Ilustrasi
Dream - Kasus perundungan atau bully bisa dibilang termasuk hal yang paling menyesakkan hati orangtua. Seringkali anak tak bercerita perlakuan buruk dari pelaku perundungan pada orangtuanya, sampai berujung fatal bahkan nyawa taruhannya.
Efek dari perundungan ini juga begitu besar. Bukan hanya trauma fisik tapi juga psikis yang berdampak bukan hanya pada korban, tapi juga keluarga. Maraknya kasus perundungan saat ini, sebagai orangtua penting bagi kita untuk membekali anak.
Salah satunya bisa menerapkan trik seperti yang dilakukan pemilik akun Instagram @dessy_firman6712. Ia membuat simulasi situasi perundungan yang bisa dialami putrinya.
Mulai dari perundungan secara verbal yang menyerang mental dan menghadapinya. Seperti langsung pergi saja dan tak menghiraukan atau menjawabnya dengan berani bicara.
Termasuk juga ketika diserang secara fisik. Belajar menangkis serangan agar serangan tak semakin mengerikan. Lihat saja videonya.
Lihat postingan ini di Instagram
Banyak para orangtua yang terinspirasi untuk membekali anak-anaknya dengan simulasi seperti ini. Komentar pun bermunculan.
" wah perlu bgt ini buat ngajarin ke anak, untung aku ngeliat vodeonya sebelum anak ku masuk sekolah. Makasih mom," ungkap salah satu akun komentar lainnya.
" Keren nih bakal aku ajarin ke anakku," tulis warganet.
Dream - Rasa empati, peduli dengan orang lain dan sekitar, tak mau merugikan dan menyakiti orang lain bukan muncul dalam sekejap. Empati perlu diasah sejak dini, dengan menormalkan anak merasakan berbagai emosi.
Seringkali kita sebagai orangtua saat anak sedang bahagia mendapat nilai bagus, hadiah atau karena hal lain, memberinya senyuman, tepuk tangan atau pelukan. Sementara ketika anak bersedih, marah, kecewa, kita memintanya segera menghentikan tangisan.
Tak hanya itu kadang juga terlontar kata-kata yang melabelinya seperti " cengeng" , " manja" , " nakal" dan sebagainya. Hal ini seakan anak tak boleh merasakan emosi negatif sebagai manusia biasa, padahal hal itu sangat normal.
Samanta Elsener, seorang psikolog lewat akun Instagramnya @samanta.elsener mengungkap kalau mengakui emosi anak lalui memvalidasinya memang bukan hal mudah. Orangtua perlu belajar dan latihan. Hal ini sangat penting untuk perkembangan emosi anak dan mengasah empatinya agar juga bisa mengenali emosi orang lain dan bagaimana menyikapinya.
" Emang paling susah belajar mengenali emosi anak, terus divalidasi pula. Kenapa harus divalidasi bukannya nanti makin jadi nangisnya? Makin susah disuruh berhenti nangis. Lha, emang kenapa sih kalau anak nangis? Boleh donk anak nangis. Itu bentuk ekspresi emosi anak lho. Kalau divalidasi anak jadi tahu orang tuanya paham perasaan dia dan bisa berempati ke anak," ungkap Samantha.
Menyuruh anak berhenti menangis sambil meneriaki, mengancam atau menakut-nakutin justru akan membuat emosi anak tak sehat. Merasa tak didengarkan dan membuat jarak dengan orangtua
" Kalau disuruh berhenti nangis apalagi pakai jerit teriak dan mengancam, anak makin merasa terancam dan makin jauh dari orangtua," tulis Samantha.
Ia pun membagikan cara bagi orangtua untuk melakukan validasi pada anak yang sedang memiliki emosi negatif. Kalimat-kalimat berikut bisa digunakan. Seperti " kelihatannya kamu sedih banget dengan apa yang baru saja terjadi" .
Kalimat lainnya " mama perhatikan kamu merasa excited dan nervous juga secara bersamaan" , " kamu terlihat lagi kesal/ kecewa, mama ada di sini sama kamu" .
Lihat video menarik yang dibuat oleh Samantha.
Lihat postingan ini di Instagram
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya