Awal Puasa Ramadhan 2022 Berpotensi Beda, Kemenag: Kedepankan Sikap Saling Menghormati

Reporter : Okti Nur Alifia
Jumat, 1 April 2022 16:01
Awal Puasa Ramadhan 2022 Berpotensi Beda, Kemenag: Kedepankan Sikap Saling Menghormati
Kemenag menyadari kemungkinan potensi perbedaan awal puasa Ramadhan 2022. Apa yang membuat terjadi perbedaan tersebut?

Dream - Kementerian Agama (Kemenag) menyadari kemungkinan adanya potensi perbedaan awal puasa Ramadhan 1443 H. Kemenag berharap perbedaan ini tak lantas menjadi perdebatan namun justru harus melahirkan sikap saling menghormati.

“ Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyu’an dalam menjalani ibadah puasa,” ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib dikutip dari Kemenag, Jumat, 1 April 2022.

Dijadwalkan pemerintah melalui Kemenag akan menggelar sidang isbat penentuan awal puasa 2022 atau Ramadhan 1443 H petang ini. Sidang ini digelar sebagai pelaksanaan amanah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Menurut Adib, sidang isbat yang salah satu melaporkan tentang tinggi hilang di 101 lokasi pemantauan akan oleh MUI, perwakilan ormas Islam, DPR, sejumlah duta besar negara sahabat, serta kementerian dan lembaga terkait.

“ Sidang Isbat selama ini menjadi sarana bertukar pandangan para ulama, cendekiawan, maupun para ahli terkait penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Hasil sidang isbat ini akan segera diinformasikan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai pedoman," jelasnya.

1 dari 4 halaman

Alasan Perbedaan Awal Puasa 2022

Terkait penetapan awal Ramadhan dimana Muhammadiyah mengeluarkan maklumat di awal puasa jatuh pada 2 April 2022, Adib mengimbau potensi perbedaan tersebut ada. Namun hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya.

Perbedaan penentuan awal puasa ini terjadi karena metode penetapan yang menjadi pedoman dari organisasi. Ada yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal, ada yang menggunakan Imkanur-Rukyat.

Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag, Ismail Fahmi menjelaskan, bahwa pada hari pelaksanaan rukyat atau pemantauan, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.

Fakta ini yang menjadi dasar bagi mereka yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal untuk menetapkan awal Ramadan bertepatan 2 April 2022.

Sementara Kemenag, sebagaimana fatwa MUI, menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah berdasarkan metode Hisab dan Rukyat. Hasil perhitungan astronomi atau Hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode Rukyat (pemantauan di lapangan).

“ Posisi hilal pada kisaran 1 sampai 2 derajat ini cukup krusial dalam konteks rukyat atau pemantauan. Apalagi, kriteria baru yang disepakati MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), awal bulan masuk jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dalam konteks inilah ada potensi perbedaan awal Ramadan,” jelasnya.

2 dari 4 halaman

Kriteria Tinggi Hilal Awal Ramadhan 2022

Awal Ramadan 1443 H berpotensi mempunyai perbedaan waktu. Kementerian Agama (Kemenag) yang menggelar sidang isbat pada Jumat, 1 April 2022, kemungkinan mendapatkan hasil sidang penetapan 1 Ramadan jatuh pada Minggu, 3 April 2022.

Potensi perbedaan awal Ramadan ini dikemukakan oleh Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin, yang merupakan anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah, Kemenag, dalam tulisan blognya.

“ Garis tanggal pada saat maghrib 1 April 2022. Dengan kriteria Wujudul Hilal (antara arsir merah dan putih), Muhammadiyah sudah memutuskan 1 Ramadhan 1443 = 2 April 2022. Namun, garis tanggal tinggi 2 derajat (antara arsir biru dan putih) sedikit di sebelah barat wilayah Indonesia. Artinya, sangat tidak mungkin akan terlihat hilal pada 1 April di wilayah Indonesia, sehingga 1 Ramadhan 1443 berpotensi 3 April 2022,” dikutip dari tdjamaluddin.wordpress.com.

Djamaluddin sendiri sebelumnya sudah memberikan penjelasan akan adanya potensi perbedaan awal Ramadan 1443 H dalam tulisannya tentang Kalender 1443 dengan berbagai kriteria Ia juga membandingkan dengan kondisi Rajab 1443 H. Namun perlu ditambahkan pertimbangan baru terkait Kemenag yang mengadopsi kriteria baru MABIMS. Berikut penjelasan lengkapnya.

Data dari tdjamaluddin.wordpress.com

 

3 dari 4 halaman

Tinggi Bulan Kurang dari 2 Derajat

Djamaluddin membagikan catatannya terkait kriteria Wujudul Hilal. Melihat garis tanggal awal Ramadan (gambar di atas). Muhammadiyah yang memutuskan 1 Ramadan di tanggal 2 April 2022. Hilal terlalu rendah untuk diamati. Lalu, rukyatul hilal (pengamatan hilal) pada saat maghrib 1 April sore ini berpotensi tidak terlihat. 

“ Umumnya di wilayah Indonesia tinggi bulan kurang dari 2 derajat. Itu artinya, rukyatul hilal (pengamatan hilal) pada saat maghrib 1 April berpotensi tidak terlihat,"  tulis Djamaluddin.

" Kalaupun ada yang melaporkan menyaksikan, itu sangat meragukan sehingga berpotensi ditolak saat sidang isbat. Sehingga berdasarkan rukyat, 1 Ramadhan 1443 kemungkinan besar pada 3 April 2022,” lanjut Djamaluddin.

Djamaluddin juga melihat Takwim Standar (kalender Islam rujukan) yang dibuat oleh Kementerian Agama. Dalam kalender tersebut memang tercantum 1 Ramadan 1443 jatuh pada 2 April 2022, berdasarkan ketinggian bulan (dengan perhitungan lain) di Pelabuhan Ratu sedikit di atas 2 derajat. Perhitungan tersebut menggunakan kriteria lama, kondisi itu sudah dianggap masuk tanggal baru. 

Tetapi, dengan perhitungan yang lebih akurat, contohnya dari Accurate Times, pada tanggal 1 April 2022 di kawasan barat Indonesia tinggi bulan pada umumnya di bawah 2 derajat. 

“ Ini data hisab (perhitungan astronomi) di Surabaya, Jakarta, dan Medan yang menunjukkan tinggi bulan (Topographic Moon Altitude) kurang dari 2 derajat,” tulis Djamaluddin.

Berikut gambar dari data hisab yang telah dipaparkan oleh Djamaluddin.

Data dari tdjamaluddin.wordpress.com

Data dari tdjamaluddin.wordpress.com

Data dari tdjamaluddin.wordpress.com

 

 

4 dari 4 halaman

Tinggi Bulan Minimal 3 Derajat

Hubungannya dengan kriteria derajat, sejak awal 2022 Kementerian Agama (Kemenag) telah mengadopsi kriteria baru MABIMS, yakni tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. 

Dengan kriteria baru tersebut, posisi bulan di wilayah Indonesia dan negara-negara MABIMS seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura belum memenuhi kriteria. Berikut ini gambar garis tanggal dengan kriteria baru MABIMS.

Data dari tdjamaluddin.wordpress.com

 Dengan kriteria baru MABIMS, pada Jumat, 1 April 2022, posisi bulan tidak mungkin teramati. Jadi 1 Ramadan 1443 H diprediksikan akan jatuh pada Minggu, 3 April 2022.

“ Jadi sangat mungkin Sidang Itsbat pada 1 April 2022 akan memutuskan 1 Ramadhan 1443 jatuh pada 3 April, berbeda dengan Muhammadiyah yang mengumumkan 1 Ramadhan 1443 jatuh pada 2 April 2022,” tulis Djamaluddin.

Sumber: tdjamaluddin.wordpress.com

 

Beri Komentar