Anak-anak Di Sekolah Darurat Di Salahuddin Camp (humas ACT)
Dream - Serangan udara yang dilancarkan koalisi Rusia telah menghancurkan sebagian besar fasilitas, terutama sekolah, di Provinsi Idlib. Ini menghilangkan kesempatan anak-anak Suriah untuk dapat menikmati pendidikan.
Persoalan ini membuat tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) bergerak. Mereka mendirikan kamp pengungsian Alayikha Camp melengkapi fasilitas Salahuddin Camp yang telah dibangun sebelumnya.
Alayikha Camp merupakan kamp pengungsian terletak di Provinsi Idlib, yang menampung 215 keluarga dan 195 anak-anak. Mengingat banyaknya jumlah anak-anak tersebut, ACT memutuskan untuk membangun gedung sekolah di kawasan kamp tersebut.
" Saat ini pembangunan sekolah sementara tersebut masih dalam proses pengadaan barang-barang yang akan digunakan untuk kegiatan belajar mengajar," ujar Staf Global Humanity Response ACT Aisyah Darojati dalam keterangan tertulis diterima Dream, Senin, 18 April 2016.
Sementara di Salahuddin Camp terdapat tujuh pria dewasa dan 14 wanita dewasa, serta 856 anak-anak. Jumlah anak-anak di kamp ini meningkat lantaran serangan yang terjadi sejak akhir tahun lalu.
Akibatnya, sebagian besar dari anak-anak di Salahuddin Camp tidak mendapat fasilitas pendidikan yang layak. Mereka terpaksa belajar di sekolah darurat di sekitar kamp pengungsian.
Untuk itu, melalui program Lights for Syria, ACT memberikan bantuna berupa dua unit proyektor beserta layar, dua unit laptop, printer, speaker, juga generator. Alat-alat ini akan digunakan sebagai fasilitas belajar di sekolah darurat tersebut, agar mereka tetap bisa merasakan pendidikan.
Sejak Maret 2011, konflik yang terjadi di Suriah telah menewaskan lebih dari 470.000 orang. Lebih dari separuh populasi negara, sekitar 10,5 juta jiwa mengungsi baik di dalam Suriah sendiri atau di negara-negara tetangga.
Tahun 2015 yang lalu, lebih dari 1,1 juta migran Suriah menyeberang ke Eropa. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat mengingat hingga pertengahan Februari 2016 lebih dari 120.000 orang tercatat sudah masuk Eropa seperti Italia, Hungaria, dan Yunani.
Dalam bidang pendidikan, jumlah anak-anak usia sekolah yang bisa mengenyam pendidikan merosot 44 persen dari tahun 2010. UNOCHA memperkirakan lebih dari dua juta anak Suriah yang masih berada di dalam negaranya putus sekolah.
700.000 anak lain yang mengungsi pun tidak dapat lagi terfasilitasi untuk memperoleh pendidikan. Sementara diperkirakan 400.000 anak lagi yang beresiko putus sekolah.
Satu dari empat sekolah yang ada di Suriah rusak atau hancur total. Sekolah yang masih utuh pun banyak yang digunakan untuk shelter pengungsi atau justru disulap menjadi markas militer.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media