tiba mulai mengamuk atau berbuat masalah di sekolah, hal itu bisa menjadi tanda bahwa anak sedang mengalami stres.
Sejumlah gejala stres lain yang bisa orangtua perhatikan misalnya anak mengompol, mengeluh sakit perut atau sakit kepala, dan juga menurunnya prestasi belajar.
Untuk membantu anak mengatasi stresnya, orangtua bisa lakukan beberapa cara berikut
Cari Tahu Sumber Stres Anak
Hal pertama yang perlu orangtua lakukan adalah dengan mencari tahu sumber stres buah hati. Stres dapat disebabkan oleh konflik di rumah, perasaan berduka, atau tekanan dari faktor akademis dan lingkungan sosial anak.
“ Cari tahu dulu apa yang menjadi sumber stres anak. Apakah karena anak sedang mengalami kesulitan dalam memahami materi di sekolahnya sehingga dia jadi menolak belajar atau karena hal lainnya,” kata Ikhsan.
Coba Mengerti
Tidak semua anak bisa menyampaikan perasaan mereka dengan baik. Untuk mengatasi hal ini, orangtua bisa menunjukkan rasa peduli dengan bertanya secara baik-baik.
Ajari anak untuk mengenali perasaan dan mengutarakan hal yang mengganggu pikirannya. Setelah anak bercerita, validasi perasaannya.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Menghadapi anak yang beranjak remaja dan sudah memasuki usia 16 tahun ke atas, memang butuh kesabaran ekstra. Mereka sudah bisa membuat keputusan sendiri, berpikir kritis dan menyampaikan argumentasinya.
Tak suka dilarang, dan kerap mendesak orangtua untuk memberi izin melakukan hal yang kadang membuat khawatir. Orangtua dalam kondisi ini tak bisa terlalu kaku atau pun terlalu longgar.
Bila terlalu melarang atau bersikap keras, anak akan semakin menjauh bahkan kabur. Sebaliknya, bila terlalu longgar anak bisa saja mengalami hal buruk. Lalu apa yang bisa dilakukan? Negosiasi.
Sulit memang melakukan negosiasi dengan anak remaja. Chris Voss, pakar negosiasi dari FBI membagikan tiga trik bernegosiasi dasar yang bisa dilakukan. Bisa diterapkan saat menghadapi anak, pasangan atau orang lain dalam kondisi negosiasi.
Mirroring adalah tentang mengumpulkan informasi dengan mengulangi satu hingga tiga kata yang diucapkan anak dan melakukannya dalam bentuk pertanyaan. Ini terutama bekerja dengan baik dalam percakapan konfrontatif karena membuat anak-anak merasa nyaman dan membuat mereka merasa didengar.
Misalnya, anak bertanya, “ Bolehkah aku pergi nonton bioskop jam 7 malam bareng teman-teman?” lalu respons, " Nonton malam?" anak akan menjawab, " Ya, kita mau nonton bareng" . Respons lagi " bareng teman?" , mungkin anak akan menyebut nama-nama temannya.
Jadi ketika bernegosiasi dengan anak-anak, kita harus mencerminkan mereka karena mirroring mengharuskan anak-ana untuk mendengarkan alasan mereka sendiri. Harus menjelaskan apa yang mereka inginkan secara mendetail memungkinkan kita sebagai orangtua untuk memilih pertanyaan tindak lanjut yang tepat yang membuat mereka berpikir kritis tentang suatu keputusan. Cara ini membuat anak-anak berbicara jujur dan menganalisis dan akhirnya memikirkan apa yang sebenarnya mereka inginkan.
Emosi selalu menjadi bagian dari negosiasi. Sangat penting agar anak-anak melabeli perasaan mereka sendiri. Saat emosi diberi label, itu memicu otak untuk meredakan emosi itu.
Saat memberi label emosi untuk mereka, bisa mengucapkan: " Sepertinya,terdengar seperti, terasa seperti ..." . Jika kita langsung mengatakan tidak, emosinya mengambil alih karena dia tidak merasa terkendali.
Bila menggunakan label emosi dan berkata, " Sepertinya kamu marah/ kesal dan kecewa" , bisa membantu meredakan reaksi emosional yang merugikan dan mengurangi penolakan terhadap saran yang diberikan. Kita mungkin memerlukan beberapa label untuk meredakan ketegangan sepenuhnya. Label emosional membangun hubungan dan meningkatkan pengaruh berbasis kepercayaan, yang kita inginkan sebagai orang tua.
Orang cenderung lebih suka dengan pertanyaan " apa" daripada pertanyaan " mengapa" . " Mengapa" memicu mekanisme pertahanan universal dan " apa" membuat orang lain merasa mereka memegang kendali, bahkan ketika mereka tidak memegang kendali.
Jika ayah/ bunda mencoba membuat anak membersihkan kamarnya, jangan katakan, “ Mengapa tidak membersihkan kamar?”. Sebaliknya, tanyakan, “ Apa yang dapat kamu lakukan untuk membersihkan kamar dalam 10 menit? Atau “ Bagaimana kalau ibu bantu untuk bersihkan kamar?”. Pertanyaan-pertanyaan ini pada akhirnya membantu membentuk pemikiran anak.
Sumber: AllProDad
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi