Ajik Krisna, dari Tukang Cuci Mobil Hingga Jadi ‘Crazy Rich’ Bali

Reporter : Edy Haryadi
Senin, 14 Februari 2022 20:00
Ajik Krisna, dari Tukang Cuci Mobil Hingga Jadi ‘Crazy Rich’ Bali
Mencoba bertahan saat dihajar pandemi.

Dream – Pepohonan hijau nampak menaungi rumah seluas 2.500 meter itu.  Patung Dewa Krisna terlihat berdiri gagah di tengah-tengah pintu utama rumah, menambah kemegahan rumah.

Di samping rumah, ada tempat parkir mobil yang cukup luas. Di sana berjajar mobil-mobil mewah. Dari Ferrari, Porsche sampai Lamborghini. Belum lagi motor Harley Davidson. Berjejer-jejer.

Di halaman belakang rumah, kolam renang bak kolam renang bintang lima terhampar. Lengkap dengan tenda dan tempat berjemur. Kolam renang itu dikelilingi rumput Jepang yang rapih tertata.

Rumah itu milik I Gusti Ngurah Anom atau yang dikenal sebagai Ajik Krisna. Kemewahan rumahnya bisa dilihat di Youtube Boy William. Ajik Krisna memang dikenal sebagai Crazy Rich Bali.

Dari belasan mobil yang dimiliki Ajik Krisna, ada salah satu mobil yang mencuri perhatian yakni Lamborghini Aventador Roadster. Mobil jenis supercar ini juga menjadi mobil termahal yang dimiliki Ajik Krisna.

Ajik mengatakan, jika harga mobil Lamborghini miliknya dibeli dengan harga Rp 14,5 miliar. Mobil ini menjadi paling mahal dibandingkan mobil jenis lain yang dia miliki seperti Ferrari, Bentley dan Porsche.

Ajik Krisna memang pantas disebut Crazy Rich Bali. Ia merupakan pemilik 32 jaringan toko “ Krisna Oleh-oleh Khas Bali” di Pulau Dewata. Termasuk juga pemilik wahana bermain Krisna Waterpark, Krisna Adventures, Krisna Funtasticland, dan Krisna Osea Park. Jumlah karyawannya 2.500 orang!

Yang lebih menarik, Ajik Krisna hanya lulusan S2. Strata Dua Magister? Ternyata bukan. “ Saya lulusan S2. Hanya Lulusan SD dan SMP. Jadi lulusan S2,” katanya saat diwawancara di Sule Podcast.

Bagaimana hanya lulusan SMP bisa punya aset ratusan miliar? Ternyata Ajik Krisna punya pengalaman yang tidak mudah, malah bisa dikatakan pahit. Soalnya, dia mengawali karirnya dari bawah sekali: jadi tukang cuci mobil selama dua tahun dengan pendapatan hanya Rp 2.500-Rp 5.000 per hari.

Tapi seperti kata pepatah, tidak ada yang tidak mungkin. Dan Ajik Krisna telah membuktikan diri kini  pantas disebut sebagai Crazy Rich Bali.

***

Ajik Krisna lahir dengan nama asli I Gusti Ngurah Anom. Ia  lahir di Buleleng, 5 Maret 1971. Ia lahir dan dibesarkan di daerah Tangguwisia, sebuah desa kecil di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali.

Ajik Krisna lahir dari rahim Made Taman. Ia merupakan  bungsu dari tujuh bersaudara yang hidup dalam kemiskinan dalam kebersahajaan keluarga petani tanpa tanah.

Ia mengenang, saat kecil sangat jarang makan nasi. Ia terbiasa makan nasi campur jagung atau nasi campur ubi. Ia bersekolah di SDN 1 Tangguwisia.

Saat duduk di bangku SMPN 1 Seririt, dia bercerita jaraknya 2,5 km dari rumah. Jadi pulang pergi dia harus berjalan kaki sejauh 5 km.

Setelah tamat SMP, Ajik Krisna diarahkan untuk masuk sekolah pariwisata agar setelah lulus dapat bekerja di hotel. Ajik Krisna diiming-imingi untuk masuk ke hotel sebagai stewardess. Ia membayangkan pekerjaannya seperti pramugara yang menyambut tamu di kabin pesawat. Nyatanya ini menjadi tukang cuci piring.

Akhirnya, Ajik Krisna pun melanjutkan studi di Sekolah Menengah Industri Pariwisata. Namun, sekolah ini lebih jauh dari SMP-nya. Krisna harus menempuh jarak 3 km dan melewati 3 makam untuk sampai ke sekolah tersebut. Saking sulitnya ekonomi, Krisna tidak takut harus melewati makam. “ Meski pun kadang sepulang sekolah sudah gelap,” katanya di Youtube Hermanto Tanoko.

Hingga suatu hari, setelah enam bulan sekolah menengah atas, ayahnya memanggil Krisna dan mengatakan bahwa ia sudah tidak sanggup membiayai sekolah Ajik Krisna lagi. Itu disampaikan pada jam tujuh malam.

Esoknya, jam delapan pagi,  Ajik Krisna memutuskan pergi dari kampung halamannya tanpa uang sepeserpun. Ia menumpang truk pembawa buah dan meminta ijin menumpang sampai kota Denpasar.

Setiba di terminal bus Depansar, Ajik Krisna melanjutkan berjalan kaki hingga tiba di daerah Sanur yang merupakan salah satu kawasan pariwisata. Di sana, ada lima hotel melati, dan Krisna menumpang tidur di  pos sekuriti Hotel Rani.

Hari pertama yang Krisna lakukan adalah membersihkan halaman parkir hotel tersebut. Lalu, jam 12 malam hingga jam 3 subuh, Krisna mencuci mobil yang ada di parkiran tersebut. Setelah itu, barulah Krisna tidur di pos sekuriti sampai jam 7 pagi.

Setelah itu, pemilik mobil yang dicuci Krisna pun keluar dan ternyata pemilik Hotel Rani yang ditumpangi Krisna. Seketika Krisna meminta izin untuk tinggal sementara di hotel tersebut, sambil membersihkan halaman dan mencuci mobil. Krisna hanya minta diberi makan sebagai upah, dan diperbolehkan tinggal di pos sekuriti untuk tempat tinggal. Si pemilik hotel mengizinkan.

“ Saya tinggal di pos sekuriti beralaskan bantal batu batako selama dua tahun di ruangan berukuran 2 x 2,5 meter," kenang Krisna.

Rutinitas itu kerap dilakukan Ajik Krisna setiap hari. Ia juga menagih jasa pencucian mobil yang dia lakukan ke mobil para tamu. Akhirnya dia mendapat Rp 2.000-Rp 5.000 per hari. Sementara harga sebungkus makanan dan kopi saat itu hanya Rp 75. Di saat uang yang dimiliki masih hanya recehan, Krisna telah bertekad ia akan menjadi orang yang sukses di Bali.

***

Setelah berjalan dua tahun, Krisna memutuskan berhenti mencuci mobil karena terlalu berat untuk bekerja malam. Ia juga mulai terserang rematik. Dengan modal tabungan dari mencuci mobil sebesar Rp 150 ribu, Ajik Krisna kemudian memutuskan  membeli sepeda motor Honda 70.

Dengan motor itulah Ajik Krisna mulai mencari pekerjaan. Dan pekerjaan pertamanya adalah di konveksi Sidharta. Ia juga menjadi satu-satunya karyawan yang tinggal seatap dengan si pemilik, Pak Sidharta.  Ia terbiasa bangun jam enam pagi, bersih-bersih lalu membuka toko. Pada saat karyawan pulang jam lima, dia kembali bersih-bersih dan menutup toko.

Setelah menutup toko, pada malam hari Ajik Krisna mulai belajar menjahit, sablon dan cutting (memotong). " Yang tadinya saya hanya tamatan SMP tidak tahu apa-apa, begitu bekerja di sana punya kelebihan menjahit, sablon dan memotong kain (cutting)," ujar Krisna.

Setelah pekerjaan di konveksi Sidharta semakin banyak, Ajik Krisna pun mulai membawa pekerjaan di sana keluar. Ia mau memberi limpahan kerja di Sidharta ke konveksi lain. Di konveksi lain itu, Krisna bertemu teman SMP-nya yang menjadi istrinya sekarang. Dahulu, istrinya juga bekerja sebagai tukang jahit. Lalu Krisna memutuskan menikah di usia muda. Yakni di usia 19 tahun, sementara istrinya, Ketut Mastrining, berusia 17 tahun.

Setelah menikah, mereka tinggal bersama di rumah Sidharta. Konveksi Sidharta pun  maju pesat. Bahkan menjadi konveksi terbesar di Bali. Karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan, Krisna dan istrinya akhirnya bisa menyewa  tanah.

Di tengah perusahaan Sidharta yang semakin maju, Krisna juga tak mau ketinggalan. Pada tahun 1990, ia dan istrinya memutuskan mengontrak toko kecil berukuran 6 x 5 meter untuk membuka konveksi bernama Cok Konveksi. Krisna mengajak Sidharta bermitra dengannya. Mitra usaha itu berjalan hingga tahun 1994.

Setelah empat tahun bekerja sama, Ajik Krisna bertekad untuk benar-benar mandiri. Setelah empat kali meminta izin berpisah, akhirnya baru diizinkan berpisah oleh istri Sidharta. Namun, harus ada pembagian aset dan inventaris bersama sejak tahun 1990 hingga 1994. Setelah dihitung ada aset Rp 60 juta untuk dibagi dua. Masing-masing dari Krisna dan Sidharta mendapatkan Rp 30 juta.

Namun, saat itu Ajik Krisna tidak memiliki uang untuk membayarnya. Barulah selama enam tahun dicicil, di tahun 2000 utang ke pak Sidharta itu bisa dilunasi oleh Krisna.

Sebelum tahun 2000, konveksi terbesar di Bali adalah Sidharta.  Tetapi pada tahun 2001, konveksi terbesar di Bali adalah Cok Konveksi milik Ajik Krisna. Sementara konveksi Sidharta kini menempati urutan kedua.

Pada tahun 2006, Krisna mengajak istrinya untuk ekspansi ke bisnis lain. Setelah meneliti toko oleh-oleh di Bali, Krisna melihat peluangnya adalah bisnis oleh-oleh menjual baju kaos 'I Love Bali' dan camilan.

Pada tahun 2007, Krisna memberanikan diri membuka toko oleh-oleh 'Krisna Oleh-oleh Khas Bali' di Denpasar. Ukurannya saat itu hanya 200 meter. Pada hari pertama pembukaan, laku keras hingga mengantongi omzet Rp 4 juta. Tetapi makin hari makin menurun. Hingga setelah seminggu hanya laku Rp 50 ribu. Padahal, Ajik Krisna sudah melakukan pinjaman ke bank. Ia membutuhkan pemasukan minimal Rp 300 ribu per hari.

Krisna pun akhirnya berpikir keras dan melakukan strategi marketing. Ia pun membagikan brosur yang jika ditukar akan mendapatkan kaos 'I Love Bali'. Namun, sebelum brosur tersebut ditukar, Krisna akan meminta orang-orang untuk berkeliling di toko oleh-olehnya. Cara itu pun berhasil. Paling tidak, satu orang bisa membeli oleh-oleh hingga Rp 100 ribu.

Pada tahun 2008, Krisna pun memutuskan membuka toko oleh-oleh Krisna yang kedua dengan luas 5.000 meter persegi di samping toko oleh-oleh Erlangga. Meski awalnya bersaing, tetapi hubungan Krisna dan Erlangga justru sangat baik seperti keluarga. Dan kedua toko oleh-oleh ini pun menjadi toko oleh-oleh terbesar di Bali.

Tahun 2009, Krisna juga membagikan pengalamannya saat merasakan uang sebesar Rp 1 miliar pertama dari penjualan toko oleh-oleh per hari. “ Saat itu saya menghitung uang di atas kasur. Penghasilan dari toko Rp 1 miliar per hari. Inilah uang Rp 1 miliar pertama saya,” katanya.  Saat itu umur Ajik Krisna baru 35 tahun.

Dari situ, usahanya berkembang pesat. Dia pun menjadi miliarder baru di Bali dan disebut sebagai Crazy Rich Bali.

***

Namun pandemi Covid-19 datang menerjang tanpa ampun di bulan Maret 2020.  Akibat pandemi, dia terpaksa merumahkan 2.500 karyawan. Hal itu dilakukan lantaran Bali sangat sepi wisatawan

" Masalah pandemi mungkin semua kaget ya. Dan yang paling meresahkan, Bali ini 80 persen hidupnya dari pariwisata. Semua bisnis tutup. Termasuk Krisna, 32 outlet. Dengan jumlah 2.500 karyawan. Akhirnya kami rumahkan," kata Ajik Krisna seperti dikutip dari Youtube SuccessBefore30.

Meski begitu, Ajik tetap bertanggungjawab memberikan sembako kepada ribuan karyawannya itu. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan tersebut Ajik menjual 25 mobil perusahaan termasuk beberapa koleksi mobil pribadi. Salah satunya mobil Ferrari yang belum lama dia beli.

“ Sebelum pandemi ada 18 mobil pribadi. Bulan Maret 2020 pandemi, bulan Mei, jual 5 mobil pribadi. Ferari dijual murah. Beli Rp 11,5 miliar dijual Rp 6 miliar. Bentley beli Rp 6 miliar, dijual Rp 2,9 miliar. Mini Cooper beli Rp 1  miliar dijual Rp 600 juta,” ujarnya ke Andre Taulany.

Tapi kini usahanya sudah menggeliat kembali. Dalam Sule Podcast, dia bercerita: " Sebelum pandemi karyawan ada 2.500. Tapi saat pandemi kita merumahkan 2.000 karyawan saat lockdown. Tapi sekarang sisa karyawan yang dirumahkan tinggal 480 karyawan, yang 2.000 karyawan lagi sudah kembali bekerja."

Meski tidak mudah, usaha Ajik Krisna perlahan mulai bangkit kembali. Sebagai orang yang menata karirnya dari tingkat paling bawah, dari tukang cuci mobil, hingga jadi Crazy Rich Bali, jelas tantangan sekarang ini tidak seberat saat dia harus berjalan 5 km untuk sekolah atau makan nasi campur jagung setiap hari. Ia pasti bisa melewati semua tantangan ini. (eha)

Sumber: Merdeka, Liputan6, Youtube

Beri Komentar