Tingkat Imunisasi Anak Turun Drastis Saat Pandemi, IDI Beri Peringatan

Reporter : Mutia Nugraheni
Senin, 28 September 2020 14:02
Tingkat Imunisasi Anak Turun Drastis Saat Pandemi, IDI Beri Peringatan
Jutaan ibu dan anak kehilangan akses untuk mendapat pelayanan kesehatan dasar.

 

Dream - Kesehatan fisik dan psikologis anak-anak Indonesia penerus bangsa karena pandemi Covid-19 bisa jadi mengkhawatirkan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengingatkan pihak-pihak terkait untuk segera melakukan langkah konkret demi keselamatan anak Indonesia.

Hal ini karena sejak Covid-19 terjadi di Indonesia, pelayanan kesehatan dasar terhambat, jutaan ibu dan anak pun kehilangan akses untuk mendapat pelayanan kesehatan dasar. Dikutip dari Instagram resmi IDI hingga Juli 2020, baru 43% anak yang mendapat vaksinasi campak-rubella, dan tidak sampai 10% yang mendapatkan vaksin polio (IPV).

" Gangguan pelayanan pemeriksaan ibu hamil pun menyebabkan tidak terdeteksinya kehamilan risiko tinggi, sehingga kematian pada ibu hamil akan melonjak. Saat klaster keluarga makin merebak, masa depan 25 juta anak Indonesia dibayangi berbagai ancaman," tulis IDI di Instagram resminya.

 

1 dari 4 halaman

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Tak Berjalan Optimal

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Tak Berjalan Optimal © Dream

Selama pandemi sebanyak 38,9% pelayanan kesehatan dasar tidak bisa berjalan dengan optimal terutama Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) yang selama ini berfungsi memantau kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak-anak.

" Hal ini mengakibatkan 25 juta balita tidak memperoleh imunisasi, suplementasi vitamin A, pemantauan tumbuh kembang dan pelayanan kesehatan lain yang sangat diperlukan," ungkap IDI.

 

2 dari 4 halaman

Pemisahan Pelayanan

Pemisahan Pelayanan © Dream

Ancaman yang ada di depan anak-anak Indonesia adalah kehilangan orangtua akibat pandemi, datangnya wabah penyakit lainnya akibat rendahnya imunisasi, dan beban ekonomi bagi negara untuk jangka panjang jika keadaan ini berlarut-larut.

IDI bersama PP IAKMI (Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia), DPP PNI (Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia), PB IBI (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia) dan GKIA (Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak) menyerukan agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan dasar harus jadi prioritas utama.

" Pemerintah daerah perlu memikirkan pemisahan layanan Puskesmas dan klinik yang dikhususkan bagi ibu hamil, bayi dan balita terpisah dari laynan pasien Covid-19," tulis IDI.

Hal tersebut agar para orangtua tak ragu membawa bayi dan balitanya untuk mendapat vaksin dan pemantauan tumbuh kembang. Akses layanan kesehatan sangat dibutuhkan para ibu hamil dan balita.

3 dari 4 halaman

Wah, Sekolah di Filipina Tak Akan Dibuka Sebelum Ada Vaksin Covid-19

Wah, Sekolah di Filipina Tak Akan Dibuka Sebelum Ada Vaksin Covid-19 © Dream

Dream - Sejumlah negara seperti Korea Selatan, China, Belanda, dan Prancis mulai membuka sekolah setelah ditutup karena Covid-19 selama 3-5 bulan. Sebuah keputusan berbeda diambil oleh pemerintah Filipina yang mengungkap kalau tak bakal membuka sekolah sampai vaksin Covid-19 ditemukan.

Pihak berwenang Filipina melihat risiko kembali ke sekolah terlalu besar. Hal ini melihat beberapa kasus kembalinya jumlah Covid-19 di di beberapa negara saat sekolah kembali dibuka.

Sebagai solusinya, anak-anak akan belajar di rumah melalui televisi, karena mereka dilarang untuk keluar rumah. Presiden Rodrigo Duterte sampai mengeluarkan pernyataan siswa tak bisa boleh ke sekolah untuk melawan penyebaran penyakit, bahkan jika itu artinya para siswa tidak dapat lulus sesuai jadwal.

" Kami akan mematuhi arahan presiden untuk menunda kelas tatap muka sampai vaksin tersedia," tambah Briones.

Nantinya, kelas akan dilanjutkan pada akhir Agustus dan guru akan menggunakan metode pembelajaran jarak jauh melalui internet atau siaran televisi.

 

 

4 dari 4 halaman

Hambatan Sekolah di Rumah

Hambatan Sekolah di Rumah © Dream

Sayangnya, sistem ini mengalami hambatan. Jutaan orang di Filipina hidup dalam kemiskinan dan tidak memiliki akses ke komputer dan televisi di rumah untuk berpartisipasi dalam kelas. Dampaknya adalah kegiatan belajar mengajar terhambat.

Saat ini ada sekitar 25 juta siswa di Filipina yang belajar di rumah. Mereka sangat menanti hadirnya vaksin Covid-19 agar sekolah kembali dibuka, karena anak-anak sangat rentan terhadap virus ini.

Kabarnya perusahaan raksasa farmasi di Inggris, AstraZeneca, sangat optimistis dengan penemuan vaksin Covid-19. Mereka berencana meluncurkan vaksin pada September 2020 jika uji coba yang sedang berlangsung terbukti berhasil.

Beri Komentar