Dream - Anak-anak ketika menghadapi sesuaitu yang sulit atau mendapat teguran dan larangan, responsnya cenderung menangis. Menghadapi dan mendengar anak menangis tentunya bukan hal yang nyaman bagi orangtua.
Seringkali ayah atau bunda melarang anak untuk menangis atau memaksanya untuk segera berhenti menangis. Hal ini sebenarnya tidak sehat bagi mental anak. Bahkan bisa menyimpan 'bom' di kemudian hari.
Dream - Anak-anak ketika menghadapi sesuaitu yang sulit atau mendapat teguran dan larangan, responsnya cenderung menangis. Menghadapi dan mendengar anak menangis tentunya bukan hal yang nyaman bagi orangtua.
Seringkali ayah atau bunda melarang anak untuk menangis atau memaksanya untuk segera berhenti menangis. Hal ini sebenarnya tidak sehat bagi mental anak. Bahkan bisa menyimpan 'bom' di kemudian hari.
Hindari kalimat “Jangan nangis, cengeng banget sih” atau “Cuma gitu saja nangis”. Ungkapan tersebut bagi anak bisa menandakan kalau orangtua tidak mau mengerti apa yang dirasakan anak dan tak menganggap perasaannya.
Bila orangtua melarang anak menangis, anak akan merasa perasaan atau emosi yang dirasakannya tidak penting. Akibatnya, rasa percaya dirinya pun terhambat untuk berkembang. Hal ini tentu berdampak negatif, terutama saat ia berada di usia sekolah kelak.
Anak yang sering dibentak atau didiamkan secara paksa saat menangis akan cenderung takut untuk meminta bantuan kepada orang lain, bahkan termasuk orangtuanya. Tentunya ini akan merugikan dirinya sendiri saat ia dewasa.
Memendam emosi seperti sedih atau marah dapat berpotensi membuat anak sering menyalahkan dirinya sendiri. Ia mungkin akan merasa rasa sedih yang dialaminya itu berlebihan dan akibat dari tindakannya sendiri.
Jika anak sudah tumbuh menjadi pribadi yang tidak mengerti perasaan orang lain, pada akhirnya ia akan sulit bersosialisasi dengan rekan sebayanya saat sekolah dan bekerja nanti.
Lalu, bagaimana bila melihat atau menghadapi anak menangis? Cara terbaik adalah menunjukkan empati pada perasaan anak. Tunjukkan orangtua bisa memahami apa yang ia rasakan, atau setidaknya melihat bahwa ia sedang sedih atau marah.
Misalnya, saat anak menangis tidak dibelikan mainan, bisa katakan, " Kakak/aduk nangis gara-gara tadi tidak Mama belikan mainan, ya?”
Memberikan pengertian memang tidak bisa sekali atau dua kali dilakukan. Kemungkinan butuh berulang kali agar anak mengerti. Inilah tugas orangtua untuk tak henti mencari cara menjelaskan atau bahkan memahami emosi anak lebih baik. Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN