Dian Sastro (Foto: Instagram Dian)
Dream - Masih banyak orang belum mengetahui secara jelas spektrum autisme pada anak. Pada beberapa kasus, autisme kerap salah didiagnosis. Penting bagi orangtua untuk tahu gejala-gejala autisme dan lebih peka pada kondisi anak.
Seperti yang dialami putra pertama Dian Sastrowardoyo, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo. Menurut Dian, ia mulai curiga dengan kondisi sang putra saat berusia 6 bulan.
Saat usia 6 bulan, Sheilandra sudah disekolahkan. Dian menyadari, bahwa sang anak tidak tertarik pada pelajaran yang diberikan. Selain itu, Sheilandra juga tidak suka bermain dengan teman-temannya.
© Dream
Terkait kontak mata, putranya sangat jarang melakukan kontak mata dan lebih terfokus pada apa yang dia kerjakan. Dian menyadari ada yang berbeda dengan pertumbuhan sang anak.
“ Di sini insting seorang ibu muncul. Sorry to say, tapi ini fakta kalau insting ibu lebih kuat,” ujar perempuan bergelar master ini.
© Dream
Kemudian, saat Sheilandra berumur 8 bulan, Dian dan sang suami pergi ke dokter tumbuh kembang anak dan juga ke psikolog. Dari situ pemeriksaan terus berlanjut.
“ Kita harus early intervention untuk mengetahui gejala dini pada anak. Kemudian, kita harus juga kontrol ke dokter tumbuh kembang anak,” ujar Dian Sastro pada acara Special Kids Expo (Spektix) di Jakarta, Jumat 22 Agustus 2019.
Dari pemeriksaan, ada tujuh ciri spektrum autisme pada Shailendra. “ Dari tujuh ciri yang saya lihat, di anak saya ada semua,” ujar aktris 37 tahun ini.
© Dream
Setelah diketahui memiliki spektrum autisme, Sheilandra diberikan terapi okupasi, perilaku dan wicara. Kini, perkembangan dan pertumbuhannya berjalan dengan sangat baik
“ Di umur 6 tahun, anak saya dianggap tidak memerlukan terapi lagi. Di sekolah, sekarang kemampuan sosialnya sudah bisa curhat, gosip, cerita, jahil,” ujarnya.
Laporan: Razdkanya Ramadhanty
© Dream
Dream - Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) pada anak, seringkali terlambat diketahui. Hal ini karena banyak orangtua menganggap keterlamabatan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi hanya masalah biasa dan bakal teratasi seiring pertambahan usia.
Pemeriksaan lebih lanjut baru dilakukan saat terdapat masalah yang cukup besar dan saat usia anak terus bertambah. Padahal semakin cepat ASD diketahui semakin baik, dalam artian terapi dan pengobatan bisa dilakukan lebih cepat agar bisa menekan gejala-gejalanya.
" Mengidentifikasi pola perkembangan perilaku yang nantinya dapat dikaitkan dengan ASD adalah penting, karena ini akan memungkinkan dokter untuk menawarkan intervensi lebih awal," ujar Dr. Sarah Lloyd-Fox, dari University of London, Inggris yang melakukan penelitian seputar deteksi ASD.
© Dream
Tim peneliti dari University of London melakukan dua pendekatan untuk mendeteksi ASD pada seorang anak. Cara pertama yaitu menggunakan stimulus non-sosial dengan mengukur gelombang otak pada anak usia kurang dari 6 bulan.
Jika hasilnya gelombang aktivitas sangat rendah saat anak diberi stimulus sosial bisa jadi indikasi ASD. Stimulus sosial ini bisa berupa permainan, salah satunya permainan ciluk-ba.
" Meskipun tidak segera menandakan tanda-tanda awal autisme, tapi bisa menunjukkan bagaimana reaksi seorang anak saat kemampuan sosial dan interaksinya mulai berkembang," ungkap Fox.
Fox juga mengingatkan pada para orangtua, jika khawatir tentang kecenderungan perilaku anak, lebih baik bertindak lebih cepat daripada terlambat. Dengan mampu mengidentifikasi lebih awal, penangangan dan terapi dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup dan pendidikan anak.
Sumber: Cafemom
Advertisement
Dompet Dhuafa Kirim 60 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa
