Ibu Hamil/ Foto: Unsplash
Dream - Kehamilan bukan hanya mengubah tubuh, tetapi juga secara dramatis “ merombak” otak. Sebuah penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan, kehamilan dapat menghilangkan lebih dari 80% materi abu-abu di area tertentu otak, dan sebagian besar tidak pernah kembali.
Temuan ini terungkap ketika seorang ahli saraf yang tengah hamil bersedia menjalani berkali-kali pemindaian otak, dimulai sejak awal kehamilan hingga dua tahun setelah melahirkan.
Hasilnya, setelah persalinan memang ada sebagian materi abu-abu di otak yang kembali, namun sebagian besar seolah tergores dan hilang permanen.
“ Rata-rata terjadi penurunan volume materi abu-abu sebesar 4% pada area tertentu,” ujar Emily Jacobs, profesor madya ilmu psikologi dan otak di University of California, Santa Barbara (UCSB).
Menurutnya, skala perubahan ini mirip dengan yang dialami saat pubertas — masa ketika lonjakan hormon justru membuat otak memangkas jaringan berlebih agar bisa bekerja lebih efisien. Jacobs menjelaskan, hilangnya materi abu-abu tidak selalu berarti hal buruk. Seperti pada pubertas, ini bisa jadi proses ‘penyempurnaan’ sirkuit otak.
Menariknya, perubahan pada otak ibu hamil tidak semuanya permanen. Pada trimester pertama dan kedua, justru materi putih — jaringan yang menghubungkan neuron — menguat.
“ Kami membayangkannya seperti pipa air. Jika pipa kuat, aliran informasi berjalan lancar tanpa hambatan,” kata Liz Chrastil, profesor madya neurobiologi dan perilaku di University of California, Irvine, sekaligus subjek utama studi ini.
Chrastil sendiri tidak mengalami gejala “ mommy brain” atau komplikasi kehamilan seperti preeklamsia. Kondisi ini menjadikannya acuan penting untuk memahami bagaimana otak berubah pada kehamilan sehat, dan bagaimana perubahannya jika terjadi komplikasi.
Preeklamsia, misalnya, diketahui memengaruhi pembuluh darah otak dan meningkatkan risiko stroke maupun demensia vaskular. Menariknya, penyakit seperti migrain atau multiple sclerosis justru sering membaik saat hamil.
Peta otak yang detail seperti milik Chrastil dapat membuka jalan untuk memahami perubahan tersebut, sehingga dokter dapat lebih siap menangani kondisi neurologis selama kehamilan. Walaupun studi ini hanya melibatkan satu orang, temuan ini sejalan dengan penelitian-penelitian besar yang memantau otak para ibu baru.
“ Perubahan otak akibat kehamilan kemungkinan besar adalah fenomena yang terjadi secara luas,” kata Magdalena Martínez-García, peneliti pascadoktoral di UCSB.
Ahli saraf Elseline Hoekzema dari Amsterdam University Medical Center yang tidak terlibat dalam studi ini pun sependapat, menyebutkan bahwa hasil ini berpotensi mewakili populasi lebih besar.
Sumber: LiveScience
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib