Pemeriksaan Ibu Hamil/ Foto: Shutterstock
Dream - Berat badan naik saat hamil adalah hal yang normal, tapi penting bagi ibu untuk memastikan agar kenaikannya tidak berlebihan. Penambahan berat badan saat hamil yang dianjurkan adalah antara 11 hingga 16 kg dari berat normal.
Menjaga asupan kaya gizi, istirahat cukup, serta tetap beraktivitas fisik sangat penting bagi ibu hamil agar kenaikan berat badan tidak berlebihan. Pasalnya, saat berat badan melonjak tajam saat hamil bisa memunculkan sederet risiko kesehatan.
Dokter Ilham Aldika Akbar, spesialis obstetri dan ginekologi yang praktik di RSIA Kendangsari, Surabaya menjelaskan lewat Instagramnya @dr_aldi_obgyn. Menurutnya ada beberapa risiko yang harus diwaspadai.
" Peningkatan BB (berat badan) yang berlebih selama hamil berisiko menyebabkan diabetes dalam kehamilan, hipertensi (preeklampsia), bayi besar, kesulitan persalinan, operasi caesar, obesitas setelah melahirkan," ungkap dr. Aldi.
Hipertensi saat hamil atau preeklamsia misalnya. Kondisi tekanan darah tinggi terjadi ketika kekuatan darah terhadap dinding pembuluh darah terlalu tinggi. Pada ibu hamil, tekanan darah tinggi/preeklamsia dapat terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan atau tepat setelah kehamilan.
Saat itulah seorang wanita hamil memiliki tekanan darah tinggi dan tanda-tanda bahwa beberapa organnya, seperti ginjal dan hatinya, mungkin tidak berfungsi dengan baik.
Masalah lain yang bisa muncul adalah diabetes gestasional. Ini adalah jenis diabetes yang dialami beberapa ibu selama kehamilan. Kondisi ini selama kehamilan menempatkan ibu hamil berisiko lebih tinggi terkena diabetes setelah melahirkan.
Untuk itu pastikan berat badan tetap stabil saat hamil. Bila memang masih berencana menjalani program hamil, tak ada salahnya untuk menurunkan berat badan lebih dulu bila berlebihan.
Dream - Tubuh ibu mengalami perubahan drastis saat hamil. Keluhan pun sering terjadi, seperti pusing, mual, lemas, nyeri otot, pegal hingga sakit di area intim.
Kemunculan nyeri di vagina atau area intim ini biasanya baru pertama kali dialami ibu, sehingga kerap menimbulkan kekhawatiran. Rasa sakit yang muncul bisa dalam level ringan atau sampai membuat ibu sangat kesakitan.
Ternyata kondisi tersebut pada ibu hamil merupakan hal normal. Hal ini diungkapkan oleh dr. Muhammad Ilham Aldika Akbar, spesialis obstetri dan ginekologi, lewat akun Instagramnya @dr_aldi_obgyn.
" Nyeri atau rasa tertekan pada panggul atau vagina pada trimester 2 dan 3 adalah hal yang normal. Ketika janin bertambah besar dan berat, maka akan menekan otot dasar panggul lebih kuat. Otot ini mendukung rahim usu kecil-besar dan kandung kemih," ungkapnya dr. Aldi sapaan akrabnya.
Bertambahnya usia kehamilan, berat janin akan terus bertambah. Kondisi ini akan terus menekan organ perut ibu.
" Makin besar janin maka akan semakin menekan organ perut, panggul dan pinggang ibu. Penyebab lain adalah hormon relaksin pada akhir kehamilan," tulis dr. Aldi.
Hormon relaksin, menurut dr. Aldi adalah hormon yang melonggarkan jaringan ikat di area panggul. Kondisi pelonggaran tersebut akan menyebabkan nyeri pada area tulang panggul/ pubis.
Dream - Kehamilan memang membuat perubahan signifikan pada tubuh ibu. Salah satunya adalah hormon HCG (human chorionic hormone) yang membuat ibu hamil menjadi mual, hingga muntah serta pusing. Bukan hanya saat pagi, tapi bahkan seharian.
Dikutip dari KlikDokter, hormon beta HCG dalam tubuh dapat meningkat dua kali lipat setiap minggu, terutama di masa awal kehamilan. Hormon tersebut juga akan mencapai puncak ketika pagi hari.
Ada juga ibu hamil yang tak mengalami keluhan tersebut. Saat hamil, keluhannya sangat sedikit atau bahkan tak muncul sama sekali. Penasaran mengapa? Berikut alasannya.
1. Tubuh Lebih Siap dengan Naiknya Hormon Beta HCG
Sekitar 30 persen ibu hamil dilaporkan tidak mengalami morning sickness. Jika tidak morning sickness di awal-awal kehamilan, kemungkinan tubuh ibu memiliki kemampuan untuk mengantisipasi peningkatan kadar hormon beta HCG dengan baik. Tubuh pun tidak akan kaget ketika hormon tersebut meningkat dua kali lipat setiap pekannya pada trimester pertama kehamilan.
Kemungkinan lain dari tidak munculnya gejala morning sickness adalah rendahnya kadar beta HCG dalam tubuh. Kadar beta HCG yang rendah bisa menjadi salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan saat kehamilan hingga menyebabkan keguguran.
Sahabat Dream tidak perlu khawatir mengenai rendahnya kadar HCG di dalam tubuh. Akan tetapi, disarankan juga untuk tidak menganggap remeh kadar HCG yang rendah. Supaya kesehatan ibu dan janin terpantau dengan baik, sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan.
Munculnya mual dan muntah saat hamil diduga berkaitan dengan pola diet ibu sebelum hamil. Ibu yang melakukan diet vegetarian atau semi vegetarian sebelum hamil umumnya memiliki kecenderungan untuk tidak mengalami morning sickness pada masa awal kehamilan. Kendati begitu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hubungan antara diet vegetarian dan morning sickness saat hamil.
4. Janin Berjenis Kelamin Pria
Tidak mengalami morning sickness juga berkaitan dengan jenis kelamin janin di dalam kandungan. Menurut sebuah penelitian epidemiologi di Jepang, ibu yang mengandung janin berjenis kelamin perempuan berisiko lebih tinggi untuk mengalami morning sickness. Hal ini berlaku ketika dibandingkan dengan ibu yang hamil janin berjenis kelamin laki-laki.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`