Tya Ariestya/ Foto: Instagram Tya Ariestya
Dream - Anak mengalami demam, mengeluh sakit atau nyeri, orangtua cenderung panik dan ingin segera anak sembuh. Banyak yang langsung memberi obat, seperti obat batuk, pilek atau penurun demam.
Rupanya hal itu tak dilakukan Tya Ariestya. Saat anaknya sakit, ia tak lantas memberi obat dan cenderung melihat perkembangan keluhan anak.
“ Sebenarnya aku termasuk tipe orangtua yang cukup kritis ya, tapi kalau anak sakit nggak apa-apa nggak harus langsung pergi ke dokter,” ungkap Tya dalam Grand Launching MILVIK Dokter, Selasa, 23 November 2021.
Tya mengatakan, hal pertama yang dilakukannya ketika anak sakit adalah dengan mengkonsultasikannya ke dokter. Hal itu akan membuatnya banyak mendapat informasi sehingga tak memberikan perawatan yang salah.
“ Jadi kalau anak ada apa-apa, biasanya langsung konsultasi ke dokter, karena zaman sekarang terlalu banyak informasi yang kita dapat dengan mudah tanpa tahu kebenaran dan sumber yang pasti,” ujar Tya.
Ibu dua anak ini juga mengungkap kalau tak mau sembarang memberi obat pada anak. Pasalnya tiap anak memiliki kondisi yang berbeda, meskipun gejala atau penyakit sama.
“ Kadang misalkan anak demam dikasih ini (informasi dari internet) tapi better kita tanya pada ahlinya saja yang sudah profesional yang memang paling tahu. Kita tanya sama dokter, kita berkonsultasi langsung,” ungkapnya.
Menurut Tya jika anaknya sakit, dokter juga tidak langsung memberi obat. Ia pun memberi contoh pengalamannya ketika anaknya sakit baru-baru ini.
“ Dokter juga tidak serta merta langsung memberi obat. Jadi belum lama ini, anak aku batuk pilek, udah swab juga hasilnya negatif. Nah aku dapat penjelasan dari dokter, batuk dan pilek bisa sembuh sendirinya. Nggak perlu antibiotik jika tidak disertai dengan demam dalam waktu lima hari,” kata Tya.
© Dream
Untuk kepraktisan dan karena pandemi, Tya memilih untuk berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi. Salah satunya yang digunakannya adalah aplikasi MILVIK Dokter. Menurutnya, MILVIK Dokter menjadi layanan kesehatan digital yang tepat untuk keluarga karena lengkap dan sangat personal.
“ Saya dan keluarga merasa sangat terbantu dengan berlangganan MILVIK Dokter, karena secara rutin mendapatkan telepon dari dokter untuk berdiskusi mengenai kesehatan saya, suami dan anak-anak, bahkan pada saat kami sehat,” ungkapnya.
MILVIK Dokter juga memiliki layanan dokter yang secara proaktif menanyakan perkembangan kondisi pasien 3 hari setelah konsultasi. Semua itu bisa didapatkan tanpa tambahan biaya. Untuk biaya bulanan mulai dari Rp35 ribu per bulan per keluarga dengan pembayaran sangat mudah secara autodebit melalui kartu kredit atau dompet digital.
© Dream
Dream - Anak-anak seringkali mengalami demam. Suhu tubuhnya lebih dari 38,5 derajat celcius bahkan hingga 40 derajat. Dalam kondisi tersebut sebenarnya sistem kekebalan tubuh anak sedang melawan peradangan yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus.
Suhu tubuh yang tinggi tak selalu jadi pertanda berbahaya. Kecuali, jika sudah berlangsung lebih dari tiga hari. Saat anak demam penting untuk memantau terus suhunya.
Berikan juga banyak minum atau cairan lain. Pasalnya ada tiga komplikasi yang perlu diwaspadai saat anak demam. Apa saja?
1. Dehidrasi
Saat demam, kebutuhan cairan tubuh anak juga ikut meningkat. Anak yang demam biasanya hanya ingin beristirahat atau tidur. Tanpa disadari, hal itu membuat anak malas minum dan kekurangan cairan. Dampaknya, anak berisiko mengalami dehidrasi.
Komplikasi dehidrasi saat demam ditandai dengan gejala seperti mulut dan bibir anak kering, urinenya berwarna gelap dan pekat. Volume buang air kecil berkurang, tubuh anak lemas. Bila anak masih belum mau atau tidak bisa mengonsumsi banyak cairan, maka ia akan mengalami gejala dehidrasi lanjutan.
Kondisi dehidrasi lanjutan ditandai dengan menangis tanpa air mata, kulit berkerut dan ketika dicubit elastisitas kulit akan lambat kembali seperti semula.
Anak sangat mengantuk. Meski terlihat sepele, kehilangan cairan tubuh sebesar 12 hingga 15 persen dapat menyebabkan anak mengalami syok yang berakibat fatal.
© Dream
Salah satu komplikasi yang dapat muncul saat anak demam adalah halusinasi dan delirium. Delirium terjadi ketika kesadaran anak menurun sehingga membuatnya linglung atau kebingungan.
Sementara itu, halusinasi saat demam diakibatkan oleh peningkatan iritabilitas pada sel-sel otak. Demam dapat mempercepat metabolisme yang membuat tubuh lebih aktif dan sel-sel otak lebih peka terhadap rangsangan.
© Dream
Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, kejang demam adalah komplikasi yang dapat terjadi selama episode demam. Kejang demam dapat dipicu oleh demam dengan suhu tubuh di atas 37,5 derajat celcius.
“ Kejang demam bisa terjadi di usia 0-5 tahun. Saat kejang, oksigen tidak menyuplai ke area otak. Akibatnya, ada bagian otak yang tidak mendapat oksigen dan akan mengganggu tumbuh kembang anak,” kata dr. Dyah Novita, dikutip dari KllikDokter.
Secara umum, kejang demam bukanlah kondisi berbahaya. Kejang demam sederhana atau tidak berbahaya ditandai dengan gejala kejang, kehilangan kesadaran, bibir membiru, dan otot berkedut atau tegang. Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau