Psikolog Ungkap 3 Hal Biar Anak Tak Jadi Generasi Stroberi

Reporter : Mutia Nugraheni
Selasa, 25 April 2023 09:12
Psikolog Ungkap 3 Hal Biar Anak Tak Jadi Generasi Stroberi
Anak-anak yang terlalu diproteksi, dimanjakan, dan diperlakukan berlebihan, bisa membentuknya jadi generasi stroberi.

Dream - Sahabat Dream pernah mendengar istilah generasi stroberi? Istilah tersebut awalnya muncul di Taiwan, yang menggambarkan anak-anak muda atau generasi baru yang dari luar tampak sukses dalam pendidikan dan pekerjaan tapi sebenarnya memiliki mental dan psikologis yang rapi. Seperti stroberi, dari luar tampak indah, tapi mudah sekali hancur dan busuk.

Dikutip dari Kemenkeu.go.id, menurut Profesor Rhenald Kasali strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Definisi ini dapat kita lihat melalui laman-laman sosial media. Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka.

Sangat miris bukan? Mental tersebut tentu sangat dipengaruhi pola asuh dan lingkungan. Lalu bagamana agar anak tak menjadi generasi stroberi?

Psikolog remaja dan keluarga, Roslina Verauli, lewat akun Instagramnya @verauli.id, memberikan saran penting bagi orangtua, agar anak memiliki mental kuat dan penghayatan diri yang mumpuni. Hal ini agar mereka tak menjadi generasi stroberi.

" Anak-anak zaman sekarang diibaratkan seperti generasi stroberi yang gampang benyek ga tahan menghadapi tekanan-tekanan sosial, menghadapi tekanan pekerjaan, gampang stres," kata Vera, sapaan akrabnya.

Menurutnya, anak-anak yang terlalu diproteksi, dimanjakan, dan diperlakukan berlebihan, bisa membentuknya jadi generasi stroberi. Untuk itu, butuh tiga aspek yang perlu diketahui orangtua membangun resiliensi atau ketangguhan pada anak. Apa saja aspeknya?

1. Mengenal penghayatan diri (I am..)
Bantu anak agar memiliki penghayatan diri yang positif, saya bahagia, saya punya kelebihan. Misalnya, saya cerdas di bidang tertentu, saya bahagia, saya dicintai.

Lewat ucapan, kebiasaan dan pengasuhan, buat anak benar-benar memiliki kepercayaan diri yang baik. Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya. Satu juga yang sangat penting, pastikan anak merasa dirinya selalu dicintai orangtuanya.

" Jadi penghayatanya, I am-nya positif," kata Vera.

 

1 dari 4 halaman

2. Penuhi kebutuhan kasih sayang (I have..)

Penuhi kebutuhan anak-anak akan kasih sayang, sehingga mereka punya penghayatan bahwa mereka memiliki orang-orang yang memberikan support ke mereka. Hal ini akan sangat berdampak pada rasa percaya dirinya.

" I have parents whos support me, i have talents/ skills," ungkap Vera.

3. Bisa mengontrol diri (I can..)
Salah satu kemampuan yang penting diajarkan pada anak adalah mengontrol diri. Saat berada dalam situasi tak menyenangkan, anak masih bisa mengontrol dirinya agar tidak membuat situasi semakin rumit.

Hal ini tak lepas dari kemampuannya dalam mengatasi masalah, resolusi konflik. Latih anak terbiasa mencari solusi masalah sendiri. Orangtua tak perlu selalu turun tangan, cukup mengarahkan dan biarkan anak mendapatkan konsenkuensinya, baik atau buruk. Dari situ anak belajar banyak dan membuat mentalnya jadi lebih kuat.

Pesannya menurut Vera, yaitu anak bisa berpikir I can do it, I can solve problem, I can control my self. Tidak mudah memang, tapi bisa diusahakan.

Semangat ayah bunda!

2 dari 4 halaman

4 Momen Paling Stres Saat Hadapi Anak Remaja

Dream - Seiiring bertambahnya usia anak, pola asuh orangtua akan berbeda. Tetnunya kita tak bisa bersikap seperti ketika anak balita, saat mereka sudah memasuki usia sekolah dasar.

Begitu pun ketika anak beranjak remaja, sikap dan pemikirannya akan jauh berbeda. Seringkali orangtua lupa hal tersebut dan tak menyesuaikan diri dengan perubahan anak.

Sebuah penelitian terhadap 1.000 orangtua dari remaja mengungkap, sebanyak 75% orangtua berpendapat bahwa usia 13-19 adalah tahun-tahun paling menantang dalam membesarkan anak-anak, dengan satu dari tiga (32%) mengakui bahwa mereka “ tidak siap" .

Ternyata mengasuh remaja tidak semudah yang dipikirkan orangtua. Ada momen yang paling menguras emosi dan dianggap memicu stres tinggi pada orangtua. Apa saja?

1. Menghadapi Perubahan Suasana Hati Remaja
Perubahan suasana hati atau mood anak remaja adalah hal yang paling menantang. Remaja bisa diam saja, menarik diri, selalu membantah dari yang awalnya bersikap baik namun moodnya berubah drastis. Hal ini jadi kondisi yang sering terjadi.

Kabar baiknya adalah seiring bertambahnya usia remaja, penelitian menunjukkan bahwa mereka mendapatkan kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan emosi. Konflik dengan orangtua mereda dan mereka umumnya belajar cara yang lebih adaptif untuk menghadapi suasana hati mereka.

3 dari 4 halaman

2. Membantu Remaja Membuat Pilihan Hidup yang Penting

Membantu anak remaja mereka membuat pilihan hidup yang penting membuat mereka stres. Apa yang membuat masalah ini semakin menantang adalah bahwa selama masa remaja, anak-anak harus membuat keputusan yang tak terhitung banyaknya tentang sekolah, teman-teman mereka, dan masa depannya.

Faktanya di usia remaja, bagian otak yang mengontrol pengambilan keputusan tidak sepenuhnya berkembang sampai awal masa dewasa. Dengan demikian, otak remaja yang sedang berkembang menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar untuk membuat keputusan yang buruk dan kurang mampu mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan mereka.

 

4 dari 4 halaman

3. Membiarkan Remaja Membuat Kesalahan

Menahan komentar, mencegah hal buruk, dan membiarkan anak remaja mereka melakukan kesalahan sendiri juga sangat memicu stres orangtua. Para ahli setuju itu adalah bagian penting dari perkembangan remaja. Membiarkan anak-anak belajar dari kesalahan mereka membantu membangun ketahanan dan sangat penting bagi perkembangan kemampuannya menangani masalah.

4. Perubahan Hormon
Adanya perubahan hormon merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan seksual remaja. Lonjakan hormon menguasai tubuh mereka dan memengaruhi segalanya mulai dari emosi dan suasana hati hingga perasaan seksual dan perilakunya. Beberapa orang tua mengakui bahwa ketika anak mereka memasuki masa remaja, rasanya seperti mengasuh anak yang sama sekali berbeda.

Dalam situasi ini penting untuk memperhatikan asupan gizinya setiap hari. Beri makanan kaya protein sehat dan pastikan anak memiliki aktivitas fisik yang baik. Sangat dianjurkan mereka memiliki jadwal olahraga rutin, seperti futsal, basker, ikut dance class dan semacamnya. Hal ini sangat membantu membuat mood remaja jadi lebih baik.

Sumber: RaisingTeenToday

Beri Komentar